"welcome to my home," teriak Ravish saat membuka pintu yang megah itu.
"oh ini, tukang kebun Arga yang baru." goda Jivan sambil memukul pelan bahu Ravish.
Ravish menepis tangan yang berada di bahunya, "Sialan! muka lo tuh kaya tukang kebun."
Jivan tak terima jika wajah tampannya direndahan, apalagi di depan sang pujaan hatinya, Tarani. "Jangan fisik dong bro! Muka gue sama Harel kan sebelas dua belas. Ya kan Rel?"
"Cuihh!" balas Harel tak terima.
Abhita dan ke empat temannya menertawakan tingkah mereka yang tak akan ada habisnya itu.
"Arganya mana, Vish?" tanya Eric.
"Di dalamlah, masa di garasi." jawab Jivan tiba-tiba.
Tiba-tiba Harel melingkarkan tangan kanannya ke leher badut Black Eagle, seolah ingin mencekiknya, "Bisa diam dulu ga lo?! Yang ditanya Ravish, bukan lo badut!"
"Uhuk, le-lepasin gak lo. Gue gak bisa nafas ini."
"Bodo amat."
Ravish menjawab pertanyaan Eric sambil terus menertawakan Jivan yang hampir kehabisan nafas, "Ada. Arga lagi sarapan tadi."
Melihat Jivan yang terus berusaha untuk melepaskan lehernya dari cekikan itu, membuat wajahnya kian memerah.
"Kak, lepas ka." pinta Tarani yang tak tega melihat seniornya.
Ravish, Eric, Harel, beserta Abhita dan ketiga teman, terkejut mendengar kalimat itu. Mereka kini memandangi Tarani penuh tanda tanya.
"Jangan-jangan, lo udah jatuh cinta ya sama ka Jivan?" tanya Aleka pada Tarani, sambil menunjuk wajahnya.
"STRES!"
"Iya. Lo udah klepek-klepek kan, sama babang Jivan?" ucap Ravish mengikuti jejak Aleka yang usil.
Tarani menjawab celotehan mereka berdua, "Ini soal rasa kemanusiaan." sambil merampas tangan Harel yang semakin kuat mencekik Jivan, "Lepasin!"
"Huftt.. Hampir aja gue mati!" gumam Jivan sambil mengelus lehernya pelan.
Ravish hanya menggelengkan kepalanya, dan segera meminta mereka untuk bertemu ketuanya di dalam," Udah-udah. Ayo masuk, udah di tungguin Arga nih pasti."
Satu persatu dari mereka mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah megah itu.
"Udah lumayan lama juga, ya. Kita gak pernah kesini." ujar Eric sambil memandangi tiap sudut ruang tamu Arga.
"Tunggu disini aja. Biar gue panggil Arga dulu." pinta Ravish sambil menunjuk sofa abu-abu.
Ketiga anggota Black Eagle itu tanpa ragu menduduki sofa, sedangkan Ravish melangkah kan kakinya ke ruang keluarga untuk menjemput Arga.
"Gede banget rumahnya, kaya stadion." ujar Aleka sambil terus memperhatikan sekitarnya.
Tarani yang tengah bersiap mengambil video melalui ponselnya, menanggapi ucapan Aleka, "Apaan si. Hiperbola banget lo!
Beda halnya dengan kedua sikap teman-temannya, Abhita justru lebih tenang. Ia terus memandangi foto demi foto yang terpampang dihadapannya. Mulai dari foto keluarga besar, foto pernikahan, sampai foto bayi.
Disaat mereka tengah sibuk beradu argumen, tiba-tiba terdengar suara berat dari arah ruang keluarga,"Hallo semua.."
Terlihat Arga yang sedang berjalan menghampiri mereka yang dibantu oleh Ravish, karena kondisinya belum sembuh total.
Hal itu membuat sisa anggota Black Eagle bangkit dari sofa, dan dengan sigap membantu Arga.
"Wait, wait Ga." ucap Harel.
KAMU SEDANG MEMBACA
A QUADRAT [END]
Teen FictionArgani Bamantara, biasa di panggil Arga. Pria yang manjadi incaran setiap wanita. Dengan pribadi yang sederhana, tegas, cuek dan berwibawa, menjadikan ia salah satu pria yang paling di segani di sekolah. Siapa yang tidak mengenalnya, ia juga memimpi...