30

7 1 0
                                    

 "aduh hampir aja telat" gerutu Kiran ketika aku baru saja sampai. Dia menyimpankan satu tempat duduk tepat disampingnya untukku. Semua mahasiswa sudah berkumpul di aula dengan memakai jas almamater kebanggaan kita. Sepertinya memang hanya aku yang terakhir datang, karena kuperhatikan tidak ada lagi orang yang masuk setelahku.

"kak Noah yang nyebelin" keluhku, memang Kak Noah tadi harus dipaksa mamaku untuk mau mengantarku ke kampus. Kebetulan aku tidak mau merepotkan Bhale untuk menjemputku, karena ya meskipun lukanya sudah berangsur membaik entah kenapa aku masih tidak tega merepotkan Dia.

Aku melirik melihat riasan di wajah Kiran. Terlihat menarik dan lebih cantik. Ternyata dia cepat belajar. Aku tersenyum mengingat waktu dimana Kiran memintaku mengajarinya memakai riasan kemarin.

"Ajari aku merias wajah Elee" Kiran datang ke kamarku tanpa pemberitahuan lebih dulu. Dia tiba-tiba membuka pintu kamar dan melompat ke kasur merengek padaku.

"Kenapa ? apa kau sedang jatuh cinta ?" kenapa tiba-tiba dia bersikap begini. Biasanya orang berubah ketika dia sedang jatuh cinta. Dia akan menunjukkan sisi terbaiknya untuk berusaha menarik perhatian orang yang dia cintai.

"bukaan" Kiran menggelengkan kepala

"Kau menawan dengan natural Kiran, Kau tidak perlu merubah dirimu untuk membuatnya senang" Aku kembali meyakinkannya. Karena Aku hanya ingin Kiran tetap menjadi dirinya.

"bukan begitu. Aku ingin terlihat seperti wanita dewasa yang merawat diri bukan seperti bocah kecil yang sibuk belajar dan terkesan kolot"

Aku semakin bingung dengannya "untuk apa ?"

"Sebentar lagi KKN, jadi Aku harus berhasil memikat pria. Aku juga ingin merasakan punya pacar" jawabnya dengan malu-malu. Aku mengerti sekarang. Dia belum pernah jatuh cinta dan sekarang Dia mulai penasaran dengan rasanya jatuh cinta. Beruntung Kita yang masih bisa merasakan indahnya jatuh cinta karena orang seperti Kiran ini ada banyak di bumi ini. Meskipun cinta terkadang menyakitkan tapi bisa merasakan keberadaannya adalah sebuah anugrah.

Aku tersenyum dan melangkah mengambil alat makeup milikku

"bagaimana rasanya jatuh cinta ?" tanya Kiran dengan polosnya.

"Kau akan tiba-tiba berdebar hanya melihat kertasmu dan kertas miliknya bersentuhan"

"yang benar ? apa berdebar itu menyenangkan ?"

Aku mengangguk "kau akan sangat senang sekali ketika melihat dia tersenyum seperti kau sedang terbang di tengah taman bunga yang indah" aku tersenyum melihatnya tersenyum "cinta memang sesederhana itu dan semenakjubkan itu"

Rektor kami sudah memasuki aula dan pembawa acara sudah mengucapkan beberapa kata pertanda acara pelepasan mahasiswa KKN akan segera dimulai. Kami semua duduk rapi dan tenang.

............................

"Gak kerasa ya kita udah semester 6" ucap Juno. Kami masih di aula, duduk berjejer sambil melihat kehebohan para mahasiswa yang mencari anggota KKN masing-masing. Kami seperti patung ditengah pasar dengan aktifitas yang padat.

"Sudah waktunya kita KKN" sambung Kavi

"lalu semester depan Kita magang sambil skripsi" kali ini disambung Kiran.

"Semester ini bakalan berkurang jadwal kuliah di kelas" ucapku. Itu artinya intensitas waktu kita untuk bertemu semakin berkurang. Kita akan mulai berjalan sendiri-sendiri dengan urusan yang saling berbeda.

"Inget gak dulu ospek Kita takut banget dan gak ngerti tujuannya untuk apa" kepalaku mulai mengingat awal kita ada disini. Tidak menyangka Kita sudah sejauh ini.

"Tugas banyak dan berat sampai tidak tidur, dan dibentak bentak eh pas kuliah ternyata lebih parah dari ospek" aku setuju dengan ucapan Kiran.

"Dosen mengintimidasi tanpa membentak. Tugas lebih tidak manusiawi. Ospek itu hanya seperti pemanasan saja ya ternyata. Tugas kampus lebih membunuh" Kavi benar.

"Iya tapi sekarang Kita sudah terbiasa dengan tugas itu" kali ini Bhale yang bicara, tumben. Terdengar menyebalkan tapi ada benarnya juga.

"lalu awal kuliah kita ngebayangin tugasnya banyak dan susah kita sudah takut duluan takut tidak bisa sampai kita membuat kelompok belajar" sambungku mengingat kejadian itu. Kita takut tapi kita punya semangat berusaha.

"Dan ternyata kita bisa, nilai kita bagus" ucap Kiran dengan senyum kemenangan. Aku juga ikut tersenyum mengingat nilaiku ternyata tidak begitu buruk juga. Aku bangga dengan diriku sendiri.

"Nilai kalian, tidak dengan nilaiku"ucap Juno. Juno pernah hampir tidak lulus di satu mata kuliah

"Tapi kan lulus juga Jun" Kiran memberi pembelaan untuk membesarkan hati Juno.

Dari percakapan ini aku menyadari satu hal. Ternyata ketakutan itu hanya ada di kepala kita. Setelah kita mencoba menjalani semua bisa terselesaikan.

"sebaiknya kita mencari anggota kita atau kita akan ditinggal" Bhale menyadarkan kita dengan dunia nyata. Dia berdiri lebih dulu dan menghadap padaku.

"jaga diri baik-baik. Sampai jumpa lagi" ucapnya dengan memandangku.

"jaga diri kalian juga" kali ini Bhale menghadap ke teman-temanku yang lain kemudian Dia mengangkat ranselnya dan pergi meninggalkan kita.

"hahaha hanya begitu ? kupikir Dia akan memelukmu" ledek Kavi. Aku tahu maksudnya bahwa Bhale bersikap biasa dan tidak romantis. Tapi bagiku itu bukan masalah besar. Perhatian yang Bhale berikan sudah cukup. Kavi menyebalkan memang.

Aku memutar bola mata jengah memilih mengabaikannya. Aku merentangkan kedua lenganku menghadap ke Kiran. Aku pasti akan merindukan ocehannya. Kuharap anak manja ini akan baik-baik saja di pelosok desa sana. Kiran membalas perlakukanku dengan memelukku. Kenapa tiba-tiba mataku berair.

"jaga diri yaa" ucapku di sela tangis. Padahal hanya satu bulan tapi kenapa rasanya perpisahan ini berat sekali.

"iyaa. Elee juga yaa, jangan galak dengan orang baru, harus senyum dan ramah" itu pesannya untukku.

"Aku mau di peluk juga dong" ucap Kavi yang ikut memeluk kami. tidak mau kalah, Juno juga ikut bergabung tanpa permisi. Alhasil kami berempat berpelukan.

"Kavi jangan gangguin gadis desa yaa. Juno juga jangan pura-pura miskin, kalau bisa kasih sumbangan ke warga Desa" aku tertawa di sela tangisku mendengar pesan dari Kiran.

"bagaimana kalau disana tidak ada sinyal ? aku pasti akan sangat merindukan kalian" ucap Kiran sambil menangis sesenggukan.

"kirim surat" jawab Kavi.

"memangnya ada tukang pos ?" tanya Kiran lagi

"pakai merpati" jawaban Kavi semakin konyol. Aku baru sadar Dia mempermainkan kami. reflek kupukul kepalanya. Dia bercanda di saat yang tidak tepat.

"sudah-sudah jangan menangis" ucap Juno yang kemudian melepas pelukannya. Disusul Kavi juga melepas pelukan, akhirnya pelukan penuh haru ini berakhir.

"bayangkan saja akan ada hal baru yang menyenangkan disana, lakukan hal yang menarik dan setelah kembali kita akan berbagi cerita" ucap Juno. Kami semua memandang Juno dengan bingung

"tumben bener" ucapku

.........................................

Aku membawa koperku mengelilingi aula mencari keberadaan anggota kelompokku. Aku membaca satu persatu poster bertuliskan nama Desa tempat tujuan KKN. Sudah setengah aula kukelilingi tidak ada yang bertuliskan Desa Tulip.

Aku mengelilingi aula sekali lagi, mungkin saja tadi mataku terlewat. Aku menemukan sebuah kertas hvs dengan ukuran portofolio bertuliskan 'Desa Tulip' dipegang oleh mahasiswa laki-laki berkacamata. Apa ini kelompok Desa Tulip. Tulisan yang mereka buat kecil sekali jika dibanding poster kelompok lain, pantas saja aku tidak menemukannya dari tadi. Sepertinya aku berada di kelompok yang kekurangan modal.

academic adventures (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang