7

11 1 0
                                    

"fyuh !!! akhirnya selesai juga" Juno merenggangkan kedua tangannya ke udara. Kami keluar kelas dan berkumpul di depan pintu untuk menghirup udara segar sebelum akhirnya kami akan berjalan pulang. Biasalah ngobrol dulu.

"aku tegang dari mulai sampai selesai, padahal bukan Aku yang presentasi" Kiran memegang dadanya dengan kedua tangannya. Ia mencoba menunjukkan bahwa dadanya masih berdegup tegang.

Kavi keluar dengan langkah lemah dan mata sayu "besok Aku harus bimbingan mandiri menghadap Pak Malik"

"kenapa ?" tanya Kamu bersamaan.

Kavi menghela napas, sepertinya ini sebuah ujian yang baru dan sepertinya amat rumit untuk dijelaskan.

"sebenarnya Aku tidak mau melakukannya tapi Aku harus melakukannya"

"iya tapi kenapa" Kiran menarik lengan Kavi gemas.

Kavi masih sibuk menghela napas lagi, pandangannya menerawang jauh di belakang Kami entah apa yang Dia lihat Aku tidak tahu.

"Aku harus mengambil sikap ini untuk kebaikanku" lagi-lagi Kavi malah memberi kalimat yang membuat Kami semakin penasaran. Jika posisinya memang sulit kenapa Dia mau melakukannya. Kenapa Dia membuat situasi menjadi mendramatisir seperti ini. Aku semakin gemas dibuatnya. Jangan bilang jika ujungnya Dia bercanda. Akan kutonjok hidungnya kalau begitu. Tidak hanya Aku yang merasa kesal, Juno sudah mulai menggelengkan kepala merasa geram, dan Bhale menggaruk hidungnya dan memandangku dengan salah satu alisnya yang menukik. Mereka mulai kesal dan habis kesabaran.

"aduh kalau tidak mau cerita tidak usah cerita deh menyebalkan" ketusku.

"sabar Elee" ucap Kiran.

Bukannya menjawab, Kavi malah melangkah menjauh dari kelas. Dengan bodohnya Kami semua mengikutinya, Kami masih menunggu penjelasan darinya.

"karena kupikir jika menunggu jadwal presentasi maka waktuku tidak cukup jadi Aku minta tambahan waktu Pak Malik diluar jam kuliah untuk memeriksa RPP-ku, Aku butuh saran dari beliau" Kavi berhenti untuk membuang beberapa sampah di tasnya, mataku mengikuti pergerakan Kavi. Tidak hanya Aku, tapi semua. Kami semua seperti tengah terhipnotis, mengikuti semua yang dilakukan Kavi.

"Meskipun lesson study-Ku dilakukan dua minggu lagi tapi Aku memutuskan mulai bimbingan mandiri besok karena menurut dugaanku revisiku akan berkali-kali dan memakan waktu lama jadi Aku mengantisipasi hal itu"

Kami mengangguk setuju dengan keputusan Kavi. "jika ada pilihan lain Aku tidak mau melakukan ini" ucap Kavi.

"keputusanmu sudah benar, justru itu memberiku ide bahwa Aku juga harus melakukannya juga" jawabku. Tidak terasa Kami sudah berjalan hampir mendekati lokasi parkiran. Hari sudah mulai petang dan kami harus kembali ke rumah masing-masing.

"tidak boleh, kalian harus membantuku menyelesaikan revisiku dulu. Lagipula jadwal Kita tidak sama, jadi Kita harus saling bantu" Kavi mencegahku "nanti malam kalian harus membantuku, memberiku saran dan masukan karena besok Aku harus menghadap Pak Malik. Kalian tahu jika masalahku ini sangat rumit terlebih semua guru disana berharap banyak padaku, itu beban tersendiri untukku"

Kami saling pandang satu sama lain. Sangat ingin membantu tapi juga tidak tahu bisa membantu apa. Membuat RPP adalah hal baru bagi kami dan kami belum punya banyak pengalaman untuk itu.

"jadi.... Garasi belajar dibuka lagi ?" tanya Juno.

"ya tentu, Aku sangat mengharap kedatangan kalian" Kavi menyatukan kedua telapak tangannya memohon.

"tentu Aku datang" jawab Juno.

"yang lain ?"

Kami semua diam, Aku masih berpikir. Aku ingin datang, tapi untuk menyetujui membantunya Aku tidak yakin, Aku takut salah, Aku takut tidak bisa berkontribusi, Aku sadar diri jika kemapuanku belum cukup banyak.

"jika yang lain tidak datang biar saja Kav, tapi Aku pasti datang" Juno menepuk pundak Kavi memberi semangat.

"tapi Kau tidak membantu" ucap Kavi menjauhkan tangan Juno darinya.

"Kau meragukanku ?"

"Kita bicara fakta saja melalui bukti nyata tertulis, contohnya KHS (kartu hasil study)" KHS Juno memang selalu mendapat skor paling rendah diantara Kita. Bahkan dulu Juno pernah hampir tidak lulus di salah satu mata kuliah.

"heiii jangan begitu. Kehadiranku memberimu semangat"

"Aku akan datang" kali ini Bhale bicara dengan tegas membuat kami semua terkejut. Kupikir Bhale tidak akan peduli dengan orang lain. kurasa Dia sudah mulai terbuka dengan yang lain, tidak hanya denganku saja, atau tidak karena kupaksa. Kali ini murni keinginannya. Aku memberinya tatapan serius.

"Kau serius ?" tanya Kavi dengan binar bahagia "apa Kira sudah mulai berteman ?"

"Aku tidak berteman" jawab Bhale dengan ketus lalu berlalu meninggalkan Kita.

"Aku datang" kataku

"Aku jugaaa" ucap Kiran dengan riang. Kami membiarkan Bhale berlalu ke parkiran.

Aku, Juno dan Kiran pergi bersama dengan mobil milik Juno.

.............................................................................

"Aku juga tidak banyak tahu tentang RPP jadi jangan berharap banyak padaku. Aku bukan dewa Aku hanya manusia yang punya keterbatasan" ucap Bhale membuka acara diskusi. Kami semua duduk rapi menyimak Bhale yang sedang membaca RPP hasil buatan Kavi. Kami semua sudah membacanya tapi Kami rasa RPP itu sudah benar. Harapan terakhir adalah saran dari Bhale.

"tidak perlu merendah" ucap Kavi

"untuk meroket" sambung Juno yang otomatis mendapat pelototan dari semuanya. Tolong jangan buat Bhale kesal karena Kami butuh Dia saat ini. Kalimat yang diucapkan Kavi sudah benar tapi ketika dismbung kalimat Juno yang ada itu menjadi kalimat sarkasme. Juno tidak bisa membaca situasi.

"kenapa Kau memilih model pembelajaran PBL (Problem based learning)" tanya Bhale.

"memangnya masalah apa yang akan Kau sajikan nanti ?"

"mmm belum tahu Aku belum buat. Apa model itu salah lalu sebaiknya Aku menggunakan apa ?"

"sebenarnya Aku juga tidak tahu mana yang cocok karena Aku tidak memahami kondisi siswanya. Aku bertanya hanya ingin tahu alasanmu dan jika alasanmu tepat kurasa ini sudah benar. Atau sebaiknya Kita diskusikan saja model pembelajaran yang sesuai"

"kupikir mereka sedang menghadapi masalah tentang kehamilan usia dini jadi PBL adalah model yang cocok"

"sepertinya jawabanmu kurang tepat"

"kenapa tidak NHT (Number Heat Together) ? itu seperti sistem cerdas cermat dan mengumpulkan skor tertinggi di setiap kelompok, mungkin dengan permainan skor bisa memicu mereka untuk semangat dan bersaing" Kiran memberi saran.

"itu ide yang bagus" jawab Bhale.

"tapi kurasa ini perlu menekankan bagian penjelasan dari guru, bukan tentang proses pengambilan nilainya. Bukankah ada banyak hal yang perlu disampaikan dari materi yang sensitif ini" ucapku

"iya kau benar, NHT hanya memberi sedikit penjelasan dan lebih fokus ke permainan yang seru" ucap Kiran

"bagaimana jika STAD saja ? di dalam skenario pembelajaran guru memberi penjelasan di awal. Baik dalam mengukur pengetahuan siswa maupun memberikan materi inti lalu setelah itu baru memberikan tugas kelompok. Nah Kita bisa memperbaiki bagian bahan ajarnya, Kita buat semenarik mungkin agar siswa tertarik untuk menyimak. Mereka perlu menggunakan tenaganya dalam kegiatan menyimak dan untuk tugasnya dilakukan secara diskusi kelompok jadi tidak memberatkan mereka" ucap Bhale

"Kau benar, tenaga mereka Kita fokuskan di bagian menyimak materi" Kavi mengacungkan jempolnya kehadapan Kamu. Dia merasa senang telah diberi saran yang logis dari Bhale.

Kenapa aku tidak terpikirkan hal seperti itu sebelumnya.

"kita coba saja" jawab Bhale.

.............................................................................

academic adventures (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang