36

11 2 0
                                    

Soal-soal ini seperti memeras otakku. Aku harus mengeluarkan segala kemampuanku, membuka memori ingatan yang dulu kusimpan rapi diantara sel sel otakku. Aku harus mencari memori ingatan materi baik dari masa kuliah maupun masa SMA. Jika saja otakku adalah mesin pasti sudah mengeluarkan asap saking kerasnya Aku menggunakan. Aku tahu soal-soal ini tapi ada beberapa bagian yang Aku lupa, mungkin saja terselip di lipatan otak.

Miss Rena hanya memberi kami waktu dua jam. Selesai atau tidak selesai harus kami kumpulkan. Tiga menit lagi waktu habis dan aku masih menyisakan satu soal yang belum terjawab. Apa rumus fotosintesis. Sial, itu pertanyaan sederhana paling mudah diluar kepala tapi kali ini otakku benar-benar khilaf. Aku menggaruk belakang kepalaku karena merasa frustasi. Aku melirik Miss Rena, beliau masih mengawasi kami dengan mata elangnya. Selama dua jam beliau tidak lengah, beliau mengawasi kami dengan seksama.

"waktu habis !" ucap Miss Rena. Aku semakin frustasi karena Aku belum juga menjawabnya. Sudahlah, dengan pikiran dangkal akhirnya Aku menuliskan jawaban asal-asalan. Aku sudah pasti yakin jika yang kutulis ini salah.

Miss Rena mengambil satu persatu lembar ujian kami"tunggu 30 menit" ucap Miss Rena sembari meninggalkan ruangan.

"apakah itu soal anak SMA ?" Ucap Juno dengan menampilkan wajah kesalnya. Kami semua memandang Juno dengan tatapan heran. Memang itu soal anak SMA, apalagi masalahnya.

"memangnya Kau pikir soal siapa ?" tanya Kavi

"Soal mahasiswa S2"

Kami menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Di dalam hati aku terus merapalkan doa agar jawabanku tadi berubah secara ajaib. Mustahil tapi yasudah berdoa saja. Semoga akan ada hasil yang baik.

Sembari menunggu Aku bertanya tentang protes yang teman-temanku lakukan. Aku ingin pastikan apa benar mereka juga melakukan protes. Satu persatu bercerita mengenai protes yang mereka lakukan, kecuali Juno. Mungkin jika protes ini hanya dilakukan oleh satu orang maka Miss Rena tidak akan mempedulikan, dan untungnya tanpa perjanjian sebelumnya kami melakukan protes di waktu yang tepat.

Tiga puluh menit kemudian Miss Rena datang. Perasaanku semakin tidak karuan. Jantungku berdegup lebih cepat. Meskipun sebenarnya Aku sudah tahu bahwa Aku tidak akan mendapat hasil sempurna tapi Aku masih berharap. Seperti menunggu pengumuman kelulusan. Kiran mendekatiku untuk meremas tangan kananku. Dia juga sama gugupnya.

"Bhale mendapat nilai sempurna, Juno 54, dan sisanya mendapat nilai 98,5" mendengar pengumuman dari Miss Rena aku merasa lega tapi juga ada sedikit kecewa dari dalam diriku. Aku lega karena aku sudah melakukan yang terbaik dan mendapat hasil yang tidak buruk tapi aku kecewa karena tujuanku tidak bisa kucapai.

Aku melihat Kavi mengepalkan tangannya, kurasa Dia juga sama kecewanya.

"tapi saya mengubah keputusan" yang tadinya Kami menunduk kecewa seketika Kami mendongak memandang Miss Rena. Akankah keajaiban itu akhirnya ada.

"empat orang kecuali Juno boleh mengajar di kelas dengan catatan jika kalian sudah membuat RPP nya. Jadi silahkan hari ini Kalian membuat RPP untuk kelas yang akan kalian ajar lalu tunjukkan kepada Saya"

Miss Rena menyerahkan selembar kertas kepadaku "ini pembagian kelas serta materi yang harus diajarkan"

"terimakasih Miss" ucapku dengan raut wajah yang amat bahagia. Aku bahkan mencium tangan Miss Rena saking bahagianya. Kemudian Kiran juga mengucapkan terimakasih, begitupun Kavi dan Bhale. Mereka juga ikut bersalaman mencium tangan Miss Rena dengan sopan.

Kavi mengambil alih kertas yang kupegang, dengan tidak sabar dia memeriksa isinya. Kavi dan Kiran sempat berebut "Kavi, lihat sama-sama jangan dilihat sendiri" gerutu Kiran.

"Aku harus kembali ke koperasi menemani Leo" Juno berpamitan. Hanya aku yang mendengar ucapannya.

"semangat Jun" Dia hanya mengangguk.

Aku mengambil laptop dari dalam tas, mulai menyusun RPP sesuai perintah. Bagian tersulitnya adalah Aku harus menentukan model pembelajaran yang akan kugunakan. Aku harus memiliki alasan yang kuat serta bukti yang jelas agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik.

Aku mulai membuka situs pencarian jurnal ilmiah. Mencari jurnal penelitian mengenai model pembelajaran dengan materi yang sama dengan yang akan kuajarkan. Ini membutuhkan proses yang lama. Berselancar di deretan judul jurnal, membaca ribuan kata dari abstrak serta berpikir untuk memutuskan model mana yang akan kuambil.

Satu jam kemudian, Kavi berdiri lebih dulu diantara kita. "Aku akan pergi menemui Miss Rena" ucap Kavi. Tidak lama Kavi kembali dengan muka tertekuk "ada apa ?" tanyaku

"revisi"

"apa yang salah ?"

"materi yang kusajikan terlalu meluas, katanya ini seperti materi mahasiswa bukan materi anak SMA. Aku memang salah ketika memasukkan materi, langsung kumasukkan saja materi yang kupunya tanpa kupilah lagi"

Kemudian Bhale berdiri. jika ini Bhale, kecil kemungkinan Dia akan revisi. Dia pergi tanpa berpamitan atau mengatakan apapun itu.

Bhale kembali dengan raut wajahnya yang susah ditebak. Aku tidak tahu Dia sedang senang atau sedih, dia hanya datar saja.

"bagaimana ?" tanyaku

"Aku harus menyederhanakan rumus penilaianku"

Sekarang giliranku yang selesai. Ternyata Kiran juga sama, akhirnya Kami pergi berdua untuk menemui Miss Rena. Kiran sangat gugup, aku bisa lihat tangannya bergetar. Aku mencoba menenangkannya meskipun sebenarnya Aku sendiri juga gugup.

"kenapa anda menggunkan model pembelajaran ini ?" tanya Miss Rena ketika membaca RPP yang kubuat.

"Saya melihat di jurnal bahwa materi ini akan efektif dan memberikan hasil bagus dengan menggunakan model ini Miss"

"apa Kau yakin ? mungkin saja keadaan siswa disini dengan siswa yang ada di jurnal berbeda. Apa kau sudah baca analisis hasilnya dengan cermat ?" Miss Rena sepertinya meragukanku.

"yakin dan saya sudah membaca analisis hasilnya"

"kenapa Kau tidak menggunakan model pembelajaran yang umum saja, model ini masih jarang digunakan"

"jarang digunakan bukan berarti tidak bisa digunakan Miss"

Miss Rena menatapku serius, dia sedang mempertimbangkan. "bagaimana jika ternyata kau tidak berhasil, kau mau bertanggung jawab atas nilai mereka yang buruk ?"

Untuk pertanyaan yang satu ini Aku mulai ragu. Aku terlalu tergiur dengan jurnal yang kubaca ini sehingga Aku tidak memikirkan hasil akhirnya. Aku terlalu antusias untuk mencoba model pembelajaran yang memang jarang digunakan. Si penulis jurnal menggunakan kata-kata yang membuat pembacanya tertarik untuk mencoba. Bagaimana ini, Aku sudah setengah jalan, jika Aku mengubah modelnya bisa saja Miss Rena meragukan kemampuanku dan menganggapku orang yang tidak serius.

"Saya akan melakukan remidi"

"di sekolah ini jarang ada remidi, hampir tidak pernah. Itu membuang waktu. Sudah menjadi tanggung jawab guru menemukan model yang bisa membuat siswa memahami materi dengan baik"

Aku diam dan tidak tahu harus menjawab apa.

"sintaks pembelajaran dan lembar penilaian yang kau buat menarik, LKS yang kau buat juga sepertinya bisa dicoba" Miss Rena mempertimbangkan RPP ku

"bisa Kau kirimkan jurnal yang Kau maksud ke email saya ?"

"bisa Miss"

"Saya baca jurnal itu dulu baru Saya putuskan apa RPP mu ini layak atau tidak"

"baik Miss" aku tidak akan bisa tidur malam ini.

..........................................

academic adventures (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang