21 - MOGOK LAGI?

461 19 0
                                    

"Jadi gini, waktu itu gue pernah diselingkuhin dengan alasan dia tuh gak suka hobi gue yang main motor kaya gini terus. Tapi ternyata apa? selingkuhannya dia juga anak motor. Pada saat itu si gue lumayan hancur banget, karena kaya sia-sia aja gue ngejalanin hubungan yang udah 3 tahunan ini." jelas Ravish.

"Terus-terus ka?" antusias Aleka terhadap cerita Ravish.

"Ya terus setelah gue tau kalo dia selingkuh, gue putusin. Tapi dia tetap nolak untuk putus dan selalu minta maaf sampai nangis-nangis ditelfon, kerumah guelah, bahkan ke basecamp juga dia lakuin. Tapi karena gue udah sakit hati banget, jadi gue berjanji sama diri gue sendiri buat gak maafin dia sampai kapanpun."

"Terus lo trauma karena pernah diselingkuhin?" tanya Aleka pada Ravish.

"Bisa jadi. Tapi setelah berangsur lama gue udah gak pernah dengar semua hal tentang dia lagi. Sampai ketika Arga yang ngasih tau gue kalo dia udah gak ada. Gue sempet gak percaya juga, tapi Arga ngejelasin semuanya ke gue kalo dia sempat sakit parah karena depresi gitu gak dimaafin gue." penjelasan Ravish menyesal.

Aleka tak mengeluarkan kata apapun dari bibirnya, ia hanya terdiam seolah terkejut mendengar cerita Ravish.

"Makanya sejak kejadian itu, gue trauma buat pacaran. Nah yang dibilang orang-orang tentang gue play boy kelas kakap itu karena setiap gue dekatin cewe tanpa maksud dan tujuan yang jelas, kaya seolah-olah ngebaperin doang gitu. Tapi alasan gue kaya gitu juga karena gue takut mengulang hal yang sama lagi kalo seandainya nanti gue dikecewain." kata Ravish klarifikasi.

Lagi-lagi Aleka terkejut mendengernya, ia hanya menelan sisa kopi yang ada di cangkirnya itu dengan tatapan kosong.

"Lo pahamkan maksud gue? Makanya gue nanya sama lo gimana caranya ngilangin trauma ini?" Ravish mengulang pertanyaannya.

"Y-ya kalo menurut gue, lo harus bisa maafin semua kesalahan dimasa lalu lo dulu ka, sampai lo benar-benar ikhlas. Terus kalo bisa lo berkunjung ke pemakaman mantan lo itu, biar dia juga tenang disana." jawab Aleka bijak.

Akhirnya ya tuhan Anak satu ini otaknya normal. Hehe.

Mendengar ucapan adik kelasnya itu, Ravish menghela nafasnya dan berkata, "Tapi gue belom bisa maafin itu."

"Ya pelan-pelanlah ka, lo pasti bisa ko"

"Lo mau emang nemenin gue sampai semuanya selesai?" tanya Ravish yang membuat mata Aleka seperti ingin keluar dari tempatnya.

"Y-ya gimana ya. M-mau aja si.." jawab Aleka Gugup.

Ravish tersenyum mendengar jawaban Aleka. Kini malam semakin larut mengingat keduanya besok harus melaksanakan ujian hari kedua, Ravish segera berpamitan dengan orang tua Aleka.

"Nyokap bokap lo mana? gue mau pamit pulang, udah malam juga nih." ujar Ravish sambil mengenakan jaket kebanggaannya bertuliskan Black Eagle itu.

"Hmm.. kayanya mereka udah tidur deh ka. Besok gue salamin deh." jawab Aleka santai.

Aleka mengantar Ravish berjalan ke arah garasi miliknya sambil berbincang mengenai ujian besok.

Setelah sampai di garasi, Ravish yang bergegas untuk pulang membalikan tubuhnya ke hadapan Aleka dan tersenyum.

"Kenapa lo ka? senyam-senyum sendirian." tanya juniornya sambil terheran.

"Gapapa, makasih ya Al." jawab Ravish dengan bibir yang masih tersenyum.

"What? Al? lucu banget ka Ravish manggil gue Al, gitu." batin Aleka girang.

Aleka menyembunyikan kegirangannya itu dengan berpura-pura menjadi cewe cool, "Ha? Makasih? makasih buat apa?"

"Udah sana masuk! Gak usah bawel." perintah Ravish yang sedang mengenakan helmnya.

A QUADRAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang