Semua rencana yang telah direncanakan Taeyong secara matang perihal kepulangan nya ke Tanah air kini lenyap hanya karna perbuatan mantan suami nya itu.
Rencana sebelumnya hanyalah menjemput sang putra sulung lalu kembali keperantauan nya disana, namun setelah kejadian ini apa yang harus Taeyong lakukan.
Kedua buah hatinya dirampas secara paksa dari nya, dan Taeyong hancur saat itu juga.
Mingyu menjadi saksi atas terpuruknya, tapi dirinya hanya bisa merengkuh erat raga ringkih yang tengah hancur kala itu.
Taeyong tidak menangis dengan menjerit jerit, ia hanya menangis tersedu sedu yang sangat dapat mengiris hati para pendengarnya.
Mingyu secara tak sengaja turut menjatuhkan air mata nya, dirinya mengerti bagaimana rasanya orang orang yang sangat kita sayangi diambil begitu saja, Tuhan telah mengambil kedua orang tua nya bahkan disaat ia belum mengerti apa itu kehilangan.
Kembali lagi dengan Taeyong yang kini hanya tengah terduduk diam sembari melihat kearah luar jendela, mereka saat ini tengah didalam perjalanan menuju panti asuhan dimana anak sulung dari pujaan hati nya itu berada.
Sebenarnya tadi Mingyu telah mengusulkan Taeyong untuk beristirahat terlebih dahulu dikediaman nya, namun lelaki cantik itu berkata tidak mau karena ia ingin segera bertemu dengan putra nya.
Mingyu tau bahwa Taeyong pasti lelah karna telah menempuh perjalanan selama berjam jam menuju Korea, walaupun mereka menggunakan pesawat tapi hanya duduk secara kaku ditempat sempit itu dapat membuat sekujur badan pegal.
"Taeyongie, apa kau lapar? kita bisa makan terlebih dahulu sebelum bertemu Mark"
Terakhir mereka mengisi perut hanya pada saat berada dipesawat, dan Taeyong pasti lapar namun lelaki cantik itu tidak ingin berkata padanya.
"Tidak Mingyu-ya, aku tidak lapar" ucapnya tanpa melihat kearah Mingyu
Mingyu berdecak kesal mendengar penolakan itu, Taeyong keras kepala sekali apa lelaki cantik itu tidak menyadari betapa pucat wajah cantiknya itu.
"Aku tidak menerima penolakan Yongie kau harus makan terlebih dahulu!, wajahmu pucat sekali, Mark akan sangat khawatir melihat mommy nya yang seperti ini"
Mendengar hal itu Taeyong lantas mengarahkan pandangan nya kearah Mingyu, "Benarkah?" tanya nya dengan lemah
b
Tatapan yang tadinya tajam perlahan menyendu, dan Mingyu pun mengangguk mengiyakan "Benar Taeyongie, kau ingin melihat Mark sedih?"Pertanyaan yang dilontarkan Mingyu itupun dibalas gelengan oleh Taeyong, hal itu membuat Mingyu tersenyum dan lantas menyuruh supir pribadi nya untuk mencari restoran terdekat untuk mengisi perut mereka.
Tidak perlu lama untuk mencari restoran yang dimaksud, disaat mobil yang ditumpangi mereka sudah berhenti sepenuhnya Mingyu pun mengajak Taeyong untuk turun dan memesan meja yang sepi akan pengunjung.
Karena Mingyu tau bahwa lelaki cantik itu butuh ketenangan saat ini.
Setelah makanan yang mereka pesan datang, Mingyu mengerutkan dahi nya karena melihat Taeyong yang tak menyentuh makanan nya dan hanya melihat tanpa minat kearah bibimbab dan jjangmyeon yang sangat mengunggah selera tersebut.
"Taeyongie kau tidak makan? atau kau ingin yang lain? aku akan memesan nya"
"Tidak usah Mingyu-ya, aku hanya tidak ada selera untuk makan. Bagaimana aku bisa menikmati makanan ini sedangkan putra ku disana aku tidak tau mereka sudah makan atau belum"
Mingyu menghela nafas nya pelan, ia mengerti kekhawatiran Taeyong. "Yongie, tidak usah cemas mereka akan baik baik saja, Jaehyun sangat menyayangi Jeno dan ia tentu tidak akan membiarkan anak bugsu nya itu kelaparan, dan Mark sedang berada dipanti asuhan yang kau tau sendiri bahwa tidak mungkin panti asuhan tersebut akan membiarkan anak anak disana kelaparan"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNG OR LEE? |Jaeyong With Mark Lee|
RandomHanya sepenggal cerita tentang sosok anak lelaki yang menjadi saksi bisu atas kehancuran keluarga nya. Bxb| gay| boy's love| homo| yaoi So? Still continue reading? ©Ilychil Start:41219 End:-