4

53.5K 5.6K 387
                                    

" Apakah tidak masalah kembali berharap ditengah kekecewaan? "

" Anjing, kaget! " Jantung Raven memberontak, setelah suara sumbang bergema tidak jauh dari posisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Anjing, kaget! " Jantung Raven memberontak, setelah suara sumbang bergema tidak jauh dari posisinya. Matanya liar meneliti sekitar, berharap pekikan barusan hanyalah keisengan. Rasa penasaran mengangkat tapak kaki menuju bangunan terbengkalai. Pabrik besar dengan penerangan remang dari sang bulan, cocok dikategorikan fenomena tempat terangker yang sering viral di media sosial.

" Permisi~ Permisi~ Saya gak ganggu, cuma kepo doang. " bisiknya seraya menunduk, fokus pada kayu-kayu bekas yang tersebar di rerumputan. Bulu kuduk merinding melihat satu belokan gelap, namun langkahnya tetap mantap berjalan. Tepat saat berbelok, pandangan disejajarkan agar bisa memastikan apa yang ada di depan. Pupilnya mengecil dengan bibir latah yang nyaring.

" WATDEFFAKKK!! " Raven spontan menarik kembali langkahnya. Berjongkok di balik tembok, setelah melihat langsung sekelompok pria bersenjata tengah menyiksa seseorang. Kedua tangan membekap kuat mulut sialnya, keringat dingin jatuh bebas menahan getaran tubuh yang terpancing hawa takut. Manik Raven membola, tatkala percakapan singkat terdengar ditelinga kecilnya.

" Saya akan memeriksanya." Satu dari kelompok pria kekar hendak mengambil langkah. Namun, lebih dulu dicegah oleh titah dari sosok dominan di antara mereka.

" Tidak perlu. " Aura yang menekan para bawahannya cukup menjadi tanda bahwa ia berkuasa. Kedua sarung tangan kulit ia campak asal, jari panjang mulus begitu lihai menyugar surai. Senyum miring tergambar, senada dengan sorot mata kelam yang berhasil menangkap benda familier. Leher gitar terlihat bergerak selaras dengan pucuk rambut seseorang.

Si dominan melangkah, memutar arah menuju sisi tembok yang hancur. Berjongkok sembari mencondongkan tubuh, agar lebih dekat dengan Raven yang masih mengintip dari belokan. Dapat dilihat jemari si bocah yang sudah tak lagi membekap terus bergetar. Bibirnya mengikis jarak dengan daun telinga Raven.

" Sedang apa? " tanyanya pada Raven yang masih belum sadar.

" Ssstt...diem...di situ ada begal! kita gak bisa kabur. " tanpa menoleh, tangannya bergerak cepat menutup mulut sosok di belakang. Bisiknya terdengar seperti kegusaran dan amarah tertahan. Kurang dari 10 detik, Raven membelalak kaget merasakan gigitan kuat di sela jarinya.

" Argh bego! Kenapa digigit! " Raven mendaratkan jitakan keras di kepala si dominan. Lalu, segerombolan pria yang tadi dilihatnya dengan sigap mengepung Raven, seraya menodongkan senjata.

" Aaa!! Ampun! Gue gak salah! Gue suci tanpa dosa! Gue gak liat, suer!! " kedua tangan kontan memeluk erat tubuh jangkung di samping. Raven enggan menatap para kelompok yang ia sangka begal dada eh begal aja.

RAVEN [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang