Happy Reading!
Laju ambulance yang melewati kendaraan-kendaraan lainnya, membuat situasi tak lagi karuan.
Abhita dan Ravish yang kini mendampingi Arga di dalamnya, sungguh terlihat cemas akan kondisin ketua Black Eagle itu.
"Ga. Please bangun!" suara itu keluar dari bibir perempuan satu-satunya di ambulance.
Sepanjang jalan ia terus meminta agar musuhnya segera sadar, sambil sesekali mengusap wajah Arga dengan lembut. Namun hal itu tidak memberikan balasan apapun dari tubuh Arga.
Ravish yang berada di samping Abhita kini melihat dengan jelas, bagaimana ia memperlakukan sahabatnya.
"Udah Bhit, lo tenang dulu ya."
"Gimana gue bisa tenang, ka?!" balas Abhita sambil terus mengeluarkan air matanya.
***
Sesampainya di RS. Cakrawala, mereka dibantu oleh security yang dengan sigap mengantarkannya menuju ruang penanganan.
"Maaf, kalian tidak boleh masuk." ujar perawat menghentikan langkah Ravish dan Abhita.
"Saya harus masuk!" Abhita dengan sekuat tenaga memaksa masuk ke ruangan tersebut.
"Maaf, tidak bisa! Harap tunggu diluar." kata perawat menutup pintu dan menguncinya.
Abhita masih terus berusaha masuk, namun aksinya dihentikan oleh Ravish, "Udah-udah Bhit. Kita tunggu disini ya. Gue yakin Arga kuat."
Abhita tak membalas apapun perkataan Ravish, ia menyandarkan tubuhnya di dinding dan terus menangisi Arga yang tak berdaya itu.
***
Disisi lain ketiga anggota Black Eagle lainnya melanjutkan perjalanan ke base camp mereka, untuk bertemu om Fikar bersama Andiena, Safana, Aleka, dan Tarani.
Sesampainya mereka di kediaman suhu geng motor itu, disambut baik oleh anggota Monarch.
"Kenapa muka lo pada kucel begini? Padahal udah bawa cewe kesini." cetus salah satu anggota Monarch, sebut aja om Ardam.
"Ko cuma bertiga? Arga, Ravish kemana?" tanya om Fikar, menyadari ketidak beradaan dua lelaki dihadapannya itu.
Jivan, Harel, dan Eric menundukan kepalanya dan terdiam.
"Eh! Kalo ditanya tuh liat orangnya!" ujar om Fikar, kesal.
Dengan penuh keberanian Eric menarik nafasnya dalam-dalam, dan menjelaskan kronologi kejadian yang baru saja menimpa mereka.
Om Fikar termenung seolah tak percaya, ketika jagoannya tak sadarkan diri saat ini.
"Terus sekarang dia dimana, dan sama siapa?" tanya om Ardam.
"Arga dibawa ke rumah sakit, sama Ravish dan ade kelas kita, Abhita om." balas Jivan yang masih menundukan kepalanya, seperti sedang di hukum dengan guru BK disekolahnya.
Ardam meggarukan kepalanya seolah bingung, "Ko bisa si?! aduh!!"
"Jadi, kita harus gimana om?" tanya Eric pada om Fikar yang masih termenung.
"Mending lo bawa pulang dulu nih mereka, kasian." perintah om Ardam pada ketiga lelaki itu.
"Cepat! Gue tunggu kalian di rumah sakit." jawab om Fikar yang tiba-tiba bangkit dari kursinya.
Dengan lantang Eric menjawab, "Siap, om."
Kini Eric membuntuti motor Andiena, Safana, Aleka, dan Tarani untuk memastikan keempat perempuan itu salamat sampai rumah, dengan di dampingi juga oleh Harel dan Jivan yang kompak dalam satu motor yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
A QUADRAT [END]
Teen FictionArgani Bamantara, biasa di panggil Arga. Pria yang manjadi incaran setiap wanita. Dengan pribadi yang sederhana, tegas, cuek dan berwibawa, menjadikan ia salah satu pria yang paling di segani di sekolah. Siapa yang tidak mengenalnya, ia juga memimpi...