" Jika dipikirkan, diri ini masih enggan bertegur sapa."
.
.Beberapa hari setelah kesembuhan...
Disini, bocah itu berpijak di depan gerbang pembatas dunia. Membawa dua hand bouqet bunga Sweat Pea berjalan seorang diri. Di bawah mentari pagi menyusuri dua nisan yang terletak berdampingan. Langkahnya berhenti tepat di depan batu bernama. Harta peninggalan terakhir pasangan kekasih yang dulu hanya memberikan memori kejam untuknya.
" Aku tidak menyangka kau datang. "
Suara rendah dari seorang remaja datang menghampiri. Ia tentu tau suara familier ini. Rasa sesak jika memutar kembali ingatan lama. Masih tidak percaya perlakuan sosok sedarah membuatnya menumbuhkan rasa kecewa. Ia berdecih lalu berbalik menyapa.
BUAGH!
" Aku lebih tidak menyangka kau masih hidup kakak... Ah aku tidak perlu memanggilmu dengan panggilan itu lagi bukan, Ciel? "
Tinjuan mulus mendarat di pipi tirus Aciel Dixon. Berujar dengan perkataan formal pada kakak yang sempat singgah memberikan rasa iba. Napas Raven memburu, matanya menggelap marah bercampur penyesalan. Apa benar remaja di hadapannya ini saudara kandungnya?
Raven menarik kerah Ciel sedikit berjinjit. Guratan menjalar di sisi dahinya. Rahangnya mengeras ingin terus menghajar Ciel habis-habisan. Ciel hanya diam seolah sudah menduga hal ini akan terjadi padanya. Kebencian adiknya, mau tak mau harus ia terima.
" Apa kau puas menikmati uang hasil menjual sampah sepertiku? hum? " Raven menggeram seraya menyeringai, giginya terkatup rapat menatap Ciel begitu tajam.
BUAGH!
" Katakan! KATAKAN!! "
Raven kembali mendaratkan pukulan hingga hidung Aciel berdarah. Ciel menutup mata saat kepalan tangan Raven hendak meninju tepat di depan wajahnya. Namun, Raven menahan paksa. Tangannya yang terkepal terlihat bergetar. Masih dengan posisi terangkat di depan mata Ciel. Netranya berkaca-kaca merasakan dilema menyintas tiba-tiba.
Raven menelisik lebih dalam mata sang kakak. Tidak ada emosi di sana. Darah terus menetes keluar, membuat Raven melepaskan cengkramannya. Mendorong Ciel dengan kasar agar menjauh darinya. Raven berbalik melihat makam orang tua mereka ah lebih tepatnya Ciel. Meletakkan dua bunga tadi di atas tanah dari masing - masing makam.
" Beruntung aku tidak salah memilih bunga. Kebahagiaan atas perpisahan~ "
Raven berdiri menghela napas kasar. Menyempatkan dirinya untuk tertawa kecil menutupi rasa yang semakin mencekik dada. Kakinya bergerak meninggalkan tempat yang mulai sekarang akan menjadi akhir dari cerita. Saat tubuh mereka sejajar dengan arah hadapan yang berlawanan. Langkahnya terhenti. Aciel yang terus menatap ke arah makam dan Raven yang terus melihat ke arah gerbang keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [ ✔ ]
Teen Fiction[ BELUM TAHAP REVISI ] • Kisah dirinya yang tidak diharapkan oleh keluarga kandung... " Jika aku tau kau akan besar menjadi berandalan bodoh tak berguna, seharusnya aku menggugurkanmu. " ' Gue tau... gue beban. Berusaha semaksimal mungkin juga baka...