Aku mendengar ponsel Bhale berdering ketika kami masih sibuk merapikan kelas. Bhale merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel, setelah melihat layar ponsel Ia berjalan keluar sambil berkata "Halo Prof".
Mungkin Dia sedang mendapat tugas dari Prof Juri lagi. Mengingat tentang Prof Juri Aku jadi kecewa dengan sikap beliau kali ini. kenapa beliau tidak mau membantu Kami, kenapa sikapnya berbeda ketika ada masalah di kampus. Aku yakin Prof Juri memiliki alasannya sendiri, tapi tetap saja Aku kecewa. Paling tidak berilah kami saran atau nasehat atau apalah bukannya sama sekali tidak mau mengurus begini. Tega sekali.
Aku memilih melanjutkan untuk mengemasi sampah-sampah sisa masyarakat yang datang. Sampah yang mereka tinggalkan sangat banyak dan berserakan. Aku jadi berpikir negatif jika ini mereka lakukan karena sengaja. Saat Aku mengambil salah satu bungkusan Aku terkejut karena tiba-tiba ada sesuatu yang cair keluar. Benda itu mengenai tanganku. Ini menjijikan astaga. Ini muntahan dari mulut seseorang. Makanan yang sudah dikunyah lalu dikeluarkan yang bercampur dengan air liur dan menjijikan. Sialan ini pasti sengaja.
Aku segera keluar untuk mencuci tangan, sepertinya ini akan butuh satu kilo sabun Aku merasa banyak bakteri yang menempel ditangan.
Aku keluar dan berpapasan dengan Bhale, Dia sudah menyelesaikan percakapannya.
"Kau ada tugas lagi dari Prof Juri ?" tanyaku
Bhale menggeleng "Prof Juri menitipkan ucapan selamat untuk Kavi"
"hah ?" Aku memberikan ekspresi mencibir "Prof Juri tidak mau membantu Kita dan sekarang memberikan selamat ?" Aku menggelengkan kepala dan memutar kepala jengah. Aku berjalan meninggalkan Bhale tapi langkahku terhenti ketika Bhale menahan lenganku.
"Prof Juri yang memintaku membakar amarah Kavi sampai Kavi mengambil keputusan ini sendiri" ucap Bhale dengan tegas. Dan itu membuatku tertegun membulatkan mata. Jadi Prof Juri masih memberi saran melalui Bhale. Aku jadi merasa bersalah sudah menghakimi beliau.
"Kita sudah dewasa, sudah saatnya Kita mencoba mengambil keputusan atas masalah yang Kita buat sendiri"
Perlahan Aku merundukkan kepala merasa semakin bersalah. "Prof Juri hanya ingin Kita belajar mengenali diri Kita sendiri, mengendalikan diri sendiri dan melakukan semuanya dengan tangan Kita sendiri"
"iya Aku paham"
"segera cuci tanganmu. Aku tidak mau nanti dipeluk tangan kotor" ucapnya kemudian meninggalkanku. Kurang ajar Bhale Dia mengataiku kotor.
............................................................................
Aku pulang dengan Bhale. Dia membawaku dengan motor miliknya. Berkencan dengan Bhale setelah melewati semua masalah ini seperti mendapat reward. Aku senang sekali, sudah lama Kita tidak menghabiskan waktu berdua seperti ini.
"kau mau ke rumahku ?" tanya Bhale. Meskipun bertabrakan dengan angin tapi aku masih bisa dengar apa yang Dia ucapkan.
"Aku--- belum siap bertemu orang tuamu" Aku menggigit bibir. Aku memang belum siap, Dia tidak banyak menceritakan tentang keluarganya jadi Aku tidak bisa mempersiapkan apa yang sebaiknya kulakukan disana. Lagipula Aku juga belum menyiapkan mental.
Bhale tertawa, Aku bisa melihat senyumnya dari kaca spion "orang tuaku tidak disini, mereka ada di belahan bumi lain"
Aku berpikir sejenak, jika orang tuanya tidak dirumah jadi Dia tinggal sendiri ? "Kau tinggal sendiri ?"
"yep"
Nah benar Dia tinggal sendiri. Jika di sebuah rumah yang sepi tidak ada orang tua lalu Aku dan Dia berduaan disana maka apa yang akan terjadi. Astaga jiwa liarku mulai menguasai diriku.
"apa yang akan kita lakukan dirumahmu ?"
"apa saja, kita bisa lakukan apa saja" Bhale lagi-lagi tersenyum. Melihat senyumnya kali ini membuatku takut. Apalagi tadi Aku sudah berjanji akan memeluknya, apa yang akan terjadi setelah pelukan. Aku tidak mau membayangkan hal selanjutnya, Aku tidak mau melakukan itu Aku takut.
"sebaiknya Kita ke tempat lain saja, Aku belum siap ke rumahmu"
"apa yang harus Kau persiapkan, dirumahku tidak ada siapapun Kau tidak perlu canggung"
Astaga kenapa ucapannya terdengar aneh sekali. Aku tidak menyangka Bhale akan se mesum ini.
"Kau tahu kan Kita baru saja memberi materi tentang seks edukasi"
" ya ?"
"Bhal bukannya Aku tidak mau tapi ada banyak hal yang bisa Kita lakukan yang juga menyenangkan selain itu"
"iyaa Kita bisa melakukannya dirumahku, Kita bisa coba semua hal menyenangkan itu"
Nafasku tercekat, anak ini benar-benar mesum akut
"Bhal Aku belum siap"
"Aku benar-benar tidak mengerti tapi Kita sudah sampai" Bhale berhenti di sebuah rumah di perumahan elit. Seorang petugas keamanan membuka gerbang dan Bhale membawaku masuk.
Pikiranku semakin tidak karu-karuan. Bhale membantuku melepas helm lalu menarik tanganku untuk masuk ke rumah. Rumah ini besar dan bagus. Terlalu luas jika hanya ditempati satu orang saja. Ada beberapa lukisan terpajang di dinding menambah kesan indah rumah ini. Tapi keindahannya tidak mampu mengalihkan pikiranku dari kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi padaku.
"duduk" Bhale menyuruhku duduk di sebuah sofa di depan tv. Ia melemparkan tasnya ke sofa lalu melepas jaket yang Ia kenakan. Seketika Aku mundur perlahan, apa Dia akan langsung melakukannya.
"kenapa wajahmu begitu ?" Bhale mendekatiku Sia duduk tepat di sampingku. Mataku meneliti seluruh tubuhnya, mulai dari leher dada sampai perutnya. Aku meneliti semua tubuhnya melihat pergerakannya agar aku bisa melakukan antisipasi secepat mungkin jika terjadi hal membahayakan.
"apa yang Kau lihat ? hentikan. Kau mesum sekali" Bhale mundur dengan kedua tangan menyilang menutup dadanya.
"bukan berarti hanya Kita berdua lalu Kau akan melakukan itu. astaga Elee kau se-liar itu"
Mulutku menganga mendengar tuduhannya.
"justru Kau yang mesum, Kau mengajakku kesini karena ingin itu kan, Kau bilang Kita bisa mencoba banyak hal. Aku bahkan terkejut Kau bisa mengatakan itu"
"tunggu-jadi Kau takut datang kesini karena Kau pikir Aku akan" Bhale tertawa terbahak-bahak. "maksudku Kita bisa nonton film, bermain kartu, bermain catur atau bermain apapun yang menyenangkan"
Aku melongo dan mulai sedikit malu, jadi dari tadi akulah yang berburuk sangka. Malu sekali, kalau boleh Aku ingin menyembunyikan wajahku sekarang juga.
"Aku tidak akan melakukan hal itu sebelum menikah" ucap Bhale yang berhasil membuatku meleleh seperti lilin.
Bhale mengusap kepalaku lalu Dia berdiri "Aku ambilkan minuman dulu"
Aku merutuki kebodohanku. Aku malu sekali, seharusnya Aku bisa berpikir lebih rasional. Tidak semua laki-laki bajingan dan hanya memikirkan seks. Bodoh sekali Aku ini.
Bhale kembali membawa dua botol air mineral. "Aku tidak punya apa-apa jadi Kita pesan makanan saja, Kau mau apa ?" Bhale membuka tutup botol salah satu minuman lalu memberikannya padaku. Kemudian Dia membuka sendiri minuman untuknya. Perhatian kecil yang Dia berikan lagi-lagi membuatku merasa tersentuh. Bodoh sekali jika manusia sebaik Bhale kutuduh melakukan hal buruk. Aku menyesali perbuatanku sendiri.
...........................................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures (Season 2)
RomanceBhale : bagaimana maksutnya, bisa Aku melakukan panggilan video, Aku ingin melihat marmutnya secara langsung ? What the, Bhale akan menelfonku, astaga Aku harus merapikan rambut dan riasanku. Aku berlari ke meja rias dan menyisir rambutku yang sudah...