34

6 1 0
                                    

Masa sulit mengerjakan proposal sudah kulewati. Sampai akhir Aku tetap mendapat kata-kata yang mengintimidasi dari dosenku, tapi setidaknya Aku tidak sekaget waktu awal, Aku sudah terbiasa dan hanya fokus dengan bagian memperbaiki proposal saja. Aku bisa dengan cepat beradaptasi dengan masalah, atau istilah lainnya berdamai dengan masalah.

Semester enam sudah berakhir, tidak ada waktu beristirahat dan kini memasuki semester tujuh dimana Aku harus melaksanakan tugas magang. Aku harus mempersiapkan banyak hal. Hal utama yang kupersiapkan adalah menguasai banyak materi.

Entah kenapa Aku begitu semangat di hari pertama magang. Aku merias diri sambil bersenandung kecil dan sesekali tersenyum di depan kaca. Aku pikir akan ada banyak hal baru yang kutemui di sekolah nantinya. Belajar di dunia nyata atau lebih tepatnya di tempat kerja sesungguhnya lebih menyenangkan daripada hanya belajar teori di dalam kelas. Pastinya lebih banyak energi yang dibutuhkan. Aku sangat tidak sabar.

Aku sampai di SMA Insan Cerdas tepat pukul 06.30. Suasana sekolah masih sepi, belum banyak siswa yang datang. Teman-teman magangku juga belum datang. Aku berjalan menyusuri lorong kelas melihat kondisi kelas. Aku juga berpapasan dengan beberapa siswa, mereka melempar senyum padaku. Sopan sekali mereka.

Tidak lama kemudian teman-temanku bermunculan. Kiran datang dengan Kavi, lalu Bhale kemudian Juno. Kami berlima mendapat tempat magang yang sama, itu karena kami sengaja mendaftarkan diri di tempat yang sama. Kami memilih SMA Insan Cerdas, SMA terbaik di kota ini. SMA Insan Cerdas mendapat gelar SMA percontohan yang artinya SMA ini menjadi contoh dan panutan bagi SMA lain. Prestasi yang didapat SMA Insan Cerdas tidak diragukan lagi, baik dari segi akademis maupun non akademis. Kami ingin belajar banyak disini, Kami ingin tahu apa yang dilakukan guru-guru disini sehingga menciptakan siswa yang berkualitas serta kompeten di banyak bidang.

Pukul 07.00 tepat bel masuk berbunyi, semua siswa berhamburan masuk ke kelas masing-masing. Tentunya Aku dan teman-temanku bergegas ke ruang guru untuk menerima tugas pertama di hari pertama ini.

Kami menemui kepala sekolah, seorang pria paruh baya dengan tatapan tajam dan tidak tersenyum sedikitpun. Ketika kami datang, beliau sibuk dengan buku-buku yang ada di meja.

"anak magang ?" tanyanya. Serempak kami memberikan jawaban iya.

"temui Miss Rena" singkat jelas dan padat. Kami segera meninggalkan ruangan dan mencari keberadaan Miss Rena.

Mencari Miss Rena tidak semudah yang kita bayangkan. Ketika masuk ruang guru dan mendekati satu guru Aku tidak mendapat respon, semua guru sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tidak satupun mau menggubrisku.

"permisi Bu, saya mahasiswa magang, apakah –" belum selesai pertanyaanku dia berjalan cepat keluar ruangan sambil membawa tumpukan kertas. Dia bahkan tidak memandangku.

Aku beralih ke guru lain, kali ini laki-laki "permisi Pak, saya mahasiswa magang, kami harus mencari Miss Rena"

"jangan mengganggu Saya, Saya sudah terlambat dan harus segera mengajar"

Baik, aku kembali menghela napas. Hal yang sama juga dialami teman-temanku. Kurasa semua guru disini sangat tegas dan disiplin waktu.

"ini sekolah umum apa sekolah militer ? Keras sekali" Juno menghampiriku dengan helaan napas lelah.

Ruang guru sudah kosong, dan Kami belum menemukan Miss Rena. Kami tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Salah seorang guru dengan postur tubuh pendek dan sedikit berisi memasuki ruangan. Beliau membawa penggaris panjang di tangan kanannya. Cara berjalannya meliuk-liuk sampai membuat rambut panjangnya terombang-ambing ke kanan dan kiri. Tidak membuang kesempatan aku segera mendekati guru tersebut.

"permisi Bu, saya mahasiswa magang, kami sedang mencari Miss Rena" kemudian ia menatapku.

"kalian sudah saya tunggu dari tadi" oh ya Tuhan akhirnya aku bisa bernapas lega.

"langsung saja tugas kalian di hari pertama adalah pengenalan. Mengenal lingkungan, tempat, sistem kerja, yang jelas apapun yang ada di sini harus kalian kenali dulu. Menegrti ?"

"mengerti Miss" jawab kami serempak. Beliau memegang selembar kertas yang aku tebak itu berisi daftar nama kami.

"Elee dan Kavi di koperasi dan ruang piket. Bhalendra ke perpustakaan. Kiran ke UKS. Juno ikut saya mengajar" Miss Rena mengambil tas hitam besar dari mejanya. Terlihat itu sangat berat, karena ia kesulitan mengangkatnya.

"mana Juno ?" Juno segera mendekat dan mengambil alih tas berat itu. Benar saja ia terlihat kewalahan membawanya.

"kenapa masih disini ? tunggu apa lagi ? aduh lelet sekali kalian" Miss Rena menggertak kami. Aku segera berjalan cepat keluar ruangan dan mencari pos tugas pertamaku.

Kami sampai di koperasi dan bertemu dengan seorang penjaga koperasi di sana. Laki-laki dengan setelan batik dan celana hitam. Memiliki postur ramping dan jangkung.

"selamat pagi, perkenalkan kami mahasiswa magang yang mendapat tugas untuk melakukan pengenalan di ruang koperasi" Aku memperkenalkan diri.

"oh mahasiswa magang, silahkan duduk" Aku memutar kepala memandang Kavi yang berdiri di sampingku, disaat yang sama Dia juga menatapku. Kurasa kami sama-sama terkejut mendengar suara si penjaga koperasi ini yang gemulai. Sebelum pria itu menyadari keterkejutan Kami, Kami segera duduk sesuai perintahnya.

Ada satu meja kecil di depan kami. Tepat di belakang kami ada mesin fotokopi. Lalu di samping fotokopi ada etalase berisi alat tulis. Etalase ditata rapi tak hanya disitu melainkan juga ada di depan meja kami lagi, Isinya sama saja segala keperluan sekolah. Ruangan ini terlihat rapi dan bersih.

Setelah satu jam terlewati kami merasa bosan. Petugas itu asik bermain ponsel sedangkan kami duduk rapi dan sudah lelah mengamati seluruh isi ruangan koperasi ini. Aku sendiri tidak tahu harus apa dan merasa tidak berguna. Dalam hati aku bertanya-tanya, akankah sampai jam pulang nanti aku hanya akan diam di tempat duduk seperti ini. Apa yang bisa kudapatkan jika hanya sekedar duduk sepanjang hari.

Salah seorang guru datang ke koperasi, beliau membawa dua lembar kertas yang kulirik itu lembar kerja siswa.

"Leooo, fotokopi dua lima yaaa" ucap guru itu dengan nada centil sambil meletakkan kertas diatas meja di depan kami.

"baiklaaah" jawab petugas yang dipanggil Leo itu tak kalah centil sambil melambaikan tangan kanannya.

"kalian berdua fotokopi ini. Sini saya ajari caranya"

..............................................................................................

"Aku benci menjadi anak magang. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku merasa tidak sedang belajar apapun disini" Kavi melempar tas miliknya dan menjatuhkan pantatnya dengan kasar ke sofa.

Kami berada di ruang osis yang untuk sementara dialihfungsikan menjadi ruangan kita untuk beberapa bulan kedepan.

"Selain belajar untuk tidak menolak perintah apapun" tambahku

"apa yang kalian lakukan ?" tanya Kiran, dia juga memasang wajah masam

"Memfotokopi. Menyalin soal. Menjaga koperasi. Mengisi tinta spidol. Menjaga ruang piket" Aku duduk di samping Kavi sambil berulang kali menghela napas kasar.

"Mengusap ingus anak sma" ucap Juno.

Semua menoleh kearahnya, anak sma tidak bisa mengusap ingusnya ? mendapat tatapan heran dari kami, Juno mengangguk untuk meyakinkan.

.................................................................

academic adventures (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang