19 - SEPERTI MIMPI

547 22 0
                                    

Hi, frend! Enjoy this story :)

***

Langit berwarna orange kebiru-biruan sedang memperlihatkan keelokannya sore ini, dengan dihiasi matahari yang sudah hampir tenggelam.

Saat seluruh siswa sudah pergi meninggalkan sekolah, tiba-tiba Abhita dan keempat temannya menampakkan diri di parkiran sekolah, setelah lama berbincang dikantin yang sudah sepi itu.

Ketika Abhita hendak manaiki motornya, ia menoleh ke kanan dan melihat anggota black eagle berada disudut parkiran.

"Kenapa lihat-lihat Arga? terpesona ya? Ciee.." Teriak Jivan pada Abhita, membuat keempat anggota black eagle lainnya ikut memandangi Abhita.

"STRESS!!!" Balas Abhita sambil menaiki motornya.

"Ayo Bhit," ajak Aleka.

Terlihat Abhita kebingungan mencari sesuatu, "Cari apaan si lo?" Tanya Tarani.

"Kunci motor gue.." 

"Ketinggalan kali di kantin," balas Safana.

"Yaudah, Kalian duluan aja gih. Gue mau cari ke kantin dulu."

"Gapapa nih?" Tanya Andiena.

"Gapapa ko."

Aleka mulai mengenakan helm fullface berwarna pink miliknya, "Yaudah, kita duluan ya. Lo hati-hati nanti!" Ucapnya.

"Kalian juga hati-hati ya."

Kini keempat temannya mulai berjalan keluar gerbang sekolah dan meninggalkan Abhita.

Tanpa berlama-lama lagi, ia kini berlari menuju kantin sekolah yang sudah hampir dikunci.

***

Ketika Abhita melalui jalan pintas yang sepi, ia melihat motor temannya sedang diikuti dari belakang oleh laki-laki berjaket coklat.

Tanpa berfikir lama lagi, ia menaikan kecepatan motornya dan menghadang motor itu. 

Terdengar bunyi suara rem mendadak dihadapannya, Andiena ketakutan. 

"Turun lo!" Kata Abhita berjalan menghampiri motor laki-laki yang mengikuti motor Andiena.

Laki-laki itu membuka helmnya dan berjalan menghadap Abhita.

"HEBAT..." Kata Abhita sambil menepuk kedua tangannya.

"lupa sama janji lo?  Gue peringatin sekali lagi sama lo, jauhin Andiena! Cowo brengsek kaya lo gak pantas sama dia!"

Mendengar perkataan Abhita, laki-laki itu memasang wajah kesal, dangan kedua tangannya dikepal kuat, kedua alisnya dikerutkan, dan matanya melotot kearah Abhita.

"Kenapa bang? Mau marah? atau Mau pukul? Sini.."

Sudah habis kesabarannya, laki-laki itu langsung memukul habis wajah Abhita. Namun mengingat Abhita handal dalam perkelahian, ia menangkis cepat semua pukulan itu dan membalasnya dengan lebih kencang.

Buk! buk!

Suara pukulan itu sangat renyah ditelinga Andiena, ia ketakutan dan berteriak minta tolong terus-menerus, namun tak ada satupun orang yang melewati jalan sepi itu.

Perkelahian itu semakian menjadi. Wajah laki-laki itu sudah dipenuhi lebam akibat pukulan Abhita, sementara Abhita hidungnya mengeluarkan darah yang tak kunjung surut.

A QUADRAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang