29 - TERSANGKA

355 12 0
                                    

Hai.. hai.. apa kabs?
Sebelum baca tinggalin
Comment dan votenya dulu dong, ditunggu ya.

Happy Reading..!

Matahari kini hampir berada di atas kepala, Safana dan Harel yang telah menyelesaikan lari maraton itu masih berdiri di garis finish.

Harel yang sedari tadi mengamati Safana diam-diam akhirnya mengeluarkan senyum simpulnya, "Kenapa? Cape?".

"Ha? Ngga, biasa aja." balas Safana gugup sambil membasuh sisa keringat di wajahnya.

"Oh, biasa. Kalo gitu next kita cari yang treknya lebih jauh lagi."

Safana menghentikan gerak tangannya dan menatap bingung wajah seniornya itu, "Maksud lo, kita?"

"Iya, kita. Lo sama gue."

Perempuan yang berada tepat dihadapan Harel pun menelan liurnya pelan, "Hehe, lihat nanti deh ka."

"Cemen!"

Safana tak lagi menghiraukan celotehan Harel, karena ia tengah sibuk mencari stand kosong untuk meneguk sebotol air dan beristirahat.

"Nyari apa si lo? Dari tadi celingak celinguk gak jelas." Ujar Harel.

"Nyari apa kek. Bukan urusan lo juga."

"Yaudah kalo gitu. Gue duluan ya, mau minum di mobil." Harel membalikan tubuhnya dan segera melangkahkan kakinya meninggalkan perempuan itu.

Safana yang mendengar kalimat itu pun dengan spontan menarik tangan Harel, "Tunggu, ka."

"Apa lagi?"

"Tadi lo bilang mau minum di mobil?"

"Iya."

"Sejak kapan lo pake mobil? Biasanya juga motoran terus." Cetus Safana.

"Bukan urusan lo juga kan?"

"Ya, emang bukan. Tapi kan-"

"Tapi apa?" Tanya Harel memotong ucapan Safana.

"Tapi kan kalo lo bilang bawa mobil, gue mau bareng." Pintanya tanpa sungkan kepada sunior yang terkenal cuek itu.

"Oh, mau bareng. Tinggal bilang aja, ribet lo jadi cewe!"

"Yaudah ayo, kita minum di mobil gue." Kata Harel tiba-tiba dengan nada lembut sambil mengambil tangan Safana.

Kini mereka berdua berjalan menuju mobil Harel yang berada tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.

"Kadang galak kadang sweet banget. Dasar cowo aneh!" batin Safana.

Sesampainya mereka di dalam mobil, Harel dengan sigap membuka tutup botol air minum milik Safana terlebih dahulu, "Ladies first."

Safana membalas dengan senyuman tipis di bibirnya, "Thanks, ka."

"Lo mau pulang bareng gue kan?" Tanya Harel.

"Iya."

"Berarti lo harus temenin gue sarapan dulu. Gimana?"

"Gue? Nemenin lo?"

Harel hanya menganggukan kepalanya, dan segera memasangkan set belt dipinggang juniornya.

"Gue benci penolakan." Bisik laki-laki super cuek tepat di telinga Safana.

Harel dengan lembut melepas rem tangan dan menginjak pedal gas mobilnya, tanpa ada aba-aba sedikitpun.

"Siapa juga yang mau nolak woi. Kapan lagi gue diperlakukan kaya gini sama cowo modelan kaya lo!" batin Safana.

 Kapan lagi gue diperlakukan kaya gini sama cowo modelan kaya lo!" batin Safana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A QUADRAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang