Pikiranku menjadi tidak terkendali. Aku khawatir jika RPP ku tidak diterima. Jika hal itu benar terjadi maka aku harus mengulang dari awal lagi. Aku berharap Miss Rena mau menyetujui RPP yang kubuat agar aku tidak perlu mengulang. Aku baru saja mengirimkan jurnal sesuai permintaan Miss Rena, lalu sekarang aku tidak bisa tidur dan terus khawatir.
Ponselku berdering, aku mengambil benda pipih itu disamping laptop. Bhale menelfonku.
"kau sudah mengirimkan jurnal ?" tanya Bhale
"sudah"
"sekarang istirahatlah, tinggal menunggu hasilnya besok"
"aku tidak bisa tidur, aku takut"
"apa yang kau takutkan ?"
"bagaimana jika RPP ku ditolak ?"
"ya tinggal bikin ulang"
"tidak semudah itu Bhaaal"
"lalu bagaimana ?"
"aku tidak mau itu terjadi"
"tapi jika memang itu keputusannya maka itu yang terjadi"
"kau menyebalkan"
"lagi pula jika kau tidak tidur apakah itu akan membantu RPP mu untuk bisa diterima ?"
"tidak. Itu tidak ada hubungannya"
"nah itu kau tahu, sudahlah istirahatkan kepalamu jika di tolak ya diubah jika diterima ya diajarkan. Hidup sesederhana itu, kau saja yang membuat rumit"
"iya iya aku tidur"
"hahaha selamat malam anak manis"
Aku menutup sambungan telfon. Sebenarnya aku masih kesal, tapi sialnya apa yang diucapkan Bhale ada benarnya juga. Jadi aku memutuskan untuk mematikan laptop dan pergi tidur.
...........................................................
"santai saja Elee" Bhale mengusap pundakku. Kami berjalan menuju ruangan kami. Aku tidak bisa menyembunyikan kegugupanku, raut wajahku yang harap-harap cemas ini bisa terbaca oleh siapapun yang melihat.
"mahasiswa magang" suara Miss Rena terdengar dari belakang kami. segera kami memutar badan untuk memeriksa sumber suara tersebut. Benar saja, Miss Rena baru saja datang membawa tas besar dan terlihat kerepotan. Aku dan Bhale bergegas mendekati beliau untuk membantu membawa tas berat itu. Tapi Bhale tidak mengijinkanku membantunya, Dia bilang Dia sendiri yang akan membawanya.
"saya sudah membaca revisi kalian, dan juga jurnal kamu" Miss Rena menunjukku. Membuatku semakin takut mendengar kalimat selanjutnya. Kenapa Aku terlalu berani mengambil resiko sih, jadi menyusahkan diri sendiri begini. Aku mulai memarahi diriku sendiri di dalam hati.
"revisi kalian saya setujui dan milikmu juga Saya setujui. Silahkan hari ini mengajar sesuai jadwal pelajaran yang sudah saya sampaikan" ucap Miss Rena.
"terimakasih Miss" aku menarik tangan kanan Miss Rena dan menciumnya dengan senang hati. lega rasanya, seperti semua beban terangkat serta ada kembang api yang ikut merayakan kebahagiaanku.
"yaa lakukan dengan baik. Di tengah pelajaran saya akan meninjau kegiatan kalian" kami sampai di depan ruang guru. Dan Miss Rena mengambil alih tas yang dibawa Bhale. Beliau meminta kami pergi ke ruangan kami untuk mempersiapkan diri. Aku tidak sabar.
"kau senang ?" tanya Bhale dengan wajah tersenyum.
"tentu saja"
Sampai di ruangan Kami, Aku bertemu dengan Kavi dan Kiran. Mereka berdua tengah sibuk menonton film animasi. Aku menceritakan kabar bahagia ini. Mereka berdua juga tak kalah bahagianya. Tapi kebahagiaan mereka tidak sebesar Aku, pasalnya masalah mereka hanya revisi, jika salah mungkin hanya diperbaiki sedikit, kalau Aku ditolak maka merubah semuanya dan tentunya memakan waktu yang lama.
Aku mulai mempersiapkan kebutuhanku untuk mengajar. Aku membuka laptop dan menyiapkan materi. Setelah kupastikan semua beres Aku beralih memeriksa lembar kerja siswa. Aku sudah merapikannya tadi malam, Aku puas melihat hasilnya. Susunannnya rapi, tata kalimatnya sederhana dan mudah dipahami serta aku memberikan gambar yang menarik. Kurasa belum ada lembar kerja seindah ini sebelumnya. Selama ini pasti hanya putih polos dan membosankan.
Aku harus mencetak lembar kerja ini. Aku sudah menyalin file lalu aku pergi ke koperasi untuk menemui Leo agar dia membantuku mencetak lembar kerja ini.
.....................................................
Semua siswa terlihat duduk tegang ketika aku memasuki ruang kelas. Mungkin dalam hati mereka bertanya kenapa yang datang bukan guru biasanya. Terlebih mereka belum mengenalku. Untuk mencairkan suasana aku harus melakukan sesuatu.
"apa ini benar kelas 11 B ?" tanyaku
"benar Bu" jawab siswa dengan serempak
"saya pikir ini ruang rapat wali murid, karena banyak bapak-bapak berkumis tipis disini" kuperhatikan ada lima orang siswa yang sudah memiliki kumis
Seluruh isi kelas mulai tertawa, dalam hati Aku bersorak, Aku berhasil melewati masa canggung itu.
"Anda siapa ?" salah seorang siswa laki-laki yang berkumis berdiri dan bertanya padaku.
"Saya guru magang yang akan mengajar kalian hari ini" jawabku.
"Saya kira siswa baru" jawab siswa tersebut dan seisi ruangan kembali riuh menyorakinya
"Saya kira malaikat turun dari langit" salah seorang siswa lain ikut menyahuti
"Saya kira masa depan saya" dan semua mencoba menggodaku.
Aku tahu itu hanya bercanda tapi mereka berhasil membuatku senyum-senyum sendiri dan geleng kepala.
Akhirnya Aku menghentikan keriuhan ini dan memulai pembelajaran. Model pembelajaran yang akan kugunakan adalah jigsaw. Aku menjelaskan cara kerjanya lalu menuntun siswa sesuai arahan yang kubuat.
Siswa disini mudah diatur dan mereka juga baik. Mereka menuruti semua perintah yang Aku berikan. Pada awalnya memang mereka bingung mengikuti alur pembelajaran tapi dengan bantuan teman mereka yang sudah paham akhirnya pembelajaran ini berjalan dengan baik.
Siswa terlihat nyaman denganku, mereka menanyakan apa saja yang mereka kurang mengerti. Memang itu bagus tapi sisi buruknya mereka jadi manja, sepertinya mereka terlalu nyaman dan tidak memandangku dengan hormat sebagai seorang guru. Bagaimanapun juga aku harus menjaga wibawaku. Bukan untuk ditakuti tapi disegani. Aku ingin menjadi guru magang yang dekat dengan siswa tapi juga disegani. Mereka tetap menjaga jarak antara seorang guru dan siswa. Mereka juga memiliki batasan mana yang baik dan mana yang buruk.
"Bu Guru, ini gawat" salah seorang siswa berteriak padaku. Aku segera mendekatinya.
"ada apa ?"
"aduh Bu gawat sekali"
"iya ada apa" seisi kelas jadi diam memeperhatikan siswa tersebut. Aku mulai panik.
"gawat jam pelajaran sudah mau habis dan Saya belum dapat nomor Ibu" ucapnya sambil menyodorkan ponsel padaku. Seluruh siswa sontak memberinya sorakan. Aku tahu ini lucu tapi ini tidak sopan.
"selesaikan tugasnya" ucapku tegas.
Sebelum meninggalkan kelas Aku memberikan pesan agar siswa bisa profesional belajar dengan baik dan bisa menghargaiku sebagai guru. Aku berusaha mengucapkan hal itu dengan raut wajah serta nada bicara yang tegas. Aku sempat berpikir apakah besok aku harus memasang wajah garang dan tidak tersenyum sama sekali agar mereka mau segan. Tapi yang ada mereka akan takut bukan segan, aku tidak menginginkan hal itu.
....................................................................................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures (Season 2)
RomanceBhale : bagaimana maksutnya, bisa Aku melakukan panggilan video, Aku ingin melihat marmutnya secara langsung ? What the, Bhale akan menelfonku, astaga Aku harus merapikan rambut dan riasanku. Aku berlari ke meja rias dan menyisir rambutku yang sudah...