22 - CLASSMATE

435 15 0
                                    

Happy Reading!

Sesampainya mereka di tempat ternyaman bagi Black Eagle itu, Eric segera mengambil beberapa alat bengkelnya untuk memulai aksinya.

Sambil menunjuk tong bekas yang sudah disulap menjadi tempat duduk oleh anggota Black Eagle, Harel menyuruh kelima perempuan itu untuk menduduki tempat tersebut. "Kalian duduk aja disitu."

Dengan santainya Jivan membalas, "Iya, santai aja. Anggap aja ini bengkelnya Eric." sambil memindahkan kedua kakinya ke atas meja, sambil tertawa kecil.

Eric hanya menoleh sebentar ke arah Jivan dengan kedua tangannya masih sibuk membuat baut.

"Seluruh dunia juga tau kalo ini bengkel punya Eric." kata Harel berlebihan.

"Kata siapa? Emang Valentino Rossi tau kalo ada bengkel disini?"

"TAU!"

"Emang dia pernah service disini?"

Mendengar celotehan mereka berdua hampir setiap hari, sepertinya membuat anggota Black Eagle lainnya mengalami hipertensi seketika.

Namun disisi lain Andiena dan keempat temannya tertawa melihat Jivan dan Harel, seolah terhibur oleh tingkah mereka.

"Ssttt! Bisa gak si lo berdua gak debat mulu? sehari aja deh." pinta Ravish kesal.

Arga yang sedari tadi duduk disamping Eric pun hanya menoleh ke arah mereka.

"Dih! Sirik banget lo gak di ajak ngobrol." balas Jivan tak terima.

Tak lagi membalas, Ravish pergi meninggalkan mereka berdua dan lebih memilih untuk menghampiri Arga dan Eric yang sedari tadi sibuk mengotak-atik motor Andiena.

"Ka Jivan lucu juga ya, Tar?" bisik Aleka tepat ditelinga Tarani.

Tak menghiraukan ucapan Aleka, Tarani lebih senang memperhatikan ponselnya.

Tak lama kemudian terdengar suara mesin motor yang berhasil dinyalakan oleh Eric, Arga, dan sedikit sentuhan Ravish.

Jangan tanya Harel dan Jivan kemana, Harel memang tidak terlalu pandai dalam urusan perkuda besian, ia lebih memilih untuk scrolling sosial medianya. Sedangkan Jivan tengah asik tertidur lelap di samping Harel.

"Akhirnya nyala." ujar Tarani.

"Iya. Keren banget ayang gue." balas Aleka genit.

Tak hanya Harel dan Jivan yang selalu membuat gerah suasana. Aleka dan Tarani pun juga tak mau kalah. "Heh! Ayang lo tuh cuma gabut aja, makanya join. Sisanya yang ngerjain ka Arga sama Ka Eric."

Aleka jengkel mendengar ucapan itu, "Setidaknya dia ikut membantu. Gak kaya cowo lo tuh, kerjaannya molor terus."

"Dia bukan cowo gue!" balas Tarani sambil memutar kedua bola matanya.

Eric melambaikan tangannya seolah memanggil Andiena untuk menghampirinya, "Dien..."

Tak butuh waktu lama, Andiena dan keempat temannya bergegas menghampiri ketiga lelakk itu.

Ketika Eric sedang memperlihatkan kerusakan pada Andiena, Aleka dan Ravish kini saling bertatapan seolah dunia mereka yang punya.

Tak sama seperti kedua temannya yang mengambil kesempatan ditengah kesempitan, Arga justru lebih memilih meninggalkan mereka dan berjalan ke arah Harel.

"Ka Arga lagi kenapa si?" tanya Safana, dengan mata yang mengikuti langkah Arga.

Abhita yang sedari tadi tengah serius memperhatikan penjelasan dari Eric, langsung menoleh kebingungan. "Lo ngomong sama gue, saf?"

A QUADRAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang