Aku memperhatikan Kiran yang tengah menatap ponselnya dengan raut wajah sedih, Dia masih menteskan air mata. Aku tahu perasaan suka cita karena cinta memang sangat menakjubkan, lebih dari perasaan ketika kita memakan makanan favorit kita atau berkunjung ke tempat yang kita dambakan. Tapi cinta juga bisa membawa perasaan sakit yang teramat dalam, perasaan sakit itu datang dari cinta itu sendiri. Tapi jangan pernah menyerah akan cinta karena cinta memang begitu, sudah satu paket. Senang, sedih, bahagia, kecewa, itu semua membuat kita merasa hidup.
Dio mengirimkan pesan lagi, yang berisi permintaan maaf. Kemudian Kiran membalas dengan meminta Dio untuk bertemu dengannya. Seketika itu juga Dio menyanggupinya, bahkan Dio menawarkan diri untuk menjemput Kiran. Aku segera memberi isyarat untuk tidak perlu dijemput. Kiran harus pergi denganku dan Kavi, dan Juno jika Dia ingin.
"kau mau kemana ?" tanyaku ketika melihat Kavi berdiri dan berjalan menjauh dari kami
"aku harus mengerjakan RPP untuk minggu depan" Kavi menjawab sambil berlalu ke ruangan lain. Ruangan yang dipenuhi meja dan kursi belajar kami.
Melihat Kavi yang mulai mengerjakan tugas selanjutnya, membuatku tersadar bahwa Aku juga harus melakukan hal yang sama. Aku harus menyelesaikan sekarang agar ketika ada revisi aku masih punya waktu panjang untuk memperbaiki.
"sebaiknya kita juga lakukan itu" aku mengajak Kiran. Kami berdua berdiri untuk menyusul Kavi ke ruang kerja kami.
Namun langkah kami terhenti ketika mendengar suara gaduh dari luar. Para siswa berteriak dan berhamburan. Aku dan Kiran saling beradu pandang dengan tatapan bingung, kemudian kami juga ikut keluar untuk memeriksa.
Aku menghentikan salah satu siswa dengan menarik lengannya. Aku menahan lengan itu dan bertanya apa yang tengah terjadi "ada yang rebutan cewe Bu"
"apa ?"
"berkelahi" aku terkejut dan melepaskan lengan siswa tersebut. Kupikir di sekolah sebagus ini tidak ada yang melakukan hal seperti itu. Aku lupa jika anak SMA tetaplah anak remaja yang emosinya masih belum stabil dan selalu menggebu-gebu.
Kavi mendahului Kami untuk memeriksa kerumunan yang tak jauh dari Kami. Semua siswa terlihat memberi sorakan dukungan kepada rekan mereka yang tengah berkelahi. Ada beberapa siswi perempuan yang bergidik ngeri dan pergi setelah mengintip kejadian itu.
Kulihat dari arah berlawanan Bhale berusaha memasuki kerumunan tersebut. postur tinggi badan Bhale jauh diatas mereka, membuatku bisa lihat dengan jelas arah pergerakan Bhale. Aku mempercepat langkahku dan berusaha masuk ke kerumunan itu.
Dua orang siswa saling menghantam satu sama lain. Baju mereka sudah berantakan dan tidak terkancing lagi. Sekilas aku melihat darah keluar dari hidung dan ujung bibir mereka. Bhale mendekat ke tengah mereka dan melerai mereka berdua. Tapi sepertinya mereka tidak sadar jika yang melerai mereka adalah guru, mereka berdua terus berkelahi dan tidak pedulikan orang lain.
"bantuin" gertakku pada Kavi yang justru bengong melihat perkelahian itu. kudorong badan Kavi ke tengah untuk membantu Bhale.
Kavi menarik bagian perut salah satu siswa untuk mundur. Namun siswa itu meronta dan akhirnya terlepas. Dengan geram siswa itu mendekati lawannya dan kepalan tangan siap mendarat di kepala lawan.
"Bajingan !!" teriak siswa itu ketika melemparkan pukulan.
Aku terkejut bukan main. Napasku tercekat dan aku tidak menduga hal ini akan kulihat dengan kedua bola mataku. Pukulan itu mengenai punggung Bhale. Bhale melindungi siswa yang satunya dengan menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Bunyi pukulan itu cukup keras. Membuatku ikut merasakan ngilu.
Tapi Bhale masih berdiri tegap sambil menahan siswa lawan itu, bahkan Bhale tidak jatuh akibat pukulan. Siswa yang telah memukul terlihat terkejut dan Dia mundur secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures (Season 2)
RomanceBhale : bagaimana maksutnya, bisa Aku melakukan panggilan video, Aku ingin melihat marmutnya secara langsung ? What the, Bhale akan menelfonku, astaga Aku harus merapikan rambut dan riasanku. Aku berlari ke meja rias dan menyisir rambutku yang sudah...