11

46.2K 4.7K 66
                                    


" Mengekang itu bukan sayang tapi malang."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Toko itu kebanyakan bocilnya dari pada orang dewasa, salah satunya Raven. Setelah selesai bernongkrong ria, mereka pergi dari sana. Raven yang memimpin jalan terlihat bersiul senang, sampai langkahnya mendadak terhenti oleh deruan mobil mewah yang rem mendadak tak jauh dari posisi ia berdiri.

Alat transportasi yang menarik perhatian mata para pengunjung toko, serta orang lalu lang itu menepi di salah satu toko yang berdekatan dengan toko dessert tadi. Raven melepaskan gumaman takjub tepat saat netra madunya mengunci paras rupawan si pemilik mobil tersebut. Matanya jernih nan tajam. Rahang tirus dengan tinggi semampai. Tubuhnya dengan proporsi yang pas membuat Raven menutup mulutnya.

" Parah! Ganteng, banget! " pekiknya tertahan terus menarik lengan Sena yang terheran. Hebohnya reaksi Raven yang terlalu marok dengan orang tampan, membuat Sena memegang kedua pipi rona Raven. Pandangan Sena yang intens dengan satu buah pertanyaan terlarang.

" Homo, lo, ya? " Raven mendecak kesal, dirinya hanya suka kagum dengan orang tampan itu saja. Dasar Sena bego. Raven menepis geram tangan sahabatnya itu.

" Ih! Kagak, gue masih normal, lurus tidak berliku! " matanya kembali menatap pria muda tadi, sepertinya ingin ke toko es krim. Pikiran Raven menerka.

" Eh, ada bocil! Imut banget, bangsat! " Geo tak sengaja melihat ke arah pintu mobil yang meninggalkan celah. Seruan Geo membuat yang lainnya menoleh. Benar, anak kecil itu sangat menggemaskan. Tatapan yang polos dengan kulit halusnya menonjolkan aura yang lembut. Raven yang hendak mendekat kontan membeku, pria pemilik mobil ini kembali dengan terburu-buru.

" Apa-apaan tuh, adeknya mau keluar masa gak boleh! " protes Raven diangguki yang lainnya. Suara mereka tak sampai mengusik kedua kakak beradik yang menjadi pusat perhatian. Percakapan mereka terdengar samar. Namun, masih bisa ditangkap oleh telinga tajam Raven dan sahabatnya.

" Aku akan membelikannya. Tunggu di sini. " ( pembaca cerita Aneas pasti tau momen ini, fyi ada di chapter 10 )

" Tapi, Eas mau ikut ke sana juga. " Bocah kecil itu berusaha menyingkirkan tubuh jangkung si pria yang ternyata benar kakaknya. Mencuri - curi keadaan sekitar dari balik tubuh sang kakak. 

" Ya, atau tidak jadi beli. " Raven jernih mendengar suara rendah itu menekan nyali si kecil. Guratan di sekitar kepalan tangan Raven tampak, emosinya terbakar setelah melihat bagaimana bocah kecil itu mengalah dengan senyum manisnya. Senyum yang baru pertama Raven rasain bahwa rasa kecewa terselip di sana.

" Iya. Eas tunggu Kakak di sini. " Pintu itu dikunci oleh sang kakak yang kembali pergi menuju toko tujuannya. Raven benar-benar kalut melihat pria bajingan itu, wajahnya yang tampan menjadi nilai nol setelah Raven sadar sosoknya adalah si pemaksa. Tubuh Raven bergerak maju hampir menarik kasar sosok pria itu. Beruntung, Elang dengan gerakan sigapnya menghadang langkah Raven.

RAVEN [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang