Lectured

259 43 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Banyak waktu yang telah dihabiskan di ruangan yang penuh dengan kumpulan buku yang tadinya tersusun acak-acakan. Kini sudah hampir delapan puluh persen buku-buku itu sudah tersusun dengan benar.

Riyuna berdiri dari duduknya saat tegukan terakhir dari minuman dingin yang dipesan oleh Ardo sudah memasuki tenggorokannya.

"Mau kemana lo?" Tanya Ardo, mulutnya masih dipenuhi oleh pizza yang menjadi kesukaannya itu.

"Toilet," jawab Riyuna. Gadis itu memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat dan hendak melangkah. Namun decitan kursi yang bersentuhan dengan lantai membuat ia memutar lehernya beberapa derajat hanya untuk melihat Ardo .

"Gue ikut." Final, Riyuna tak mau membantah. Lebih tepatnya ia tak mau terlibat perdebatan lagi dengan Ardo. Ia merasa berdebat dengan Ardo adalah hal yang sangat merugikan, membuang-buang waktu dan tenaga.

"Jangan lama-lama lo!" Ardo menatap penuh perintah pada Riyuna. Pria itu menyenderkan tubuhnya ke dinding toilet sembari memainkan ponselnya, menunggu Riyuna yang sedang berada di dalam toilet.

"Udah?"

"As you can see." Balas Riyuna lalu berjalan mendahului Ardo. Ia menatap lingkungan sekolah yang sudah mulai sepi, beberapa siswa yang sepertinya baru selesai ekstrakurikuler terlihat berjalan menuju gerbang sekolah untuk segera pulang.

Riyuna menghela nafasnya, seandainya ia tidak menolong Ardo saat itu, pasti ia sudah merasakan empuknya kasur kamarnya.

"ARDO..."

Seorang gadis dengan seragam khas sekolah sebelah menghampiri Ardo dan Riyuna, gadis itu tersenyum cerah menatap Ardo yang sedang balik menatapnya.

"Ngapain lo kesini?" Terkesan sinis dan dingin, Ardo dengan wajah datarnya menatap tak suka kepada gadis yang melemparkan senyuman manis ke arahnya.

Sedangkan Riyuna, ia hanya memandang dua orang itu secara bergantian. Ia pernah melihat gadis itu, gadis yang sama dengan yang memberikannya surat waktu itu.

"i want to say sorry, aku ga bermaksud ngelakuin itu." Gisella menatap Ardo dengan mata berkaca-kaca, raut wajahnya memancarkan penyesalan yang begitu mendalam. Namun itu tak membuat Ardo merasa luluh, ia tak mengubah tatapannya pada Gisella, rasa kecewa ditambah benci membuat pria itu tak berniat menyahuti gadis itu.

"Ardo... Please....Give me a chance. Aku mau memperbaiki hubungan kita."

Ardo menatap sinis Gisella, tatapan yang terkesan merendahkan dengan rasa jijik yang mendominasi.

"Gak ada hubungan yang perlu diperbaiki di antara kita," Ardo menarik nafas, "kan lo berhubungan sama Damar, bukan gue." Lanjutnya, ia menampilkan wajah tengil dengan senyuman miringnya. Hal itu membuat Gisella hanya mampu terdiam dengan pikiran yang berkecamuk.

Grateful To Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang