2

52.6K 5K 62
                                    

" Usaha saya tak bisa meluruskan cara pandang mereka. Berandal tetap berandal. "


Menghabiskan semua tenaga, meredam ketakutan yang merajalela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghabiskan semua tenaga, meredam ketakutan yang merajalela. Tidurnya bukan pertanda dirinya baik-baik saja. Hanya saja, cara itu cukup memberi jeda untuknya. Aciel setia memandang teduh wajah imut adik kecilnya. Pulasnya Raven terlelap, sedikit membuatnya lega.

Sedari dulu, Raven hanya bertingkah manja padanya. Bocah ceria yang selalu membuat sosok ambis seperti Aciel bertekuk lutut, siap memberikan apa saja untuknya. Namun, pembatas prestasi di antara mereka membuat jarak besar. Raven tak pernah mau menyelipkan marga--Dixon di belakang namanya.

Ia bilang--Raven lebih nyaman tanpa itu. Faktanya, kedua orangtua tak waras memaksa untuk menutup rapat identitas si putra kedua. Persaudaraan yang tak nampak meskipun satu sekolah. Dilarang bertegur sapa, berangkat terpisah, sudah menjadi rutinitas wajib antara Raven dengan kakaknya.

Raven tak keberatan dengan hal aneh itu. Anak itu sadar diri, otaknya tidak sebanding dengan sang juara. Osis berwibawa seperti Aciel, tidak pantas disandingkan dengan ketua komunitas sampah yang selalu mencari masalah. Beruntung paras tampan keduanya menjadi sorotan para kaum hawa. Setidaknya, masih ada plus di balik minus-nya.

Cup

" Sleep tight lil bro. "
.
.

" Raven lagi demam, dia butuh istirahat, Ma! "

Tubuhnya bergeliat ingin merenggangkan otot badan yang terasa ngilu. Namun, kebisingan samar perlahan menegas membuat netra sayu terbuka. Tatapan nanar berusaha fokus melihat dua insan yang tengah melontarkan pro dan kontra. Di sana, Aciel berdiri tegap menghalau Elisa yang tak mau kalah.

" Berandalan sepertinya tidak perlu dimanja. Dia hanya perlu sekolah! Biar dia sadar, tidak berguna jika terus menjadi beban! " sarkas Erisa, terus menyingkirkan tangan Aciel yang menahannya. Pupil mata Raven mengecil mendengar hantaman amarah, serta kata tajam wanita itu. Raven bangkit setelah menyempatkan diri untuk tertawa.

" Beban ya...haha~ Gausah takut, si beban ini pasti sekolah." Suara parau menarik atensi adu mulut mereka. Dengan wajah datar berjalan gontai melewati Aciel. Langkahnya terputus oleh ujaran tegas putra sulung kebanggan Dixon.

" Kamu sakit, harus istirahat! " Tangan Raven dicekal oleh sang kakak, Raven menghela napas kasar. Melirik Ciel dengan tatapan dingin, Raven menghentakkan kasar cengkraman tangan Ciel.

" Beban gak perlu dimanja, Ciel~ "

' Seharusnya kakak juga sadar, perlakuan baik kakak gak ngerubah sikap mereka. Raven makin sakit, Kak.' batin Raven membuang muka, meninggalkan Aciel yang membeku dengan tuturan halus penuh makna.

" Kamu lihat sekarang, Adik kesayanganmu itu, akan terus bertingkah kurang ajar!" bentak Erisa, menunjuk-nunjuk punggung Raven yang sudah masuk ke kamar mandi. Aciel memilih keluar dengan perasaan kalut. Kecewa dengan penolakan yang langsung menohoknya.

RAVEN [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang