Kepala sekolah, guru serta staf menerima Kami dengan baik dan ramah. Kami memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan Kami kesana. Mereka terlihat sangat senang dengan kehadiran Kami sebab jarang sekali ada mahasiswa yang mau melakukan penelitian atau praktik di sekolah mereka. Menjadi responden penelitian dan tempat praktik adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi sekolah. Hal itu bisa memacu perkembangan sekolah menjadi lebih baik lagi.
Setelah acara perkenalan, Kepala Sekolah mempesilahkan Kami untuk mengikuti salah satu pelajaran agar Aku bisa menganalisis kesulitan belajar apa yang mereka alami dan memikirkan solusi apa yang mungkin bisa kulakukan.
Kami masuk di kelas 8. Siswa di kelas ini sejumlah 30 siswa. Salah seorang guru tengah memberi penjelasan di depan kelas. Aku, Kiran dan Juno duduk di kursi paling belakang. Baru tiga puluh menit berjalan Aku sudah bosan dan mengantuk. Kuperhatikan siswa lain juga tak jauh berbeda denganku. Seperti ada angin mengantuk yang meniup mataku. Ini berat untuk ditahan.
Guru pengajar sudah tua, metode pengajarannya dengan ceramah, tidak ada ice breaking atau melempar pertanyaan ke siswa. Itu kiranya penyebab yang bisa kuanalisis kenapa Kami mengantuk selama pelajaran.
"tidur dosa tidak ?" bisik Juno dengan lemah.
"sstt tidak sopan" meskipun Aku juga sangat mengantuk tapi aku masih waras untuk tidak membiarkan tubuhku tertidur. Aku mencubit tangan Juno dengan keras.
"AWW. WHAT THE..."
"biar tidak ngantuk"
Akhirnya Kami bisa menyelesaikan dua jam pelajaran. Ketika guru keluar kelas Kami juga ikut keluar. Aku ingin mengobrol untuk mewawancari mengenai kelas tersebut.
"mari saya bantu bawakan tas Ibu" ucapku ketika mensejajarkan langkahku dengan beliau.
"terimakasih" Jawab Bu Murni dengan ramah. Kami sudah saling memperkenalkan diri sebelum kelas. beliau yang akan menjadi guru pembimbing Lesson Study-ku di sekolah ini. Kebetulan hanya beliau satu-satunya guru biologi.
"boleh Saya tahu usia Ibu berapa ?" tanya Kiran, sebenarnya itu juga yang membuatku penasaran. Beliau terlihat sudah tua tapi kenapa masih mengajar.
"aah saya 73 tahun"
"loh bukankah seharusnya sudah pensiun" celetuk Juno, Aku segera menyenggol lengannya. Itu tidak sopan seharusnya bertanya dengan kalimat yang baik.
"iya benar, Saya akan pensiun jika pengganti Saya sudah ada. Kasihan anak-anak jika Saya tinggal tidak ada guru Biologi untuk mereka"
Sekarang Aku mengerti, hal ini terjadi karena keadaan. Tapi tindakan seperti ini juga tidak efektif. Tidak banyak ilmu yang diserap siswa dengan metode pengajaran yang dilakukan guru yang seharusnya sudah pensiun. Kinerja beliau sudah tidak bisa maksimal, tapi disini Aku sangat mengapresiasi semangat beliau. Meskipun sudah tua tapi masih mau melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh.
Aku meminta ijin untuk melihat buku penilaian siswa. Aku ingin melihat bagaimana nilai mereka, meningkat, stabil atau menurun.
Bu Murni memberiku buku tebal yang sudah tua. Buku itu berwarna coklat usang. Untung saja masih bersih tapi terlihat sudah rapuh. Aku takut robek ketika membukanya. Di halaman awal aku bisa melihat nilai siswa dari tahun 1985. Astaga ini buku sejarah bukan buku nilai.
Rata-rata Nilai siswa di tahun ini tergolong stabil, hanya standart KKM. Tidak ada yang sangat bagus tapi ada yang jauh dibawah KKM. Pengambilan nilai tidak banyak, tidak ada tugas harian atau kuis harian, tidak ada tugas projek, tidak ada nilai keaktifan hanya ada nilai UTS dan UAS. Mungkin Bu Murni tidak sempat melakukan semua penilaian itu.
Meskipun Aku tahu solusi dari masalah ini tapi masalahnya terlalu banyak, sepertinya Aku akan kewalahan. Aku harus menyiapkan tenaga ekstra.
Ketika aku meminta RPP kepada Bu Murni beliau hanya tersenyum.
"Saya tidak pernah menggunakan RPP sejak dua puluh tahun terakhir" Aku hanya bisa tersenyum kaku dan canggung. Lagi-lagi Aku hanya bisa memaklumi beliau, ini bukan salah beliau ini karena keadaan. Meskipun dalam hati Aku miris sekali melihat fakta seperti ini. Banyak sekali yang tidak dimiliki sekolah ini. Pantas saja tidak ada prestasi yang meningkat, padahal siswa memiliki kesempatan untuk berprestasi.
Sekolah hampir selesai. Kami harus segera pulang. Kami berpamitan dengan para guru sebelum akhirnya meninggalkan sekolah tersebut.
.........................................................
Kami kembali ke kampus. Sebelum ke kelas kami menyempatkan diri ke kantin. Ketika Kami mendatangi kursi tempat biasa Kami berkumpul mata kami dikejutkan dengan keberadaan Kavi yang tergeletak tak berdaya disana. Dia memejamkan mata dengan tangan terlentang dan kepala diatas meja tengkurap sambil duduk. Bisa kalian bayangkan kan posisinya.
"OMG jasad Kavi" teriak Juno dengan tidak sopan.
"Kav, Kavi, Kav" Kiran menepuk nepuk pundak Kavi tapi tetap tidak ada respon.
Kupikir Kavi lelah jadi lebih baik biarkan saja dia "biarkan saja tunggu dia bangun sendiri"
Aku duduk di samping Kavi dan memilih sibuk memandangi stan makanan satu persatu. Aku bingung memilih makanan apa yang akan kusantap. Kiran dan Juno juga sama, mereka masih berpikir.
"ayam goreng gimana ?" tanya Kiran
"bosan" jawab Juno
"nasi padang"
"itu lagi"
"nasi goreng"
"yang lain deh"
Ketika Kiran dan Juno masih berdebat tiba-tiba Kavi bangun dan mengagetkan kita semua. Kami semua terdiam memandang Kavi.
"dua minggu lagi aku mengajar dengan materi sistem reproduksi" ucap Kavi dengan lemas
"UWAAA" Kiran bertepuk tangan dengan senang
Aku hanya bisa tertawa melihat Kavi. Dari awal Dia tidak siap dengan materi itu tapi justru dapat materi reproduksi. Kasihan sekali.
"Aku sudah menolak dengan halus tapi mereka tetap memberiku materi itu. Mereka juga menceritakan masalah yang terjadi di sekolah mereka yaitu kehamilan usia dini. Mereka berharap akan ada perubahan jika Aku yang melakukannya. Mereka berharap pemikiran anak muda yang dari kampus ternama bisa membawa hal baik. Apa yang mereka harapkan dari manusia yang belum memiliki pengalaman sepertiku. Seharusnya mereka membantuku bukan memberiku beban. Konteksnya aku masih mahasiswa masih belajar masih butuh bimbingan. Arrggghh " Kavi meremas rambutnya kesal.
Aku mengusap lengan Kavi, "Kau pasti bisa" berharap memberinya semangat.
Kiran dan Juno pergi memesan makanan, mereka sudah mendapat ide bagus. Ponselku berbunyi, Aku mendapatkan pesan dari Bhale. Aku tersenyum melihat namanya ada di layar ponselku. Aku jadi ingat jika Kami sudah kembali bersama.
Bhale : aku lelah sekali. Lebih lelah karena tidak melihatmu
Bhale juga mengirimkan gambar dirinya dengan rambut berantakan dan muka datar. Astaga sejak kapan dia jadi alay begini. Aku tersenyum dan jantungku tiba-tiba berdegup melihat foto yang dia kirim. Siapa yang mengajarinya hal menggelikan seperti ini. Apa Dia tidak tahu jika ini membuat jantungku tidak karuan.
........................................................................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures (Season 2)
RomanceBhale : bagaimana maksutnya, bisa Aku melakukan panggilan video, Aku ingin melihat marmutnya secara langsung ? What the, Bhale akan menelfonku, astaga Aku harus merapikan rambut dan riasanku. Aku berlari ke meja rias dan menyisir rambutku yang sudah...