17

43.5K 4.5K 37
                                    


" Khawatir dirinya terluka tanpa berkata "


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

" Kakak tau gak! Ah pasti gak tau, orang Raven belum kasih tau pftt..." gelaknya

"Ayah itu gak jago nari! Ayah kalah dengan Raven. Tapi...Ayah jago nembak dor! dor!. Ayah nembak zombie terus kami teriak...Aaa!!... Ayah juga licik pas main basket tadi. Terus.. terus.. kami capit boneka kek gini grep!puk! terus boneka beruangnya jatuh! "

Hampir 2 jam mereka diruangan Raven. Anak itu seru bercerita, bagaimana dirinya dan sang Ayah menghabiskan waktu di area bermain. Memperagakan semua gerakan berbarengan dengan tawanya. Mengulang momen sederhana yang cukup berharga.

" Ayah menari? " tanya Kei duduk diatas kasur tepat disamping kiri Raven.

" Iya! Ayah menari tapi kek robot tau!hahahaha seperti ini! Hup! Hup! "

bak seorang balita, menceritakan semua kejadian yang dilihatnya tanpa disaring dalam pikiran terlebih dahulu.

Lagi - lagi perkataan Raven membuat kedua Kakaknya terkejut. Seorang mafia bengis seperti Arthur menari? yang benar saja! batin mereka serempak. Mereka tetap percaya , hanya tidak bisa membayangkannya.

" Tidur. Besok kau masih harus sekolah "

titah Kai menaikkan selimut sebatas dada, tatkala melihat jam merujuk pada pukul 12 malam. Raven  memeluk boneka baymaxnya erat , serta menggenggam action figure Hiro yang dipilihnya untuk sang Ayah.

' Raven gak mau sekolah '

Batinnya menatap sendu Kai. Si bungsu mulai merasakan perasaan buruk. Ia berusaha melupakan sekolah menyeramkan itu sedari tadi. Namun apa buat, Raven akan selalu kalah jika berdebat dengan kedua Kakaknya.

" Oke... " lirihnya menutup mata. Berbanding terbalik dengan hatinya yang gelisah.

Kei mematikan lampu tidur Raven. Mereka keluar, kembali ke kamarnya masing-masing. Setelah beberapa menit kepergian mereka...

" gak bisa tidur! "

Ia membuka mata, menghidupkan kembali lampu tidur diatas nakas. 

" Kalo izin sama Ayah, apa dikasih? "

Raven bersandar dikepala kasur. Menghela napas kasar.

" ha... Gue gak mau pokoknya balik lagi kesana. Muridnya aneh semua, cuman gue yang waras " sewotnya.

" Jumpain Ayah aja kali ya? "

Ia  menyingkap selimut turun dari kasur lalu memakai sandal bulunya, hendak melangkah keluar.

Bocah itu mengendap-endap menuju kamar Arthur. Dari bawah pintu, terlihat lampu kamar masih menyala walau minim cahaya tanda sang Ayah masih terjaga. Raven masuk perlahan dalam keheningan.

Matanya terbelalak kaget, saat bau anyir darah menguar keras menyambutnya. Pecahan vas dimana - mana. Beberapa furniture berserakan dengan tak elitnya.

' Ini kamar Ayah apa gudang sih! Bau darah juga tunggu... darah siapa!'

Raven mengedarkan pandangannya, betapa terkejutnya Ia melihat sang Ayah berbaring diatas kasur masih dengan pakaian yang sama seperti terakhir kali dilihatnya.

Kemeja hitam yang kian lusuh, membalut tubuh kekar pria dewasa itu. Menutup kedua mata dengan satu lengan kekarnya diatas wajah.

" Ayah..." lirihnya berjalan mendekati Arthur.

" Ayah tidur? "

tanya Raven. Lalu, matanya menangkap gelas kecil khusus untuk minuman beralkohol terletak rapi diatas meja. Menyisakan sedikit cairan, menandakan seseorang baru saja meminumnya.

Raven juga melihat beberapa puntung nikotin yang habis dihirup. Perasaan khawatir menjalar, membuat bocah itu melemparkan semua rokok yang tersisa. Menginjak-injaknya dengan kesal.

Puk! Puk! Puk!

" Raven gak suka Ayah merokok! itu juga minuman nyengat! Raven gak suka! "

geramnya semakin memeluk boneka yang masih setia dibawa. Ia merangkak menaiki ranjang besar sang Ayah. Arthur masih tak bergerak.

" Ayah~ "

panggilnya memeluk tubuh besar Arthur. Meletakkan boneka baymaxnya diperut atletis lelaki itu.

" Ayah~ Raven gak mau sekolah disana boleh? masak... tadi, pas anakmu yang tampan nan uwuw ini datang. Mereka pada liatin Raven mulu. Matanya serem , habis itu kan Yah! waktu istirahat, Raven kan keluarin biskuit sama susu Raven terus..."

" Pas Raven makan, mereka masih liatin Raven. Raven pikir mereka tergiur liat cemilan Raven. Lalu...anakmu yang baik hati dan rajin menabung ini~ menawarkannya pada para manusia patung itu naamuunnnn... Raven dicuekin tau! Anakmu ini kesel jadinya! tapi takut juga Ayah~ mereka itu kayak mau nerkam degem macam Raven...Gawrr gituh! "

" Atau...Ayah gak tau degem itu apa? karna Raven bayi kecil lugu dan tak berdosa, Raven akan kasih tau kamu wahai Ayah gula yang sedikit kurang update... Degem itu dedek gemezzzhh~~ "

Celotehnya panjang lebar dengan beragam ekspresi, kini semakin memeluk Arthur bak guling dikamarnya. Juga, menoel-noel dagu sang Ayah.

"Ayah... "

panggilnya menormalkan suara. Berdiam sejenak menatap Arthur yang tak merespon.

" huft...Ayah ngapain cobak main rokok-rokok segala. Ayah tuh masih kecil! Segini nih kecilnya... "

Ia memperlihatkan jari kelingkingnya, mengatakan betapa kecilnya Arthur dimata seorang Raven.

" Raven gak suka Ayah hidupnya gak sehat gini. Padahal Ayah sendiri yang bilang harus hidup sehat. Awas aja kalo Raven liat sekali lagi Ayah merokok. Raven jitak nanti huh..."  ancamnya mengambil aba-aba.

" Ayah Arthur... "

panggilnya lagi, sekarang mengintip dari celah bawah lengan yang menutupi mata sang Ayah.

" Ayah capek ya? "

" Tadi... pas Raven masuk, ada bau darah. Ayah luka? bayi mu ini khawatir Ayah... Raven tau Ayah sering main pistol-pistolan. Keren emang Raven gak bo'ong , tapi tetap aja Raven takut kalo Ayah luka. "

Raven mengelus surai Arthur. Matanya memanas, Ia tidak terlalu bodoh mengetahui sosok didekatnya ini adalah Mafia. Kata orang, dia jahat....

" Kalo... Ayah luka terus gak bilang ke Raven gimana Raven tau!... hiks...Ayah sok kuat! hiks...Ayah harus lapor sama Raven! jangan diem-diem doang hiks...ntar Ayah sakit siapa..siapa yang jagain Raven cobak hiks... "

" Ravenkan masih bayi huaa... Raven takut hiks... Raven takut kalo jadinya sendirian lagi hiks..."

Raven bersandar didada bidang Arthur. Memeluk guling besarnya ini dengan erat. Hampir setengah jam menangis tersedu-sedu.

" Ini namanya hi..hiro...dia temannya baymax... hiro itu kayak Raven... Baymaxnya kayak Ayah. Jadi, Raven pilih hironya buat Ayah simpan. Baymaxnya Raven yang simpan...jadi kita bisa saling jaga kayak mereka... " jelasnya dengan suara serak sesenggukan.

Cup!

Kecupan singkat sebagai pengantar tidur diberikan oleh bayi besar tepat dipipinya. Mata Raven mulai memberat. Gumaman kecil terus terdengar hingga terganti oleh dengkuran halus sibungsu.

" hoam~ Ayah...Raven ngantuk...makasih... untuk hari ini...jangan sampai terluka... Ayah... zzz "
.
.
__________________SELESAI________________

RAVEN [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang