33

31.5K 3.3K 65
                                    

" Setidaknya masih bisa melihat senyum yang hanya sementara. "

 "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Plop!

Apa jatuh dari ketinggian seenak ini. Apa mati, rasanya seperti ini. Apa roh sudah terpisah dari tubuh. Faren yang menutup mata rapat mengerutkan alisnya. Terlihat berpikir keras merasakan tubuhnya jauh dari kata sakit. Tanah bahkan terasa empuk sekarang. Inikah keadilan tuhan...

" PAPA! "

Mengapa suara Raven terasa dekat. Jangan bilang Raven menyusulnya juga. Ah tidak! kelinciku tidak boleh mati! Faren membuka matanya paksa. Betapa terkejutnya ia saat bocah itu merangkak mendekatinya. Bukan hanya Raven melainkan...

" What the heck! "

Faren mendelik menatap liar sekitarnya. Mengapa begitu banyak orang di mansion privasi miliknya. Kedua putra kembar Arthur , Nico Dante dokter pribadi de Lerion, anak buahnya, juga air cusion yang sedang ditidurinya ini. Kasur angin yang digunakan mengevakuasi korban untuk pemadam kebakaran.

" Kau terlihat bodoh sekarang. Kemana wajah angkuhmu tadi, Farenzo~ "

Arthur menyeringai menyisir surainya ke atas. Berjalan mendekat mengambil Raven yang terus memeriksa kondisi sang papa.

" Bangsat! kau sengaja melakukannya! "

Faren bangkit bergerak turun dari sana. Kakinya melemas ketika hendak berjalan menuju Arthur. Tubuhnya meluruh kehilangan kesadaran berhasil ditangkap oleh Nico. Tanpa sepengetahuan, dokter tampan sedikit gila menusuk tengkuk leher Faren dengan jarum bius. Faren si pemberontak kini tertidur tenang dalam dekapan Nico.

" Kau pria kekar! bantu aku mengangkatnya kesana. "

Perintah Nico pada anak buah Faren yang setia berdiri terus memperhatikan. Mereka membawa Faren masuk ke dalam tenda medis yang sengaja dibuat di luar mansion. Katanya, penanganan lebih cepat tanpa harus ke rumah sakit.

Bugh!

" Ayah! kenapa gak bilang Raven soal ini!Raven kaget tau! Humph! " Raven turun dari gendongan Arthur. Memukul perut sang ayah yang hanya tersenyum licik.

" Sedikit pertunjukan setelah perdebatan itu menyenangkan. "

Arthur mengelus pucuk kepala Raven. Menyelimuti bayinya dengan jaket lembut yang dibawa si kembar untuk adik mereka. Arthur menoleh melihat Kai dan Kei yang bersender di depan pintu mobil Bugatti Chiron hitam. Terlihat menunggu kedatangan bungsu de Lerion.

" Kedua kakakmu menunggu. Pulanglah dengan mereka," bisik Arthur memutar tubuh Raven menghadap Kai dan Kei yang tersenyum tipis.

" Raven mau disini aja sama Ayah... "

RAVEN [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang