" Cinta itu sederhana yang rumit
orang dan pikirannya aja "
Tawa renyah yang semula mengisi ruang, kini teredam helaan napasnya. Memutar arah badan, bertumpu pada dada bidang Faren yang senantiasa memeluk perutnya. Kedua netra Raven berpendar tatkala hamparan bunga menghadiahkan harumnya. Senyumnya tertarik simpul namun tak ayal ekspresi yang ditampilkan tampak bingung." Papaaa, " deheman lembut Faren sebagai respon dari suara manis Raven. Jemari panjangnya menyisir selembut mungkin surai coklat anak ini. Begitu pelan menyingkap poni coklat, agar bisa menjepitnya dengan jepitan hitam sederhana yang selalu dibawa.
" Papa, suka bunga, ya? " tangan rampingnya terus menepuk kecil pipi bulatnya dengan setangkai permen.
" Tidak-- " balasan gantung Faren sukses membuat Raven mendongak untuk sekedar menatap tajam si lawan bicara.
" Seseorang menyukainya bukan aku. "" Siapa? Papa punya pacar, ya? Iya 'kan? Bilang dong! " sahutan lucunya memancing tawa kecil Faren, jiwa bocah satu ini memang selalu terikat dengan dunia lambe. Raven itu kepoan.
" Bukan. " Atensi Faren kini tertuju pada salah satu bunga yang masih menjadi favorit sang alasan di sana. tertanam tegak di atas tanah begitu cantik menarik mata.
" Sebagian besar bunga di sana adalah bunga liar, terutama bunga yarrow itu. "
dagunya diletakkan di atas pucuk kepala Raven. Menuntun satu tangan si bocah sebagai arahan. Pandangan Raven menyipit, mengatur titik fokus agar lebih jelas memandang." Cantik! " pekik Raven dengan netra mendelik.
" Ya. Liar, cantik dan mandiri. Persis seperti dirinya. "
Beberapa kata menyimpulkan kriteria. Bunga yang bisa hidup di mana saja, tanpa perawatan khusus masih bisa tetap hidup tegak dan mekar. Kecantikan yang juga tak terkalahkan mendominasinya. Berhasil membuat kebanyakan orang tak percaya bahwa itu adalah bunga liar.
" Papa, lagi jatuh cinta ya?! " raut cemberut Raven tampak ketika matanya menangkap sudut bibir Faren tertarik tipis.
" Siapa, sih?! " meski kesal, Raven tetap setia menoel lengan kekar Faren. Bocah tengil itu menggebu penasaran, siapa sosok yang menarik hati sang papa sebelum anak pungut sepertinya. Raven memang selalu pede, tak usah heran.
" Cinta? Itu sama sekali tidak cocok dengan orang sepertiku. " Raven tertegun melihat perubahan ekspresinya. Bukan senyuman licik seperti biasa, melainkan lengkungan lara yang terpatri di wajah dingin Faren. Ia merasa lelaki yang kini bersitatap dengannya terlihat samar bagai sesuatu yang rapuh. Raven tak menyukai sisinya yang ini.
" Ihhh! Sapa yang bilang?! Sok tau banget! Papa dengerin Raven, ya, cinta itu gak mandang siapa atau dengan siapa kita jatuh cinta! Emang sih... Raven belum pernah jatuh cinta--"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [ ✔ ]
Teen Fiction[ BELUM TAHAP REVISI ] • Kisah dirinya yang tidak diharapkan oleh keluarga kandung... " Jika aku tau kau akan besar menjadi berandalan bodoh tak berguna, seharusnya aku menggugurkanmu. " ' Gue tau... gue beban. Berusaha semaksimal mungkin juga baka...