36 - HARI KITA

251 9 0
                                    

Hallo, kalo kamu udah baca Chapter 35, jangan lupa vote dulu untuk lanjut ke Chapter berikutnya yak 。◕‿◕。

Sore ini seluruh anggota geng motor se Jakarta, berkumpul di base camp Black Eagle untuk rapat terakhir agenda tahunan.

Ya, terakhir. Karena lusa mereka akan berangkat merealisasikan acara tersebut.

"Jadi, jangan sampe telat. Jam lima pagi semua harus udah ada di sini. Untuk para ketua dari masing-masing geng, tolong di koordinasikan anggotanya agar tepat waktu." jelas Arga.

"Dan satu lagi, untuk anak perempuan tidak diperbolehkan bawa motor sendiri. Kalian bisa dibonceng dari salah satu kita, pilih aja sesuka hati kalian." lanjutnya.

Sambil berdiri ditengah lingkaran yang dipadati oleh anggota geng motor se Jakarta, Arga menutup rapat terakhir ini, "Sebelumnya gue mau ngucapin banyak-banyak terimakasih sama kalian semua, terutama untuk para senior kita. Semoga dengan acara ini kita lebih bisa menumbuhkan solidaritas sesama geng motor dan sama-sama menjaga nama baik citra geng motor."

Semua orang yang ada di tempat itu bangkit dari kursinya dan bersorak untuk Arga.

***

"Cie. Yang baru jadian auranya beda banget. Di wajahnya tuh kaya banyak bunga-bunga bermekaran gimana gitu." goda Aleka saat melihat Tarani datang bersama Jivan.

Setelah rapat selesai Ravish, Harel, dan Jivan memutuskan untuk mengantar Aleka, Safana, dan Tarani ke rumah Aleka. Sebab nanti malam Aleka dan keempat temannya memutuskan untuk nginap disalah satu rumah mereka.

"Jangan gitu dong, kan jadi malu gue." balas Jivan tumben.

"Punya urat malu juga lu ternyata." goda Harel yang sudah lebih dulu berada di tpat itu.

"Urat malu, urat nadi, urat ganteng, urat sukses, sampe bakso urat juga ada di diri gue." timpal Jivan sedikit kesal.

Harel dan Ravish tertawa mendengar perkataan badut humoris itu.

"Puas lo ngetawain gue?" tanya Jivan.

"Baper banget si lo, ka." balas Safana.

"Tau lo! bilangin tuh tar, jadi cowo jangan gampang baper." cetus Aleka sambil menyilangkan kedua tangannya.

Di sela-sela mereka beradu mulut, Ravish menanyakan satu hal yang membuat mereka semua kebingungan.

"Eh, eh. Bentar deh. Eric, Andiena, Arga, sama Abhita mana? ko gak ikut?"

"Oh itu, tadi Arga nyuruh gue duluan kesini. Katanya dia sama Abhita masih ngobrol sama om Fikar, nanti nyusul." jelas Jivan sambil membuka jaket kebanggaannya.

"Eric?" tanya Harel tiba-tiba.

"Waduh, kurang tau. Tadi si berangkat dari base camp bareng, tapi gak tau dah dia kemana sekarang." jawab Jivan.

Sejak saat itu Harel, Ravish, dan Jivan terdiam, mengingat akan rencana Eric semalam yang akan menyatakan perasaannya dengan Andiena. Mungkin sekarang waktunya.

Kini swastamita terlihat dari balkon atas rumah Aleka. Mereka menghabiskan sore itu dengan bercengkrama dan bermain game bersama.

A QUADRAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang