20

46.2K 4.5K 133
                                    

" Aku kesepian...temenin ya? gitu katanya... Padahal kita kesana juga belum tentu rasa sepi itu hilang... "

Pakaian lengkap khusus joki kian melekat di tubuh ramping nan pendeknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pakaian lengkap khusus joki kian melekat di tubuh ramping nan pendeknya. Kei menggandeng tangan Raven menuju seekor kuda berbulu hitam pekat. Manik besar bak malam berkilau dengan postur tubuh yang kokoh bagi seekor kuda jantan.
Semua teman sekelas Kei salah fokus dengan paras manis Raven yang berdiri di depan si kuda.

" Jangan, ini boneka Raven. " lirihnya menyembunyikan baymax di belakang punggungnya. Kuda itu hampir saja menjilat baymax kesayangannya. Mereka yang melihat mengulum bibir menahan senyum, masih terpaku akan gerak-gerik si bocah.

" Aku akan menyimpannya, " ujar Kei menarik pelan boneka Raven. Raven mengangguk memberikan benda empuk itu agar Kei bisa meletakkannya di tempat bersih.

" Sudah pernah berkuda? " tangannya menjalar merapikan sedikit poni Raven lalu memakaikan helm berkuda yang sedikit kebesaran padanya.

" Raven... belum." Atensinya terkunci pada beberapa siswa ' LS II ' yang begitu lihai menunggang kuda. Tatapan kagum akan seorang remaja yang begitu elegan juga angkuh mengendalikan kuda terlatihnya, melompati beberapa pagar dengan profesional.

" Raven mau kudanya kayak gitu! " pekiknya antusias sembari memundurkan sedikit helmnya yang menutupi mata. Para siswi yang masih setia memantau tertawa kecil, begitu kecilkah kepala Raven hingga helm joki terlihat renggang.

" Itu berbahaya, kau harus latihan lama agar seimbang. " Kei mengangkat tubuhnya dengan mudah, mendudukkan Raven di atas kuda tunggangan mereka. Di susul oleh Kei yang duduk di belakangnya.
Kei memegang kendali menarik tali kekang mulai memandu kudanya dengan tenang.

" Raven mau pegang juga. " pintanya langsung diterima oleh Kei yang perlahan menggenggam kedua tangan Raven agar bisa menarik tali bersama-sama. Surai mereka bergerak seiring langkah tapak kaki sang kuda. Mata Raven terus berbinar dengan senyumnya merekah.

" Ayo lewati pagar ituww! " Bibir lancip semakin ia majukan sebagai pengganti jari telunjuk yang masih di genggaman Kei.

" Aku sudah mengatakan itu berbahaya. "
Kei menggeleng, menjauhi pagar mencari jalan aman. Bocah tengil ini terus saja memaksa.

" Raven 'kan sama Kakak, jadi gak masalah! Ayoo, dong~ " Kei menghela napas kasar jengah melihat tingkah adiknya ini.

" Bungkukkan sedikit badanmu, pegang talinya erat, tetap bertahan dengan posisi ini saat kita melompat. Paham ? " penjelasan Kei dibalas anggukan cepat.
Mereka mulai meningkatkan kecepatan. Raven bersiap sesuai perkataan. Kei ikut membungkuk merapatkan tangannya ke tubuh Raven agar bocah itu tetap pada posisinya.

" Yeeeeahh!!!  " Kuda gagah itu melompat dengan indah. Surai hitam juga ekornya telerai melawan lajuan angin yang menghantam. Tubuh mereka ikut berpacu singkat saat berada di atas pagar. Raven memekik bahagia merasakan keberhasilannya, walau itu keahlian Kei yang membawa beban imut sepertinya.

" Wah! Ulang-ulang! Ulang Kak! " tawanya lepas menubrukkan beberapa kali kepalanya ke dada bidang Kei, memaksa kakak mengulang lagi aksi menegangkan itu.

" Tidak. " Kei menolak mentah berakhir dengan Raven yang melenyapkan senyumnya. Bersandar di dada bidang Kei mengerucutkan bibirnya, cukup lelah membujuk Kei. Raven tertegun saat kedua matanya tak bisa melihat apa-apa di depan
Mendongak ingin menatap Kei, namun wajahnya semakin tenggelam akan helm sialan ini.

" Tolongin, dong... " cicitan yang samar membuat Kei menjatuhkan pandangannya pada Raven. Remaja itu lupa total bahwa kedua tangan adiknya masih ia cengkram erat. Tentu saja Raven tak bisa memundurkan helm yang sudah menenggelamkan setengah wajahnya. Semua orang yang menyaksikan adegan random itu menutup mulut mengalihkan pandangan. Tak ingin memecahkan tawa di sana.

Dari kejauhan putra sulung Arthur, Kaizel De Lerion berhasil merekam momen epik itu. Memotret bagaimana wajah lucu si bungsu yang tenggelam oleh helm sendiri. Tak lupa mengirimkannya pada si kepala keluarga. Kei kontan melepaskan tempurung hitam itu dari kepala Raven. Setelah menghentikan kudanya, dirinya turun lebih dulu lalu menggendong Raven.

" Kau puas?  " tanya Kei membenarkan sedikit rambut berantakan Raven.

" Umn! Lebih seru dari pada motor. "  sahutnya membuat Kei mencubit pelan hidungnya.

" Sekarang maupun ke depannya, kau tidak akan kami izinkan naik motor. " Raven mengangguk patuh menerima titah.

Tring~ Time to break

" Makan! " serunya dengan mata melotot, otaknya langsung menangkap sinyal bel.

" Soal makan kau tidak bisa dikalahkan."
Kai berjalan menghampiri mereka, menyerahkan boneka baymax Raven yang diambilnya di atas kursi.

" Babay! Hampir aja lupa! " menyambar spontan memeluk erat baymaxnya yang sekarang dipanggilnya ' babay '. Raven melirik kotak bekal putih bermotif babay yang dibawa oleh kakak pertamanya. Matanya berbinar tak sabar ingin memakan hidangan di dalamnya.

" Raven lapar, ayo makan. " Mereka berjalan menuju kantin utama khusus para siswa. Lengkap dengan pintu kaca juga pendingin ruangan di dalamnya. Semua makanan tersedia mulai dari hidangan pembuka sampai penutup. Tersusun rapi dalam mesin canggih dan higienis. Para siswa hanya perlu menggunakan scan sidik jari agar mesin otomatis langsung menyiapkan makanan.

Hanya keheningan disertai bunyi mesin mendominasi ruangan besar ini. Tidak seperti kantin pada umunya yang begitu ramai dengan suara bercengkrama. Kali ini hanya dentingan sendok yang terdengar mengisi. Ketiga putra Arthur duduk di salah satu meja kosong. Raven yang berada di pangkuan Kai mulai menikmati sulangan dari kakaknya. Kei pergi memesan makan siang untuk mereka selain Raven.

" Kakak, cepat sini, Raven udah mau habis nasinya! " tangannya melambai pada Kei yang sudah kembali dengan dua piring hidangan. Mulutnya masih dengan kunyahan memekik lantang memecah keheningan. Raven terkejut semua mata memandang intens ke arahnya. Tangannya perlahan turun memeluk Kai yang masih memangkunya.

" Mereka seram. " bisik Raven menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Kai. Mulutnya masih bergerak menghaluskan sisa makan. Lirikan Kai dengan raut datarnya sukses mengalihkan perhatian mereka dari Ravennya. Kai memeluk posesif Raven setelah Kei ikut bergabung.

" Karena kau terlalu manis..." ujar Kei kecil agar Raven tak mendengarnya. Sedikit mendorong satu piring hidangan pada Kai yang mengilap sudut bibir Raven.

" Raven juga mau sulang Kakak, aaaaa~ "
mulutnya terbuka sedikit mengisyaratkan Kai mengikutinya. Kai berdiam sejenak lalu melakukannya. Tangannya bergerak mulus memasukkan satu sendok nasi dari bekalnya dalam mulut Kai. Kei berdecih, melihat mereka berdua membuatnya panas. Raven menangkap raut wajah Kei yang makan dengan raut wajah kesal.

" Kak Kei juga mau, ya? " goda Raven membuat Kei mengangguk jujur. Raven tersenyum simpul mulai mengambil satu sendok lagi melakukan hal yang sama untuk remaja cemburuan itu. Suapan diterima baik oleh Kei yang kini menyeringai bangga pada Kai. Apa yang dilakukan oleh Raven, tak lepas dari mata tajam para hewan buas di sekelilingnya.

RAWRRR...

Mereka juga ingin diperlakukan sama...
.
.
__________________SELESAI________________

RAVEN [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang