31 - KITA

353 9 0
                                    

Selamat malam minggu dan selamat membaca🤍
Jangan lupa vote ya..

"Di acara tahun ini, gue gak mau ada keributan. Entah dari faktor eksternal maupun internal. Apalagi kali ini ada beberapa cewe yang ikut sama kita. Jadi kita sebagai pejantan setia, harus selalu menjaga." jelas Om Fikar saat rapat sore ini.

"Wis, setia banget kita mah. Ya gak Rel?" tanya Jivan dengan menjulurkan kepalan tangannya, seolah ingin bertosan.

"Kali ini gue setuju sama lo. Tapi cuma kali ini aja ya?!" Harel membalasnya.

"Dasar!"

Disudut kanan base camp terlihat Ravish yang tengah asik berbincang dengan Aleka sambil sesekali menggodanya.

"Woi! Tau tempat kali." teriak Eric dari kejauhan.

Mendengar teriakan itu, pandangan semua orang tertuju pada Ravish dan Aleka.

"Iya-iya." balas Ravish kembali mendengarkan.

Arga yang sedari tadi diam, kembali mengeluarkan suaranya, "Terus, soal izin sama orang tua mereka gimana om?" tanyanya kepada Om Fikar.

"Ya, tinggal lu datengin aja rumahnya, Ga. Terus ngomong deh sama orang tuanya. Gampang kan?" ujar Eric tanpa tau masalah Arga.

"Kalo gak di izinin?" tanya Jivan tiba-tiba.

Harel mencengkram wajah Jivan, "Derita lo itumah!"

"Sialan, lo. Bisa gak, gak usah ikut campur?"

"Yakan gua cuma bantu jawab."

"Gak nyelesain masalah jawaban lo!"

Dengan memasang wajah kesalnya, Om fikar segera melerai dua anggota Black Eagle itu, "Udah-udah, lo berdua tuh emang gak pernah bisa disatuin, ya?!"

"Tau lo berdua!" balas Eric.

"Gini aja. Kalian coba izin dulu ke orang tua mereka, kalo ada kendala baru hubungin gue. Ngerti?" Om Fikar memberi solusi.

"Ngerti om."

"Oke, om."

"Yaudah kalo gitu, rapat hari ini selesai. Sekarang terserah lo pada mau ngapain kek sana." ucap Om Fikar.

Setelah rapat agenda dinyatakan selesai, Ravish segera menghampiri Arga yang sudah lebih dulu merokok di luar base camp, "Kenapa si bro?"

Arga dan Ravish memang seperti kakak dan adik kandung. Keduanya sangat peka terhadap perasaan dan perilaku satu sama lain.

"Gapapa."

"Haha. Masih aja lo nutup-nutupin. Ada apa? Ceritalah." pinta Ravish sambil membakar sebatang rokok di tangannya.

"Nyokapnya Abhita."

"Kenapa nyokapnya, sakit?"

"Nyuruh Abhita buat jauhin gue."

Ravish terkejut mendengarnya, seolah tak percaya apa yang dikatakan sahabat sekaligus ketuanya itu, "Bentar, bentar. Nyokapnya nyuruh Abhita buat jauhin lo? Karena apa alasananya?"

"Bokap gue koruptor."

Ravish memasang wajah bingung dihadapan Arga, "Terus apa hubungannya?"

"Ya, katanya takut ikut keseret karena bergaul sama gue." jawab Arga sambil menghembuskan asap rokok melalui bibirnya.

"What? Gak masuk akal. Secara lo sama bokap lo aja udah gak pernah ketemu lagi, terakhir setahun lalu kan? Mana mungkin lo tau kalo bokap lo ternyata korupsi."

"Ya gitu deh. Namanya juga orang tua pasti khawatir sama anaknya. Beda sama orang tua gue." ujar Arga sambil mengeluarkan senyum tawar.

Mendengar itu pun Ravish merangkul bahu kekar milik Arga untuk menenangkannya, "Udah, lo tenang aja. Kan masih ada gue yang bisa bantu lo buat ngadep nyokapnya."

A QUADRAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang