" Aneh tapi nyaman. Unik tapi sayang "
.
.Tubuh Raven membeku, goresan dari peluru bahkan membuat otaknya lambat menangkap sinyal ' sakit ' setelah mendengar kalimat tak masuk akal bagai angin lalu. Kini, terasa berbeda setelah diucapkan untuk kedua kalinya.
" Apa maksud lo " tanyanya menahan getaran ketakutan.
Faren berjongkok, mendongakkan dagu si bungsu. Mata hazelnya terasa mengintimidasi , Raven memutuskan kontak mata mencoba melihat ke arah lain selain pria didepannya.
" lihat aku atau kucongkel matamu"
" JANGAN!! "
Raven yang mendengar ancaman Faren spontan berteriak memejamkan matanya kuat.
" Jangan Om...Raven salah... Maaf...jangan congkel mata Raven...hiks Omnya gak aciii hiks...mainnya fisik! ntar Raven gak ganteng lagi huaaa!! "
isaknya dengan sedikit sewot, satu tangan masih menutup telinga kiri yang terus mengeluarkan darah dari hasil karya Faren.
Bugh! Bugh!
" telinga Raven sakit huuaaa! Om jahat! Jahat! "
Ia merengek memukul-mukul tangan Faren yang masih tak lepas mencengkram dagunya.
" Sekarang kau terlihat seperti bayi "
Faren mengendong Raven yang langsung memeluk lehernya erat.
" Babay! Babay Raven!! huaaa... Babay Raven kotor kenak darahh !! "
tangisannya semakin melengking , melihat boneka putihnya kini ternodai cairan kental amis membuat Babaynya tak suci lagi.
" Diamlah. Kau akan membuat kupingku lebih parah dari lukamu "
Lelaki itu meringis , merasa kupingnya juga akan ikut berdarah mendengar seriosa gagal bayi besar dalam gendongannya.
" Pelayanku akan mencucinya dengan bersih tanpa noda membandel. "
dengan wajah datar meletakkan boneka Raven didalam keranjang.
" Kurasa kau harus pindah kamar "
Faren membawa Raven keluar, setelah meneliti ruangan bak kapal pecah. Siapa lagi kalau bukan ulah kelinci liarnya.
" jangan membangkang perkataanku mulai sekarang. Lalu... Panggil aku Papa. Kau paham? "
ujarnya dingin mengelus punggung sempit Raven.
" kalau Raven tidak mau? "
memiringkan kepala mengalungkan tangan dileher lelaki pemilik Mansion megah ini.
Lelaki itu menghentikan langkahnya, menatap manik Raven sejenak. Kemudian beralih ke area bawah si bocah cerewet. Raven dengan lugu ikut melihat ke arah yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [ ✔ ]
Teen Fiction[ BELUM TAHAP REVISI ] • Kisah dirinya yang tidak diharapkan oleh keluarga kandung... " Jika aku tau kau akan besar menjadi berandalan bodoh tak berguna, seharusnya aku menggugurkanmu. " ' Gue tau... gue beban. Berusaha semaksimal mungkin juga baka...