23

8 1 0
                                    

"tunggu sampai sesi tanya jawab Junooo" Kiran menjewer telinga Juno untuk membuatnya kembali tersadar dari kantuk. Juno memegangi telinganya yang kesakitan, tapi tidak memberi balasan apa-apa kepada Kiran

Lagipula benar kata Kiran, aku ingin mengambil kesempatan di bagian tanya jawab. Kupikir tidak hanya aku, tapi ketiga temanku juga begitu, kecuali Juno.

Akhirnya saat yang ditunggu tiba. Sesi tanya jawab. Moderator memberikan kesempatan pertanyaan bagi audience.

Aku, Kiran, Kavi dan Bhale segera mengangkat tangan tinggi-tinggi. Bahkan Kavi sampai melambai-lambaikan tangannya untuk menarik perhatian moderator agar memilihnya. Tidak hanya kami, audience yang lain juga terlihat antusias. Saingan semakin berat pikirku, apalagi tempat duduk kita ada di paling belakang, sangat minim kesempatan.

"kalian bilang tidak akan mengacaukan seminar, lalu ini apa ?" gerutu Juno yang kesal pada kami. Maaf Juno, untuk sesaat kami harus mengabaikanmu.

Kesempatan pertama diberikan kepada mahasiswa fakultas bisnis. Seorang perempuan berambut coklat sebahu maju ke samping moderator. Sebelum memberikan pertanyaan, anak itu mengatakan bahwa ia sangat mengidolakan sosok Pak Irwan, masih muda dan berprestasi katanya.

Pertanyaan yang dia berikan yaitu berapa pohon yang ia gunakan untuk bahan produksi setiap harinya. Pertanyaan itu tentu menarik bagiku, kali ini mereka menyinggung perihal pohon. Pak Irwan langsung memberikan jawaban saat itu juga. Dengan bangganya Pak Irwan mengatakan bahwa beliau menghabiskan sekitar 1000 pohon jati setiap harinya. Semua orang bertepuk tangan dan bersorak, seolah itu hal yang sangat membanggakan. Jumlah yang fantastis dan bisa menjadikan perusahaan sukses besar.

Berbeda denganku dan teman-temanku. Aku pusing mendengarnya, kami saling pandang dengan wajah masam. Oke mulai sekarang berpikir positif dulu, siapa tahu beliau menebang seribu pohon dan menanam dua ribu pohon setiap harinya. Semoga saja berita yang ada di artikel itu adalah berita bohong.

Masuk ke sesi pertanyaan kedua, dengan sigap kami segera mengangkat tangan. Moderator mengedarkan pandangan untuk memilih siapa yang akan mendapat kesempatan. Aku memperhatikan matanya dan berharap dia memandang ke arah kami. Paling tidak salah satu diantara kami harus terpilih.

"silahkan anda, yang memiliki wajah blasteran" ucap si Moderator. Akhirnya Bhale mendapat kesempatan. Bhale berhasil menarik perhatian hanya dengan wajahnya yang blasteran. Beruntung sekali.

Aku tidak tahu apa yang akan Bhale tanyakan tapi aku selalu yakin dengan semua tindakannya.

"saya akan bertanya langsung ke intinya saja. Bagaimana penanganan anda terhadap konsekuensi dari perusahaan anda yang menebang seribu pohon setiap hari. Bagaimana jika semua pohon habis ?" Bhale mengucapkan dengan nada tegas. Beberapa orang berbisik-bisik mengenai sikap Bhale yang terlihat tidak ramah dengan Pak Irwan. Berbanding terbalik dengan semua orang yang ada di sini yang mana sangat memuja muja Pak Irwan.

Pak Irwan langsung memberikan jawabannya "saya juga memikirkan tentang kondisi alam kita, saya juga manusia yang peduli dengan lingkungan. Perusahaan saya selalu menjadi sponsor setiap hari bumi. Kami menyumbang seribu pohon juga setiap tahunnya" jawab Pak Irwan dengan tenang dan senyum bangga. Lagi-lagi semua orang bertepuk tangan.

"tapi itu tidak sebanding, anda menebang seribu perhari tapi anda hanya menanam seribu pertahun. Hari bumi hanya diperingati sekali setiap tahunnya. Bagaimana anda akan bertanggung jawab jika ada kerusakan alam seperti longsor, global warming, kepunahan sepies tumbuhan dan hew-" Moderator menarik paksa mikrofon yang Bhale pegang. Sepertinya suasana menjadi tegang dan tidak menyenangkan bagi kalangan pebisnis ini.

Suara bisik-bisik mahasiswa audience terdengar riuh. Aku bahkan dengar salah satu mengutuk Bhale. "Apa anak itu punya dendam pribadi dengan Pak Irwan, sangat tidak sopan"

"dia sengaja menjatuhkan Pak Irwan tapi kami justru melihatnya lebih buruk dari Pak Irwan"

"Pak Irwan orang baik kenapa harus bertemu dengan anak itu"

"dia dari kelas mana, memalukan"

Aku tidak bisa mengerti dimana letak kesalahan yang Bhale lakukan. Aku tidak mau menjawab meskipun sangat ingin. Jumlah mereka jauh lebih banyak aku bisa habis menghadapi mereka semua.

Pak Irwan memberikan jawaban "untuk mengendalikan kondisi hutan dan alam sebenarnya itu tugas perhutani, yang jelas perusahaan saya sudah melakukan yang terbaik bahkan membanggakan nama Indonesia di kancah internasional dunia furniture"

Lagi dan lagi semua orang riuh bertepuk tangan. Mereka merasa jawaban Pak Irwan berhasil mematahkan tuduhan dari pertanyaan Bhale.

Kurasa jawaban yang beliau berikan sangat konyol. Jika pihak perhutani tahu apa yang dia lakukan dan apa yang baru saja dia katakan, habislah kau. Coba saja seluruh dunia tahu apa yang sudah terjadi di seminar ini, mungkin fakultas bisnis akan gulung tikar.

Bhale kembali ke posisi duduknya. Aku bisa melihat semua mata memandangnya dengan tatapan kesal. Tapi Bhale tetap berjalan dengan tenang dan tidak mempedulikan mereka.

Di dunia ini memang orang yang peduli dengan alam jauh sedikit daripada orang yang peduli dengan dunia bisnis. Tapi mereka lupa, jika eksploitasi alam terus terjadi maka mereka sendiri yang akan merasakan akibatnya. Mereka benar-benar berpikir alam tidak akan habis. Bagaimana cara menyadarkan mereka. Ini menjadi perang batin tersendiri.

"kita tidak akan terkena masalah" ucap Bhale setelah dia duduk

"karena yang baru saja kulakukan tidak memberi pengaruh apapun"

Benar kata Bhale, kita aman tapi kita juga tidak mendapatkan hasil. Sekarang pilih mana, kita bermasalah tapi ada hasil atau kita aman tapi tidak merubah apapun.

............................................

Aku berada di rumah Kavi. melanjutkan menyelesaikan esai. Aku memberikan kesimpulan dalam esaiku bahwa Pak Irwan orang yang membanggakan di dunia bisnis, tapi di dunia ekologi beliau mengcewakan. Aku tidak tahu harus memberikan protesku ini dimana. Aku hanya bisa mencurahkan segala pemikiranku kedalam tulisan esai ini.

Aku memandangi temanku satu persatu. Mereka sama sibuknya, mereka fokus dengan layar laptop masing-masing.

"kau masih kecewa ?" tanya Kiran

"sedikit"

"tapi aku merasa senang, kita terhindar dari masalah. Kau tahu, aku seperti sedang merawat empat anak kecil yang suka membuat masalah. Itu membuatku pusing" ucap Juno. Apakah dia sadar dengan apa yang baru saja dia katakan.

"kau lupa jika aku sering memberimu makan" dia bangga mengatakan dia yang merawat kami tapi lihat siapa yang memberinya makan, lalu siapa yang merawat siapa sekarang.

"aku ingat"

"jadi ?"

"konteksnya kita tidak sedang bicara mengenai makanan Elee, aku bicara tentang aku yang menjaga kalian"

"jangan bercanda"

"jika kita tidak bisa mengubah dunia, setidaknya kita bisa mengubah diri kita sendiri" ucap Bhale menengahi. Ucapannya berhasil menenangkan hatiku.

"mulai dari diri kita sendiri dulu. Cintai alam, jaga dan lindungi alam" ucap Kiran menambahkan

"yaaa benar contohnya jagalah kebersihan" Kavi melempar bungkus kue dan botol minum tepat di kepala Juno. Itu bekas Juno yang selalu berserakan.

"hei apa ini. Aku selalu menjaga kebersihan, akan kubuang tapi nanti" gerutu Juno. Ia melempar lagi botol dan bungkus sampah yang lari padanya ke sembarang arah.

"jangan buat berserakan ini menjijikan"

.............................................................................................

academic adventures (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang