3

9 2 0
                                    

Kami semua masuk kelas yang sama. Mata kuliah strategi pembelajaran, dengan dosen Pak Malik. Ketika Kami datang beliau sudah duduk di kursi kebesarannya. Beliau menatap tajam ke arah Kami, sepertinya beliau kesal karena Kami terlambat. Ketika sudah duduk di kursi paling belakang, Aku melirik jam tanganku. Kita terlambat dua menit. Aku menghela napas gusar, bisa dipastikan dosen ini sangat tegas dan disiplin, baru dua menit saja sudah mendapat tatapan yang menusuk hati.

"langsung saja, Saya tidak akan negosiasi kontrak kuliah karena Saya sudah membuat aturan di kelas ini" ucap Pak Malik di awal perkuliahan dan disambut tatapan terkejut semua mahasiswa. Kenapa Pak Malik begitu ? padahal semua dosen selalu mendiskusikan kontrak kuliah dengan mahasiswa.

"tidak terlambat, maksimal izin tiga kali, dan akumulasi nilai akan Saya ambil rata-rata karena semua tugas memiliki bobot yang sama baik keaktifan maupun kehadiran" ucap dosenku dengan lantang dan tegas seperti seorang komandan upacara. Aku hanya bisa menelan ludah dan menerima semua takdir ini.

"ini sekolah pendidikan atau militer ?" bisik Juno disamping telingaku, itu karena setiap intonasi kata yang diucapkan dosenku tegas,lugas dan lantang.

"Saya akan jelaskan tugas kalian pada mata kuliah Saya. Pertama Anda akan melakukan Lesson Study di sekolah yang sudah saya tentukan, sebelum itu Anda harus membuat RPP yang harus dikonsultasikan ke Saya, baru jika RPP sudah jadi Kalian bisa melakukan Lesson Study. Hanya itu maka kalian bisa lulus mata kuliah saya"

Beliau bilang hanya itu, tapi Aku tidak yakin akan semudah itu.

"Saya sudah menuliskan daftar sekolah yang akan anda gunakan sebagai lesson study, silahkan cek di email Anda masing-masing. Perkuliahan hari ini saya tutup disini dan cukup sekian"

Sebelum pulang, Aku menyempatkan diri membuka email dan melihat sekolah mana yang kudapat. Begitu juga teman-temanku yang lain. Aku tidak tahu sekolah mana yang kudapat, bahkan Aku baru membaca nama sekolahnya pertama kali ini.

"Aku tahu sekolah yang didapat Kavi. SMP Merak ada di dekat rumahku, itu sekolah yang bermasalah, setiap tahun selalu ada siswa yang hamil-"

"what ? ini SMP kan ?" Aku menyela penjelasan Kiran, Aku terkejut mendengar anak SMP hamil.

"ya ini SMP. Sekolah itu hampir tutup karena kurang peminat, semua orang tahu sekolah itu bermasalah jadi mereka enggan daftar kesana. Akhirnya setiap tahunnya hanya siswa bermasalah yang terpaksa berakhir disana karena sudah ditolak di banyak sekolah dan hanya SMP Merak yang menerima mereka"

Aku sampai melongo mendengar penjelasan Kiran, serumit itu sekolah yang didapat Kavi.

"Kau harus semangat" ucapku untuk Kavi.

"sepertinya semua sekolah yang Kita dapat bermasalah, jadi lebih baik Kita cari latar belakang sekolah agar bisa menyusun strategi pembelajaran yang sesuai untuk mereka" ucapan Bhale ada benarnya, ada kemungkinan sekolah yang Kita dapat semua memang bermasalah, karena setiap tugas selalu ada tantangan yang diberikan dosen. Sekarang Aku mulai panik.

Kami semua pergi ke kantin. Kecuali Bhale, Dia harus menemui Prof Juri. Kami harus makan untuk bertahan hidup karena proses metabolisme tubuh terus berjalan dengan baik.

Aku, Juno dan Kiran sudah menghadap makanan Kami masing-masing. Sedangkan Kavi, Dia hanya mengambil sebotol susu lalu meminumnya sambil bengong. Bukan seperti Kavi biasanya.

"sudahlah jangan dipikirkan, kita sudah terbiasa dihantam tugas-tugas yang sulit kan" ucap Kiran memberi semangat Kavi.

Tapi kurasa Kavi begitu bukan karena tugas ini, "Kau bingung karena tugas ?" tanyaku

Kavi menggelengkan kepala lesu "Aku putus dengan pacarku"

"lagi ?" ucap Kiran. Itu pantas diucapkan karena Kavi sudah ribuan kali putus cinta.

"dengan pacarmu yang usianya lebih tua darimu itu atau sudah ganti lagi ?" tanyaku, kemudian menyuapkan satu sendok sate dengan potongan lontong ke dalam mulutku.

Kavi mengangguk lagi "keluarganya ingin Dia cepat menikah sedangkan Aku belum siap"

Juno dan Kiran seketika menahan tawa "Aku merasa jadi pria yang gagal" ucap Kavi lagi.

"syukurlah Kau menyadari" ucapku yang langsung mendapat tatapan tajam dari Kiran. Aku tidak sadar ketika mengucapkan kalimat yang ketus, bagiku itu wajar tapi bagi orang lain tidak.

"sudahlah mungkin memang belum jodoh" Kiran mengusap lengan Kavi berusaha memberinya semangat. Kiran memang selalu bisa memberi saran percintaan dengan baik tapi dirinya sendiri belum pernah berpacaran.

"hah berulang kali patah hati sakitnya tetap sama saja" keluh Kavi lagi.

.................................................

Kami pergi ke perpustakaan, Aku sibuk mencari informasi mengenai sekolah yang akan Aku ajar. SMP Terpadu, di internet tidak ada informasi terkait sekolah tersebut. Hanya ada profil sekolah tapi Aku tidak menemukan adanya tanda-tanda masalah dari sekolah tersebut. Sepertinya Aku harus berkunjung kesana dan mencari tahu secara langsung masalah apa yang terjadi di sekolah tersebut. Ini akan menjadi tugas yang panjang dan rumit.

Aku mendekati Kavi dan Kiran yang terlihat tengah serius mengobrol. Kudengar mereka membicarakan SMP Merak yang menjadi lokasi lesson study Kavi.

"sepertinya masalah disana kurangnya pembelajaran etika dan seks" mataku membulat, frontal sekali kalimatnya.

"maksudmu pembelajaran reproduksi di biologi kan ?" tanyaku memastikan

"iya, terlebih dari itu mereka juga harus diajarkan mengenai pendidikan seks, hal buruknya, cara yang baik melakukannya, kapan waktu yang baik melakukannya, harapanku bisa semuanya di ulas" ucap Kiran dengan antusias.

"apa kau yakin mereka bisa menerima ini, ini hal yang baru bagiku"

"tapi jika Kita tidak melakukannya kondisi mereka semakin mengkhawatirkan, harus ada tindakan yang nyata. Beberapa anak dibawah umur hamil entah karena kurangnya informasi yang Dia dapat atau rasa penasaran yang tinggi, Kau tahu akibat apa yang mereka dapatkan. Resiko kehamilan di usia dini, masa depan suram, anak terlantar bahkan bisa juga sampai kenaikan angka kemiskinan di negara ini. Ini kasihan sekali, harusnya mereka mendapat arahan dan perlindungan tapi mereka terbelenggu kesalahan fatal itu, bukankah ini menjadi salah satu tanggung jawab orang dewasa untuk memberi mereka arahan" Kiran berkaca-kaca memberikan penjelasannya. Aku bisa rasakan kegundahan yang Dia alami. Pasalnya lokasi sekolah itu dekat dengan rumah Kiran jadi Dia bisa tahu masalah yang mereka alami. Dari beberapa ratus siswa lima diantaranya mengalami kehamilan beresiko ini mungkin memang skala kecil tapi jika skala kecil ini terjadi terus setiap tahunnya bisa berdampak buruk bagi lingkungan. Banyak hal yang belum siap untuk anak-anak itu bisa menerima kondisi seperti itu. organ tubuh yang belum matang bisa menyebabkan gangguan, kondisi psikologis yang belum matang juga bisa mengganggu dirinya sendiri juga pola didik anak mereka nantinya. Anak yang lahir dari orang tua yang belum matang secara psikologis akan mengalami gangguan, kasihan jika seorang anak tak berdosa harus lahir dengan banyak beban seperti itu. Ini akan menjadi masalah yang panjang dan rumit.

"Aku tahu apa yang kau harapkan untuk menyelamatkan mereka tapi jangan berharap padaku, Aku tidak yakin akan bisa karena ini terlalu berat. Hal seperti ini masih sangat sensitif, entah Aku akan diijinkan atau tidak" ucap Kavi, Aku setuju dengan Kavi. Selama ini sistem reproduksi manusia hanya dijelaskan seperlunya dari segi biologi. Terkait masalah yang terjadi di lingkungan belum banyak yang mengkaitkannya.

"jika Kita jelaskan dengan baik dan hati-hati pasti akan diijinkan" Kiran memohon dengan menyatukan kedua tangannya.

"tapi bukankah tergantung materi apa yang akan aku ajarkan ? bisa saja Aku harus mengajarkan materi ekosistem. Bukankah Aku harus mengikuti tujuan pembelajaran ?"

"aduh kau jangan pura-pura bodoh Kavi. sekolah itu mempunyai masalah, prestasi belajar siswanya menurun, banyak masalah yang mereka alami dan salah satunya setiap tahun ada yang hamil, bisakah Kau menyelesaikan salah satu masalah yang paling berat itu setidaknya untuk memperbaiki nama sekolah agar tahun depan minat belajar di sekolah itu meningkat ?"

"tapi Kiran ini Lesson Study, praktik mengajar bukan mengisi seminar yang bisa kita tentukan topiknya. Jangan memaksa" Jawab Kavi sedikit membentak.

................................................................

academic adventures (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang