" Rasa bersalah adalah senjata.".
." Cukup jadikan wanita sebagai pencetak pewaris saja. Lalu... DOR! bunuh jika sudah tak lagi berguna...bukankah begitu, para serangga gila? "
Seorang lelaki bersandar di kusen pintu. Seraya, memutar-mutar revolver pada satu jari telunjuknya. Lucutan peluru menjadi sapaan kejutan memecahkan perdebatan. Menghembuskan asap dari nikotin yang sedari tadi terapit di sudut bibirnya. Turtle neck hitam dengan satu anting gantung di telinga kanan menambah kesan bad boy-nya.
Wajah rupawan dengan rahang tegas bak ukiran patung sempurna. Menatap remeh dua pria yang baru saja berdebat panas. Sayangnya dua pria yang dikatakan serangga adalah sahabatnya. Mereka yang ada di sana langsung menoleh. Arthur juga Faren memberikan lirikan sinis tidak berniat menyambut maupun menerima kehadirannya.
" Ayah... siapa dia? "
Suara Raven menyela kecanggungan di antara mereka. Atmosfer di sana terlalu mencekam. Jauh dari kata sahabat, ini lebih tepat menggambarkan lingkaran rival.
" Dia hanya pria aneh. Bayiku tidak perlu mengenalnya. "
Arthur mengelus pipi dingin Raven. Mengacuhkan keberadaan sosok aneh yang terlalu keren tampangnya.
" Manis. "
Pria itu berjalan mendekati Raven. Tinggi! begitu tinggi diantara Ayah juga Papanya, batin Raven menjerit. Benar-benar Circle Titan.
" Jangan menyentuhnya jika kau masih ingin hidup...Vernon de Trevas "
Pria aneh yang bernama depan Vernon terus berjalan tak menghiraukan ancaman yang ditujukan. Ekspresinya begitu datar bahkan lebih misterius dari para titan yang lain.
" Aku juga tak berniat menyentuhnya. Arthur de Lerion. "
" Hey Faren~ kembali ke negara asalmu. Cukup bermain-main di negara orang. Aku tau kau suka menjadi serangga, " dengan relax melirik Faren yang terus menatap tak suka.
" Shut Ur Fucking Mouth."
( Tutup mulutmu)Faren merutuki dengan guratan menjalar di leher jenjangnya. Gemertak gigi terdengar mengisyaratkan emosinya terpancing. Tanpa diduga, tidak hanya satu orang aneh yang muncul tapi...
"Lalala~ siapppaa kelincinyaaaa!!~ "
Suara melengking terdengar dari seorang bocah dengan celana jumpsuit hitam di atas lutut dengan kemeja baby blue sebagai dalamannya. Sepatu putih lengkap dengan kaos kaki di atas mata kaki menampilkan kesan polosnya. Ia datang seraya bersenandung lucu.
Tubuh yang lebih pendek dari bungsu Arthur menggeser Vernon agar tak menghalangi jalan menuju Raven. Surai ikal pirang sebatas tengkuk menambah kesan imutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [ ✔ ]
Teen Fiction[ BELUM TAHAP REVISI ] • Kisah dirinya yang tidak diharapkan oleh keluarga kandung... " Jika aku tau kau akan besar menjadi berandalan bodoh tak berguna, seharusnya aku menggugurkanmu. " ' Gue tau... gue beban. Berusaha semaksimal mungkin juga baka...