" Salam hangat cukup memuaskan keinginan sederhana."
Senandung rusaknya terputar mengisi ruang kamar. Mengacak poni surainya agar tampak kesan bandal. Seragam sekolah membalut pas tubuh kecil yang tak seberapa. Suasana hatinya membuncah dengan senyum semringah, setelah melihat pantulan diri di depan cermin full body." Omaigat! Ganteng, banget! " pekiknya manja, menempelkan kedua tangan di pipi ronanya. Kakinya menghentak berkali-kali, gemas melihat wajah yang menjadi aset popularitas yang semakin dilihat semakin tampan saja. Berbalik menyambar alat musik kesayangannya. Katanya, agar menambah kesan keren di mata kaum hawa.
Langkahnya ia bawa menuju lantai bawah, tepatnya ruang makan di sana. Melirik para titan yang tengah menunggu kehadirannya, ah, Raven terharu. Harunya itu tak berselang lama, rasa kesal mengambil alih setelah matanya menangkap rupa sempurna para pria de lerion. Benar-benar pahatan sempurna, helaan napasnya begitu kasar di dengar.
" Betapa jeleknya mereka, astaga. " lirihnya berusaha menepis rasa iri. Menempatkan nyaman bokongnya di kursi yang terletak di sisi kanan Arthur. Sudut bibirnya berkedut, ia harus menahan senyumnya agar tetap imut. Raven memang akan kalah banding jika adu ketampanan. Tapi, akan menang jika taruhannya keimutan. Raven bercanda.
" Raven, imut'kan, ya? " celetuknya sembari menarik piring berbahan keramik di atas meja. Ketiga pria yang sedari tadi memperhatikan intens wajahnya hanya mengangguk saja. Tawa pede Raven terlepas singkat, tentu saja, dirinya imut itu fakta. Tangan Arthur terulur mengelus pipinya.
" Ingin makan apa? "
" Raven, mau nasi goreng--" Matanya bergulir meneliti setiap hidangan yang tersaji di atas meja." Gak ada, ya, Ayah? " menatap si dominan dengan raut herannya. Bagaimana mungkin dirinya akan bertahan memakan semua makanan asing ini. Sarapan di sini lebih cocok untuk kaum diet, bukan lambung karet sepertinya. Pantas saja proporsi tubuh mereka sempurna.
" Nasi terlalu berat di pagi hari. "
Kei kian menikmati roti panggang dengan buah alpukat sebagi topingnya. Mereka kecuali Raven hampir tak pernah mengkonsumsi nasi sebagai sarapannya. Arthur yang begitu peka akan nafsu makan bayinya, mentitahkan pelayan membuatkan satu mangkuk sereal dengan potongan buah stroberi di dalamnya. Kebiasaan Raven harus dirubah mulai sekarang.
Sarapan manis Raven datang, tak buruk juga pikirnya. Ini salah satu jenis makanan sehat yang mudah Raven terima. Bocah itu menikmati sarapannya kali ini. Berterimakasih pada ayah yang paham akan selera makannya. Kakinya berayun seiring kunyahan di dalam mulutnya. Sesekali mencuri-curi pandang pada Arthur yang juga sedang menyesup teh hijau hangatnya.
" Raven, mau coba juga, boleh? " izinnya pada Arthur yang sekarang menyodorkan perlahan cangkirnya pada Raven. Membantu anak itu minum dengan hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [ ✔ ]
Teen Fiction[ BELUM TAHAP REVISI ] • Kisah dirinya yang tidak diharapkan oleh keluarga kandung... " Jika aku tau kau akan besar menjadi berandalan bodoh tak berguna, seharusnya aku menggugurkanmu. " ' Gue tau... gue beban. Berusaha semaksimal mungkin juga baka...