Di kamar yang di dominasi oleh warna hitam dan abu-abu itu, Ardo termenung sambil memandangi foto mamanya yang tergantung tepat dia atas meja belajar pria itu. Ini sudah beberapa tahun berlalu namun ia tak kunjung mendapat titik terang tentang sang mama.
Orang lain telah menganggap bahwa wanita itu telah mati akibat kecelakaan beberapa tahun silam, pikiran Ardo juga menyetujui tanggapan para netizen di luar sana, namun hati kecilnya tetap mengatakan bahwa mamanya masih hidup. Ardo tak bisa menerima jika mamanya telah mati, ia tetap beranggapan bahwa wanita kesayangannya itu masih hidup di luar sana. Walau itu sulit dipercaya, tapi ia tetap yakin bahwa mamanya masih hidup.
"Mah... Ardo ga bisa percaya sebelum mata kepala Ardo sendri yang lihat tubuh mama." Air mata penuh kesedihan itu kembali membasahi pipi pria itu. Ia tak bisa terima dengan fakta bahwa Mamanya telah tiada, sebelum ia melihatnya sendiri.
"Ardo rindu mah...berat ya.. benar kata orang-orang, rindu itu berat."
Perlahan pria remaja itu menghapus air mata yang membasahi pipinya. Ia memang tak pernah menampakkan kesedihan di depan teman-temannya, bahkan papanya sendiri tidak pernah melihat Ardo menangis karena sang mama.
"Papa berubah mah, dia dingin, gila kerja dan jadi acuh sama Ardo. Abang juga, dia milih kuliah di luar negri daripada nemenin Ardo di sini."
Ardo benci, benci dengan kehidupannya yang berubah drastis semenjak mamanya pergi. Papanya jarang pulang dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan pekerjaan dan kesendirian, abangnya memilih pergi ke luar negri dengan dalih ingin hidup mandiri dan mendapat pendidikan yang lebih baik.
Ardo bangkit lalu berjalan menuju tas sekolahnya yang tergeletak di bawah meja belajar. Mengeluarkan surat yang tadi ia dapat dari gadis yang memeluknya di gudang sekolah beberapa Minggu lalu.
Ardo kamu berubah
Aku udah coba hubungi kamu lewat WhatsApp , tapi ternyata kamu memblokir nomor aku.
DM ku dari Ig juga ga kamu bales
Aku udah mencoba buat ketemu sama kamu, tapi kamu terus menjauh
Aku tahu aku salah, tapi ga semua yang kamu ketahui itu benar. Aku mau jelasin kalau aku ga pernah mengkhianati kamu, aku memang jalan sama Damar tapi bukan karena aku selingkuh sama dia.
Tolong percaya sama aku, aku bakalan jelasin semuanya sama kamu. Ayo ketemuan di kafe tempat kita biasa.
Ardo berdecih, ia tak bisa Lego mempercayai gadis pengirim surat ini.
Ardo bangkit lalu meremas kertas tak berfaedah itu hingga menjadi bola kecil dan membuangnya ke tempat sampah. Ia tak mau lagi berhubungan dengan gadis penuh drama seperti gadis itu.
∆∆∆∆∆
Pagi harinya saat hendak memasuki ruangan kelasnya, Riyuna menghentikan langkahnya sejenak saat seseorang memanggil namanya. Ia berbalik dan melihat Agroyes dengan beberapa temannya menghampiri dirinya dan Jeje yang hendak masuk ke ruangan kelas.
"Kenapa?" Tanya Riyuna pada Agroyes yang berada tepat di hadapannya.
"Echa nyariin lo, dia nanya kapan lo bisa nemuin dia lagi."
Riyuna menatap Jeje yang berada di sebelahnya.
"Besok aja na kerja kelompoknya, hari ini kita ke rumah Echa aja. Gue juga udah rindu sama tu bocah." Ucap Jeje pelan. Riyuna mengangguk setuju.
"Hari ini bisa kok, nanti bareng Jeje sama Tere." Jawab Riyuna.
Agroyes mengangguk. Pria itu berbalik dan berjalan menuju kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grateful To Remember You
Fiksi PenggemarIni kisah Riyuna, gadis yang terbilang biasa saja dalam segala hal namun tidak dengan ketulusannya. Perjalanan hidupnya yang awalnya biasa saja, yang terbilang datar, yang penuh dengan ketenangan harus berubah saat dia tanpa sengaja menyaksikan seca...