" Sebenarnya , Apa itu kasih sayang? "Hey pembaca baru~ oh! Hey juga pembaca lama yang mengulang kisah Raven~
.
.Ctash!
Penggaris kayu tebal berhantaman ringan dengan betis ramping remaja 15 tahun itu. Jejak khas yang memerah lurus tercap begitu rapi. Bunyi renyah mendominasi, merusak hening yang paling dibenci. Ruang besar nan redup dengan gemuruh emosi yang melingkupi, kembali mengingatkannya bahwa ia adalah langganan tempat ini.
" Kau bolos lagi, bukan? Bocah sialan." Lontaran dingin wanita dewasa di hadapannya begitu sarkas, mengingat sosoknya menyandang gelar--ibu kandung dari--anak sialan ini. Tubuh kecil anak itu kaku, tertunduk dalam setia mengangkat kedua sisi celana seragam sekolahnya. Bulir keringat menetes perlahan setelah caci-maki dihadiahkan.
Wanita dengan hiasan mate--Erisa Dixon, dengan indahnya kembali menghantam betis pelampiasannya. Anak itu tetap diam tanpa suara, sampai ancaman sederhana dari Erisa membuat manik madunya melotot sempurna.
" Aku akan memberitahu Arav semua ini. " Erisa yang hendak beranjak pergi, langsung dicegat oleh sosok mungil yang merentangkan tangannya. Sayap nyali ia lebarkan saat itu juga.
" Jangan! J-jangan Mama...Raven mohon! " Ketegasan anak ber-nametag Raven, berhasil menggerakkan jari-jemari Erisa untuk menjambak kasar beberapa surai acaknya. Segala tuturan tajam wanita itu hunuskan, tepat di wajah putra bungsu yang selalu memuakkan untuk dipandang lama.
" Apa kau menyesali kesalahanmu? " tanya Erisa datar mengaitkan mata dengan Raven.
" Iya, Raven nyesal..." Raven mengangguk cepat, Erisa semakin menguatkan cengkraman di rambutnya. Raven memekik tertahan memilih menggigit bibirnya. Namun, satu kalimat lolos membuat dinding kokoh pertahanan anak itu roboh. Ekspetasi bahwa dirinya juga ingin menjadi anak sempurna di mata mama, pupus tanpa meninggalkan sisa.
" Aku juga, Aku menyesal tidak menggugurkan berandalan bodoh sepertimu. Itu...penyesalan terbesarku."
Erisa melenggang pergi meninggalkan Raven. Anak itu luruh, terduduk lemas menatap lantai. Pandangan madu yang menyala, kini turut redup bersama gema suara Erisa yang terus menggaung di telinga. Ia bangkit, berjalan gontai menuju kamarnya. Air mata yang diharapkan keluar enggan jatuh. Berusaha terbiasa dengan drama keluarga bahagia ini.
.
.Remaja jangkung berparas tampan--Aciel Dixon, baru saja memasuki kediaman mereka. Disambut hangat oleh pelukan wanita berkedok dua. Erisa menggandeng tangan Aciel, putra sulung yang hanya berbeda satu tahun dari Raven.
" Anak Mama sudah pulang. Gimana sekolahnya? Tumben, pulangnya larut." Erisa menggiring sang Anak ke ruang keluarga, setelah memberikan kecupan sambutan di pipi Ciel.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [ ✔ ]
Teen Fiction[ BELUM TAHAP REVISI ] • Kisah dirinya yang tidak diharapkan oleh keluarga kandung... " Jika aku tau kau akan besar menjadi berandalan bodoh tak berguna, seharusnya aku menggugurkanmu. " ' Gue tau... gue beban. Berusaha semaksimal mungkin juga baka...