Salah seorang mahasiswi menawarkanku kursi kosong yang ada disampingnya. Dia tersenyum ramah padaku sambil menepuk-nepuk tempat kosong itu. Aku tidak punya alasan untuk menolaknya, alhasil Aku duduk disampingnya.
"Lili" dia mengulurkan tangan kanannya.
"Elee" jawabku. Perkenalan singkat kami.
Sepanjang jalan kami tidak banyak bicara, hanya menikmati pemandangan yang kami lalui. Perjalananku ke tempat KKN ditempuh dengan mini bus. Satu tim KKN ku berjumlah 27 orang yang terbagi dari berbagai jurusan di kampus kami.
Aku memasang earphone di telinga dan bersiap memejamkan mata. Aku tahu perjalanan kami masih panjang, tiga jam lagi. Alunan denting piano mengantarkanku ke alam mimpi.
Aku terbangun ketika Lili menggoyangkan lenganku dan memanggil-manggil namaku. Terdengar samar suaranya yang mengatakan kami sudah sampai. Aku membuka mata secara perlahan, kulihat dari jendela kaca ternyata benar, bus sudah berhenti di depan dua rumah sederhana yang berbentuk rumah joglo. Aksen kayu sebagai bahan baku rumah serta adanya tiang di teras rumah sangat menunjukkan ciri khas rumah joglo seperti yang aku lihat di buku pelajaranku dulu.
Kami semua akhirnya turun dari bus satu persatu dan menurunkan barang bawaan kami. sebelum memasuki rumah kami diminta untuk berbaris di pelataran rumah dulu. Padahal aku sudah sangat lelah dan ingin merebahkan punggung.
Ketua tim kami sedang bicara. Ia menjelaskan rumah mana yang untuk laki-laki dan rumah mana yang untuk perempuan. Tugas kami sebagai mahasiswa KKN akan dimulai besok pagi dan sekarang akhirnya aku dibolehkan istirahat.
Aku memasuki rumah bersama mahasiswi lain. Kami sibuk mencari dimana ruang kamarnya. Kami menemukan ruangan dengan dua kasur yang sangat lebar. Astaga akankah kami harus tidur bersama disini seperti ikan yang dipajang di supermarket. Aku mulai gelisah tapi aku berusaha berdamai dengan semua suasana baru ini. Dan menariknya lagi kasur ini akan berbunyi ketika kita mendudukinya. Kriet
Ketika aku ikut bergabung masuk, salah seorang menghadangku. "kamar ini sudah penuh, cari kamar lain saja" ucap perempuan yang memiliki bibir dengan lipstik tebal berwarna merah.
"Elee" aku mendengar sebuah suara memanggil namaku. Ternyata itu Lili, lagi-lagi dia menjadi penyelamatku.
"masih ada tempat disana, Kau bersamaku saja" ucapnya yang berhasil membuatku lega. Aku mengikuti Lili. Ada ruangan kamar lain di sisi bagian dalam rumah. Kamar yang ini dekat dapur. Hampir sama dengan yang didepan, memiliki dua kasur besar dan juga berbunyi ketika di duduki.
Aku sduah merapikan barangku dan kini aku tiduran di kasur yang lebar hanya bersama Lili, sedangkan teman-temanku yang lain mereka pergi entah kemana. Padahal diberi waktu istirahat mereka malah menghabiskan energi.
"kau kenapa dari tadi selalu baik padaku ?" tanyaku membuka percakapan. Aku penasaran saja kenapa selalu Lili dan hanya Lili yang peduli padaku. Apakah aku pernah menolongnya sebelum ini.
"aku kasihan padamu" jawabnya. Itu berhasil merusak ekspektasiku.
"kasihan ?"
"kau terlihat tidak bersemangat dan kebingungan, ditambah tidak ada yang mau peduli padamu dan semua mengabaikanmu. Aku khawatir jika tidak ada yang mau berteman denganmu Kau akan menjadi korban bully" jelasnya. Dia belum tahu saja siapa aku. Yasudahlah memang hari ini aku terkesan menyedihkan.
.....................................................................
Pukul 07.00 kami berbaris di pelataran rumah kami. Hari pertama yang sangat berat, bagaimana tidak. Agar bisa berbaris disini jam tujuh pagi kami harus bangun jam empat pagi buta untuk mengantri kamar mandi. Kami hanya memiliki dua kamar mandi, masing-masing satu di setiap rumah. Apalagi mereka semua mandi dengan waktu yang lama, sangat tidak memahami situasi dan kondisi. Ditambah hawa pagi yang sangat dingin juga menyebabkan air mandi kami seribu kali lebih dengin. Aku seperti membeku.
Apel pagi ini dihadiri kepala desa dan beberapa tokoh masyarakat. Acara ini juga sebagai pembukaan program KKN di Desa Tulip. Bapak Kepala Desa memberikan beberapa pesan agar kami bersikap baik dan sopan.
Setelah itu Ketua tim kami membagi kami ke dalam beberapa tim lagi. Seperti tim ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Jadi diantara tim itu akan berfokus pada bidangnya masing untuk mencari potensi atau masalah yang tengah dialami dan nantinya kami akan membantu menyelesaikan masalah atau mengembangkan potensi desa agar lebih maju lagi.
Aku ditempatkan di bidang pendidikan, tidak perlu dijelaskan lagi kenapa. Aku sudah diberi daftar nama sekolah yang ada di desa ini. Aku dan anggota tim pendidikan harus mendatangi setiap sekolah secara bergantian. Setelah itu kami akan pikirkan langkah kami selanjutnya setelah mengenal semua sekolah ini.
oh, Lili juga ikut tim pendidikan. Setelah apel pagi dibubarkan kami bergegas ke tugas kami masing-masing. Aku dan timku tentu saja berjalan ke sekolah yang paling dekat. Kami akan melakukan adaptasi.
Sekolah pertama yang kami datangi adalah sekolah Dasar. Tidak begitu besar seperti sekolah yang ada di kota. Hanya ada 6 kelas dengan ukuran kecil. Bangunan sekolahnya masih terlihat bagus dan kokoh. Kami mendatangi ruang Kepala Sekolah untuk meminta ijin. Disini kami disambut dengan baik. Semua guru terlihat senang dengan kedatangan kami. Mereka memberikan senyum ramah menyapa kami.
"kita belum memiliki ketua. Bukankah lebih mudah untuk mengkoordinir tim jika memiliki ketua" ucap Lili ketika kami duduk di depan ruang kelas menunggu informasi dari guru. Kami duduk berjejer di kursi kayu yang memanjang
"Fiki saja"
"ya Fiki"
"aku setuju Fiki"
Semua orang setuju dengan pemilihan Fiki "bajingan kalian jangan jadikan Aku tumbal" ucap Fiki dengan santai. Fiki pandai menggunakan kata kasar ternyata, sepertinya sudah terbiasa dan mahir.
"bajingan itu apa ?" aku terkejut dan segera menolehkan kepala.
Seorang anak kecil berdiri dengan tatapan polos menatap kami bergantian.
Teman-temanku sibuk saling melempar tanggung jawab untuk menjelaskan kepada si anak kecil ini. Kata kasar itu pasti asing di telinganya sampai dia penasaran dengan artinya. Astaga ini bisa terjadi salah didikan.
Aku memberanikan diri berdiri untuk mendekatinya, tapi gerakanku terhenti ketika melihat fiki yang lebih dulu mendekati anak itu
"itu nama hewan"
"hewan seperti apa ?"
"berkaki empat, memiliki bulu dan ekor"
"ooo"
"warnanya coklat"
Anak itu hanya mengangguk.
"kalau mengerti kembali ke kelas"
Setelah mendengar penjelasan Fiki anak itu menurut dan berlari ke kelas. firasatku tidak enak melihat Fiki malah berbohong untuk menjelaskan kata kasar itu.
.............................................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures (Season 2)
RomanceBhale : bagaimana maksutnya, bisa Aku melakukan panggilan video, Aku ingin melihat marmutnya secara langsung ? What the, Bhale akan menelfonku, astaga Aku harus merapikan rambut dan riasanku. Aku berlari ke meja rias dan menyisir rambutku yang sudah...