2.

9 2 0
                                    

"hai" sapa Bhale ketika panggilan video sudah mulai tersambung. Entah kenapa pipiku terasa sakit, aku ingin tersenyum tapi aku menahan. Aku tidak mau sangat kentara jika Aku sebahagia ini mendapat telfon darinya.

"Halo," jawabku. Setelah itu suasana hening, Aku tidak tahu harus berkata apa.

"Aku ingin melihat marmutnya" ucap Bhale

"oh iya" Aku segera memutar kamera dan mengarahkannya ke marmut. Bodohnya Aku malah menunggu percakapan dari Bhale padahal Dia menghubungiku hanya untuk marmut.

Aku bisa melihat wajah Bhale yang sepertinya serius mengamati pergerakan marmut dari layar ponselku.

"sekarang bisa Aku lihat wajahmu ? Aku sudah cukup memeriksa marmut"

"okey" sekarang Aku mengembalikan posisi kamera kehadapanku.

"marmutnya normal, semua baik baik-saja"

"okey" terlepas dari satu kata itu, sebenarnya ada banyak kalimat yang ingin kusampaikan. Tapi semuanya tertahan. Tertahan oleh status dan kerumitan hubungan Kita. Detik kemudian Bhale menutup panggilan karena sepertinya tidak ada alasan untuk melanjutkan pembicaraan.

Semua hal ini membuatku semakin tidak nyaman. Aku harus melakukan sesuatu, Aku harus minta maaf dan memperbaiki keadaan. Aku terlalu gegabah dalam mengambil keputusan.

Aku mengambil buku yang ada di meja belajar. Aku berencana menulis surat dan memberikan untuk Bhale besok.

Kurasa surat adalah hal yang bagus karena Aku tidak sanggup jika harus bicara secara langsung di depan Bhale.

Bertengkar denganmu memang menyebalkan, tapi berpisah darimu jauh menyakitkan. Kita selalu punya seribu alasan untuk bertengkar tapi Kita juga selalu punya cara untuk kembali memaafkan. Cinta bukan hanya perihal kebahagiaan, cinta itu sebuah kelengkapan dan keseimbangan. Senang dan sedih, kurang dan lebih, memberi dan menerima.

Kurasa putus denganmu adalah hal yang salah, kuharap hubungan ini masih bisa diperbaiki dan disambung lagi. Aku sangat malu untuk mengatakan ini tapi aku harus melakukannya untuk ketenangan jiwa dan pikiranku.

............................................

"hidupmu akan sangat bermanfaat, kematianmu adalah suatu kemuliaan, arwahmu akan disambut oleh bidadari surga dan Kau akan ditempatkan di tempat terindah diatas sana, marmut imut" aku memberikan kata-kata terakhir sebelum marmut di dalam kandang ini kubawa ke Laboratorium kampus. Aku tidak tega tapi ini harus kulakukan demi tugas dan demi ilmu pengetahuan.

Semua mahasiswa sudah berkumpul di depan Laboratorium. Ada yang membawa tikus putih, ada burung dara, Di sisi barat ada yang membawa katak serta di sebelahnya membawa seekor ikan.

Aku bergabung dengan tim kelompokku. Satu-persatu mereka menyapa marmut yang kubawa. Mereka juga merasakan hal yang sama denganku, tidak tega. Aku segera memakai jas Lab dan menyiapkan segala keperluanku.

"alay banget sih kalian" ucap Beti. Sebuah kesialan karena Beti salah satu anggota kelompokku. Aku tidak mau meladeni daripada akan terjadi perang. Lebih baik Aku mengabaikannya.

Kami semua diminta masuk ke ruang Laboratorium. Ketika kami mengantri masuk, Aku menarik jas Lab milik Bhale dan membuatnya berhenti. Ia menoleh padaku dengan tatapan bingung. Aku segera memberikan surat yang tadi malam kutulis dengan sepenuh ketulusan hati.

"baca setelah praktikum" bisikku lalu Aku segera masuk ke ruang Lab.

Hari ini kami harus mempelajari anatomi masing masing hewan dan mencatatnya di buku laporan. Sebelum membedah lebih dulu marmut ini dibius.

academic adventures (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang