" Apa orang yang dikatakan jahat, benar-benar jahat? Bagaimana dengan orang yang membunuh seseorang untuk melindungi yang lainnya? "Masih seperti biasa dengan suasana kelas yang tak akan pernah berubah. Ditambah sifat aneh salah satu satu remaja yang semakin enggan lepas dari kelinci kita. Bayi kesayangan Arthur kini tengah berada di atas pangkuan Alen. Raven risih sebab mereka tidak saling mengenal dan hanya sekali sapaan semalam.
" Raven bisa duduk sendiri. " tolaknya halus hendak bangkit dari sana.
" Diam atau aku akan memborgolmu lagi." bisiknya dingin di telinga Raven. Tangannya semakin elat melilit pinggang ramping Raven yang kian menegang.
' Benar - benar gak waras Bgst! '
Raven marah dengan keegoisan remaja itu. Alen juga benar-benar hampir memborgolnya tepat saat Raven baru saja duduk di kursi setelah mengusir sang ayah. Ketika Raven memberontak Alen menyuguhi dua pilihan, duduk di pangkuan atau diborgol seharian. Pilihan refleks Raven jatuh pada yang pertama. Meski sudah biasa dipangku oleh keluarganya namun asing untuk orang lain.
" Alen aneh! Alen itu gak boleh maksa orang yang belum kita kenal. " jelasnya melihat paras tampan remaja itu. Semua teman sekelas yang mendengar nasihat Raven diam-diam mengangguk setuju. Semenakutkan apa sosok Alen bagi mereka, pikir Raven menerka.
" Kalau Alen terus maksa gitu, Raven gak mau temenan sama Alen-- " bersandar di dada bidang Alen seraya menoel rahang tegasnya.
" Paham, nggak? " sambungnya lagi dengan lucu. Dibalas deheman oleh sang empu.
' Mungkin ni anak kurang kasih sayang kali. Gak tau mana yang baik mana yang buruk. '
Raven mengangguk setuju dengan pemikirannya.
" Alen, kenapa gurunya belum masuk? "
memiringkan kepala kembali menatap remaja datar itu. Alen menekan tablet Raven memutar video pembelajaran hari ini yang sudah dipersiapkan." Omo! Omo! Jadi gurunya gak datang? Tapi, dari sini ngajarnya! Omaigattt! "
pekiknya heboh membuat Alen menyelipkan senyum tipis untuk pertama kalinya. Semua yang ada disana kecuali Raven, menegang tak bersuara tatkala menangkap senyum seram seorang Alen." Kalau gitu ngapain kita datang? Kan bisa belajar di rumah. " Rasa keponya selalu besar, jiwa - jiwa lambenya menguar.
" Kau harus selalu absen dengan sidik jarimu. Sekarang jadwal pelajaran non-akademik. " mengelus lembut surai hitam Raven. Memang benar sebelum masuk para siswa diwajibkan mengisi kehadiran dengan sidik jari. Hal itu sudah termasuk dalam sistem sekolah disini.
Pembelajaran akademik untuk hari ini hanya lewat tablet , jadwal sekarang adalah pelajaran non-akademik bisa dikatakan kegiatan diluar materi pelajaran wajib.
" Non-akademik? Seperti apa? " Raven memeluk bonekanya.
" Latihan menembak dan berkuda. "
Raven membelalakkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [ ✔ ]
Teen Fiction[ BELUM TAHAP REVISI ] • Kisah dirinya yang tidak diharapkan oleh keluarga kandung... " Jika aku tau kau akan besar menjadi berandalan bodoh tak berguna, seharusnya aku menggugurkanmu. " ' Gue tau... gue beban. Berusaha semaksimal mungkin juga baka...