44

1 0 0
                                    

"dari mana bingkisan ini ? apa ini dari kalian ?" tanya guru wali kelas 4 yang Bernama Bu Lilis. Tatapan matanya tajam, namun ucapan yang terdengar dari mulut beliau tidak terkesan marah. Sangat berbeda dari ekspresi yang beliau berikan

Kavi memandang ke arah mahasiswa yang lain, seolah meminta persetujuan apakah dia sedang melakukan sebuah kesalahan ? tapi semua tampak sama bingungnya.

"darii-ii wali murid Bu, salah satu siswa Ibu di kelas 4" jawab Kavi dengan ragu.

"SIAPA ?" kali ini ucapannya dengan nada tinggi

"Br-Brian" jawab Kavi terbata-bata takut dengan ekspresi menyeramkan itu.

"dengar baik-baik, semua mahasiswa kemari" ucap Bu Lilis dengan suara tegas. Jelas sekali beliau tengah marah.

"Guru dilarang menerima apapun dari wali murid" semua diam, dan tengah merenungi kesalahan mereka yang bahkan mereka belum tahu letak kesalahannya dimana, kenapa tidak boleh. Beberapa guru yang baru datang ikut memperhatikan mahasiswa. Menjadi tontonan di pagi hari.

"tapi kenapa Bu?" tanya Bhale dengan santainya. Elee yang berada disampingnya seketika mencubit lengannya kecil.

"kalian sudah besar, sudah mahasiswa seharusnya kalian tahu hal sederhana seperti ini. Bagaimana tata kramanya, bagaimana konsekuensinya. Seharusnya kalian bisa menggunakan otak kalian untuk berpikir kritis, jangan sedikit-sedikit tanya. Pikir sendiri sebelum bertanya" Bu Lilis marah marah dengan nada tinggi dan mata melotot. Para mahasiswa hanya bisa merunduk dalam, merenungi setiap perkataan Bu Lilis. Rasanya seperti mendengar petir di pagi hari yang cerah. Bagaimana bisa muncul petir padahal cuaca sedang begitu cerah. Tapi tetap saja petir menyeramkan dan memekakkan telinga.

"iya Bu kami mengerti" ucap Bhale lirih. Kemudian Bu Lilis meninggalkan kami dengan menggerutu yang ucapannya masih bisa kami dengar.

"pagi-pagi sudah membuat emosi naik, apapun yang terjadi akibat ini saya tidak mau tahu, itu tanggung jawab kalian" begitulah ucapan Bu Lilis yang tentunya membuat para mahasiswa semakin ketakutan. Mereka diselimuti perasaan bersalah.

"apakah ini termasuk grativikasi ?" tanya Kavi setelah kami menjauh dari ruang Guru.

"bagaimana kalau wali murid itu hanya ingin memberi sebagai tanda ucapan terimakasih ?" sanggahku.

"benar juga lalu apa alasan yang lebih masuk akal, coba renungkan ?"

"entahlah aku masih bingung"

"aku takut sekali" ucap Kiran yang masih melamun, dia tengah membayangkan adegan tadi berulang ulang dikepalanya.

"kita semua juga takut, apalagi perkataan beliau tadi seperti masuk ke telinga lalu melukai sesuatu yang ada di dadaku hingga semua tubuhku merasakan kesakitan"ucap Elee dengan nada putus asa. "ini semua karena kau Bhale, coba saja kau tidak bertanya pasti tidak sampai begitu"

Yang disalahkan hanya memberikan ekspresi datar tanpa merasa bersalah.

Kemudian mereka melanjutkan aktivitas mengajar seperti biasa. Bagi yang mendapat jadwal mengajar maka akan mengajar dengan di pantau guru. Bagi yang mendapat jadwal menjadi asisten guru maka akan ikut kelas dan mengikuti arahan guru.

Elee mendapat tugas mengajar hari ini. Dia menyiapkan buku dan beberapa alat peraga sebagai media pembelajaran. Elee membuatnya sendiri sampai kurang tidur. Supaya hasilnya maksimal dan siswa memahami materi dengan baik. Tentu saja Elee juga mengharap nilai bagus dari usahanya ini.

Sebelum gurunya datang Elee sudah menyiapkan semua alat yang dia butuhkan di meja guru di dalam kelas. Elee sangat menyiapkan semuanya dengan baik. Guru biologi kelas 11 sudah memasuki ruangan. Elee memberikan senyum ramah, meskipun sebenarnya hatinya sangat bertolak belakang dengan ekspresi yang dia berikan. Elee sangat gugup dan begitu tegang. Bahkan jika diperhatikan jari jemarinya telah bergetar. Guru tersebut memberikan perintah kepada Elee untuk memulai pembelajaran. Guru tersebut melakukan observasi duduk dibagian belakang.

Elee memulai pembelajaran sesuai sintaks (langkah pembelajaran) yang dia tuliskan di dalam RPP (Rancangan Proses Pembelajaran). Semua berjalan lancar sesuai sintaks bahkan waktu yang dia lakukan juga sudah sesuai dan sangat tepat waktu. Elee menyampaikan materi bagian bagian sel. Dengan media belajar yang Elee buat dari sterofoam siswa bisa mudah memahami bagian bagian sel yang bentuknya abstrak. Kini siswa tengah mengerjakan tugas yang telah Elee berikan.

Ditengah pembelajaran, ponsel Elee berbunyi. Suasana kelas seketika hening mendengarkan suara ponsel dan bertanya-tanya ponsel siapa itu. Seketika Elee ingat bahwa itu adalah bunyi ponsel miliknya. Ia segera mengambilnya di dalam tas. Melihat nama seseorang yang menelepon, Elee segera mengambil ponsel dan menyampaikan kepada seluruh penghuni kelas bahwa ia harus menerima telfon terlebih dahulu.

Itu telfon dari Miss Rea, beliau tidak masuk hari ini jadi Elee pikir ini telfon yang penting, apalagi ini Miss Rea guru pembimbing sekaligus penanggung jawab mereka di sekolah ini. Elee pasti akan segera menerima panggilan tersebut apapun kondisinya. Miss Rea menanyakan perihal peristiwa pagi tadi, peristiwa kue yang dibawa wali murid. Miss Rea menanyakan beberapa hal dan Elee memberikan jawaban dengan jujur. Hanya 10 menit panggilan tersebut dan Elee segera Kembali ke kelas.

Elee Kembali melanjutkan pembelajaran dan menyelesaikan dengan baik. Menurutnya ia telah menyelesaikan dengan baik, karena Elee sekarang sangat lega. Tapi itu tidak bertahan lama sampai guru biologi yang tengah menjadi observer tadi memberikan evaluasi pada Elee

Elee berjalan disamping guru biologi tersebut

"saya akan memberikan sedikit evaluasi sekarang"

Elee memberikan anggukan kepala.

"siapa yang menelfonmu tadi ?"

"Miss Rea" jawab Elee merasa ragu. Ia mulai merasakan bahwa ada yang salah dari perilakunya tadi

"kau memang harus menerima telfon dari atasan, tapi kau tidak bisa menerima telfon ketika mengaajar. Siswa dilarang menyalakan ponsel begitupun guru, sebaiknya kau juga tidak membunyikan ponselmu di kelas, Jangan lakukan lagi, kau membuatku merasa bersalah kepada para siswa"

"baik Bu" jawab Elee dengan nada sedih, ia pikir ia sudah melakukan dengan sempurna tapi ternyata masih ada sedikit kesalahan yang ia perbuat.

"sebaiknya kau renungkan apa yang baru saja saya ucapkan, ini evaluasi agar kau menjadi lebih baik"

"baik Bu, terimakasih evaluasinya"

Ia mulai menyadari kesalahannya, sebagai guru memang sebaiknya memberi contoh yang baik. Tidak hanya pandai memerintah tapi juga harus bisa memberi contoh. Elee memang bisa menerima evaluasi barusan, tapi kalimat "kau membuat saya merasa bersalah" rasanya Elee begitu sakit mendengar kalimat itu. Elee merasa gagal dan sudah merusak moral bangsa karena sudah memberikan contoh yang buruk. Berulang kali Elee menghembuskan napas gusar. Ia melangkah lunglai ke ruangan osis, ruangan mereka selama magang.

Bhale melihat kejanggalan pada diri Elee, ia segera melangkah mendekatinya. Belum sampai Bhale di samping Elee, ia sudah didahului oleh Kiran dan Kavi.

"ada apa denganmu ?" tanya Kiran

"iya, pucat sekali seperti nasi basi" imbuh Kavi yang duduk disampingnya.

Elee mulai menceritakan kejadian yang baru saja ia alami, semuanya menyimak dengan seksama dan ikut merasakan sedih.

.......................................................

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

academic adventures (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang