16

8 1 0
                                    

Kami kembali ke kelas setelah kenyang makan siang. Hari ini adalah giliranku presentasi RPP. Karena Aku sudah sering melihat revisi orang lain dan juga sering membantu Kavi merevisi RPPnya, Aku jadi punya banyak pengetahuan. Kuharap dengan begitu RPP ku ini tidak memiliki banyak kesalahan. Aku sangat percaya diri jika RPP ku kali ini sudah benar.

Dosen membuka kelas lalu mempersilahkan mahasiswa untuk melakukan presentasi. Tanpa menunggu perintah dua kali Aku segera maju. Dengan langkah pasti Aku maju ke depan kelas. Aku berbicara dengan semangat dan percaya diri dalam menyampaikan isi RPPku.

Aku menggunakan kata kerja operasional secara urut ke dalam tujuan pembelajaran. Aku mengelompokkan materi ke dalam fakta, prinsip dan konsep. Tidak lupa aku juga memberikan alasan setiap keputusan yang kuambil dalam memilih model pembelajaran, metode pembelajaran dan alasanku menggunakan asessment yang akan diberikan. Aku menjabarkan analisis masalah yang terjadi di sekolah target dan menggabungkannya dengan solusi yang kuberikan pada RPP ini. semua kujelaskan dengan runtut dan menggunakan kalimat yang jelas. Kuharap tidak ada keambiguan.

Untungnya masalah yang kuhadapi di sekolah ini tidak serumit yang dihadapi Kavi. Kurasa masalahku hanya seputar tenaga pendidiknya saja. Tenaga pendidik yang sudah waktunya pensiun, tenaga pendidik yang tidak melakukan pembaruan pada metode pembelajaran sehingga cara beliau mengajar masih dengan metode ceramah saja sehingga banyak siswa yang cenderung bosan. Informasi yang disampaikan juga informasi lama padahal ilmu sains selalu berkembang dan sebagai guru selalu memerlukan pembaruan informasi.

"bagus" ucap Pak Malik ketika Aku menyelesaikan presentasiku.

"RPP kali ini sudah jauh lebih bagus dari sebelumnya" ucap Pak Malik lagi. Aku tidak bisa menahan senyuman di bibirku. Aku benar-benar senang mendengarnya.

Pak Malik mempersilahkanku duduk tanpa memberiku revisi pada RPP ku. Pak Malik bilang Aku sudah siap melakukan lesson study. Tidak perlu banyak pujian untuk membuatku senang, dengan tidak memberiku revisi sudah sangat membuat hatiku penuh dengan kupu-kupu dan bunga.

Bhale memberiku senyuman ketika Aku kembali ke tempat duduk. Kiran juga ikut tersenyum bangga padaku.

"itu semua berkatku" bisik Kavi dari kursi belakang.

Tapi tidak semua orang akan senang dengan keberhasilan yang kulakukan. Seperti Beti, Dia memberiku tatapan penuh kebencian sepanjang kelas. Awalnya Aku ingin mengabaikannya, sampai akhirnya Aku tidak tahan lagi ketika Beti mengataiku.

Kelas sudah selesai dan mahasiswa berhamburan keluar kelas. Aku keluar lebih dulu bersama sahabat-sahabatku. Beti sengaja berjalan mendahuluiku dengan menyentuh pundakku sambil berkata "sengaja pacaran dengan orang pintar agar bisa mengambil keuntungan" ucapan Beti sungguh ketus dan jahat. Dia mengucapkan itu dengan lirih tapi bisa sangat jelas kudengar. Mungkin ucapan itu tidak bisa di dengar Kiran yang berjalan di sampingku tapi Aku sangat jelas mendengar dan memahami kalimat itu. Tidak bisa kutahan lagi, emosiku sudah meuncak sampai diatas kepala. Dia selalu iri dengan pencapaian yang dilakukan orang lain.

Tidak pikir panjang tangan kananku segera terulur kedepan dan meraih rambut Beti. Aku menjambaknya sampai Dia hampir terjungkal ke belakang. Beti berteriak terkejut membuat semua orang mengalihkan perhatiannya pada Kami. Kiran berusaha menjauhkanku dan Kavi menarik tanganku dari rambut Beti. Sedangkan Juno, Aku tahu Dia terbahak-bahak tak jauh dari Kami seperti mahasiswa yang lain. Aku tidak mau melepas genggamanku pada rambut Beti, kemudian Beti mencoba memukul perutku tapi kubalas dengan jambakan lebih keras. Beti menendang kakiku, dan itu sakit sekali. Aku melepas tanganku lalu siap mengepalkan telapak tangan.

Sebelum Aku berhasil menonjok pipi Beti, seseorang meraih perutku dari belakang lalu membawaku mundur. Tangan itu meraihku dengan kuat, meskipun Aku sudah meronta ronta berusaha melepaskan diri, tapi kekuatanku masih tak sebanding dengan satu tangannya. Setelah menjauh tangan itu memindahkan tubuhku ke pundaknya. Dia membawaku seperti sedang membawa sekarung beras.

Sekarang Aku tahu siapa pemilik tangan tersebut, Aku sempat melihat wajahnya meski Aku tidak berhasil melepaskan diri.

"Bhal lepasin" teriakku sambil memukul-mukul punggung Bhale. Bhale tidak memberiku jawaban, Dia terus berjalan saja.

"BHAL LEPAS" kali ini aku berteriak dan semakin kuat memukul. Bhale tetap tidak tergoyahkan.

Aku terus memukul-mukulnya sampai Aku kelelahan sendiri. Bhale menurunkanku ketika Kita sampai di area yang jauh dari gedung kampus. Tepatnya kami berdua ada di taman yang jauh dari keramaian. Aku merapikan pakaian dan rambutku yang kusut akibat peristiwa tadi. Menyisir rambut dengan jari, merapikan pakaianku kembali ke posisi semula. Bajuku jadi kusut, salah satu kancingku di paling bawah sampai terlepas dan hilang entah kemana.

"jangan lakukan hal seperti itu" ucap Bhale dengan tegas. Seketika Aku menatap wajahnya dengan kesal. Tapi ketika mataku bertemu matanya seketika nyaliku menciut. Bhale terlihat sangat marah. Rahangnya mengeras dan kedua bola matanya menatapku tajam.

"itu perbuatan buruk. Kau ini mahasiswa dan perbuatanmu tadi bukan mencerminkan orang yang berpendidikan" Bhale melanjutkan memarahiku. Bagaimanapun juga yang dikatakan Bhale ada benarnya. Tapi tunggu, ini bukan sepenuhnya salahku.

"tapi Beti-"

"Kau harus bisa mengendalikan emosimu. Jangan mudah termakan omongan orang lain" Bhale memotong ucapanku. Dia benar-benar marah dan sekarang Aku mulai takut. Perlahan kepalaku menunduk semakin dalam.

"maaf" ucapku lirih.

"Aku sangat kecewa" Bhale menghela napas kasar. Mendengar itu membuatku ingin menangis. Astaga Akubenar-benar salah Aku tidak mau Bhale kecewa padaku.

"apa Kau tidak sadar jika banyak orang melihatmu, dan bahkan ada yang merekam kejadian itu. Apa nanti yang akan terjadi dengan video kalian yang beredar ?" Bhale kembali memarahiku.

"iya Aku tahu Aku yang salah tapi ini bukan sepenuhnya salahku. Kau tidak bisa menyalahkanku" Aku memang takut Dia kecewa tapi Aku juga tidak suka Dia terus menerus menyalahkanku.

"bukankah sebaiknya Kau menanyakan kondisiku apakah Aku terluka atau tidak tapi kau malah terus memarahiku. Kau sangat menyebalkan" Aku berjalan meninggalkannya, tapi dengan gerakan cepat Bhale menahanku.

"justru Aku sedang mengkhawatirkanmu. Aku hanya tidak ingin Kau melakukan hal itu lagi, itu merugikan dirimu sendiri"

"iya tapi Kau tidak perlu memarahiku terus-terusan" Aku berusaha melepas genggaman tangannya dari lenganku. Tapi bukannya terlepas Bhale justru menarikku ke dalam pelukannya.

"iya-iya Aku minta maaf Aku kelewatan" ucap Bhale dengan mengusap kepalaku.

Mendengar Bhale yang mengalah dan meminta maaf itu membuat hatiku melembut. Aku jadi ikut merasa bersalah. Bhale mengkhawatirkanku tapi Aku malah kesal. Alhasil Kamu berdua berpelukan dan saling meminta maaf satu sama lain. setelahnya Aku menceritakan perbuatan buruk Beti padaku dan Bhale memintaku untuk tidak pernah menanggapi Beti apapun yang terjadi. Beti hanya manusia yang gila hormat dan Dia selalu ingin jadi yang terbaik. Dia akan memusuhi siapapun orang yang lebih hebat darinya. Terlebih jika orang itu perempuan.

............................................................

academic adventures (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang