Kami semua duduk diam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Menikmati waffle yang baru saja pelayan antarkan ke meja kami. suasana canggung ini harus segera diakhiri. Tapi aku sendiri bingung harus membuka obrolan untuk memecah keheningan dengan berkata apa, sial aku kehabisan ide.
"di wajahmu ada sesuatu" ucap Kiran kepada Juno.
"apa ? ketampananku ?" jawab Juno sambil menyapukan telapak tangan ke sekitar bibirnya.
Kiran terkejut dengan jawaban Juno, aku bisa mengerti apa yang dirasakan Kiran. Juno memang suka bercanda tapi ini dilakukan di depan Dio pasti membuat Kiran khawatir Dio akan berpikir hal lain.
Kiran menggelengkan kepala "sisa ice cream" jawab Kiran tanpa memandang Juno. Ia menyembunyikan tatapannya dari siapapun.
"ahahaha Juno memang suka bercanda" entah kenapa tiba-tiba aku merasa harus tertawa meski terdengar tawaku dibuat-buat.
Tanganku merambat dari belakang dan berusaha mencubit lengan Juno "jaga sikap" bisikku mengancam.
"kalau boleh tahu, Dio jurusan apa ?" tanya Kavi
"Kimia murni" jawab Dio
"angkatan berapa ?" tanya Kavi lagi.
"sama dengan kalian"
Kami ber oh ria dan bingung mencari topik pembicaraan lain lagi.
"kimia murni itu kalau sudah lulus ngapain ?" tanya Juno
"bikin bom" jawab Kavi dengan santai.
Aku melotot terkejut, aku takut bercandaan kita tidak sesuai dengan Dio dan malah membuatnya tersinggung.
Tapi nyatanya yang terjadi malah sebaliknya. Dio tertawa, melihat Dio tertawa aku jadi ikut tertawa lega.
"maaf aku sudah membuat kalian khawatir dengan Kiran. Aku ingin mengatakan hal yang sejujurnya" ucap Dio.
Kami memandang Dio dengan serius namun bukan tatapan mengintimidasi. Kami menyimak dengan seksama.
"aku mengantarkan temanku pulang. Ketika aku melakukannya aku tidak berpikir hal lain, yang kupikirkan hanya menolongnya dan mengantar pulang. Aku tidak tahu dan tidak pernah menduga jika yang kulakukan akan membuat hati orang lain tersakiti. Kupikir menolong teman untuk mengantarkan pulang bukan sebuah tindakan kriminal jadi aku minta maaf" ucapan Dio terdengar tulus, dia menghela napas sebentar lalu melanjutkan ucapannya.
"aku tidak punya banyak pengalaman tentang menjalani hubungan percintaan, jadi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dan apa yang tidak boleh kulakukan. Bahkan cara untuk mengatakannya saja aku tidak tahu. Untuk itu hari ini aku rasa aku harus mencoba mengatakannya seperti laki-laki sejati" diakhir kalimat terdengar suara Dio bergetar. ia membenarkan posisi kacamatanya dan kemudian menatap Kiran. Terlihat jelas mereka berdua sangat gugup.
"Kiran.. " butiran keringat mulai mengalir dari pelipis Dio. Bibirnya bergetar namun Dio berusaha kuat dan menyelesaikan kalimatnya
"bisakah kau menjadi pacarku ?" entah kenapa kalimat itu membuatku ikut merasakan bahagia.
Kiran menundukkan kepalanya, dia diam begitu lama. Kami semua menunggu jawaban darinya.
"mungkin nanti akan ada banyak kesalahan yang kulakukan, karena aku masih harus memahami hubungan baru ini. Maaf untuk hal kemarin, akan kupastikan hal seperti itu tidak akan terjadi-"
"tidak apa-apa" Kiran memotong perkataan Dio "mengantarkan teman pulang bukan tindakan kriminal, aku tidak jadi marah"
"lalu ?" Dio masih menunggu jawaban yang mungkin sudah dilupakan Kiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures (Season 2)
RomanceBhale : bagaimana maksutnya, bisa Aku melakukan panggilan video, Aku ingin melihat marmutnya secara langsung ? What the, Bhale akan menelfonku, astaga Aku harus merapikan rambut dan riasanku. Aku berlari ke meja rias dan menyisir rambutku yang sudah...