Taeyong terkejut mendengar lirihan sang putra disertai isak tangis yang sangat menyayat hati nya. Panik tentu saja ia rasakan tentang perihal apa yang telah terjadi di kampung halaman nya tersebut hingga menyebabkan sang putra terisak menyebut nama nya.
"Mark, sayang. Ada apa dengan mu nak?, Kau baik baik saja bukan disana?"
Rentetan pertanyaan Taeyong bubuhkan pada buah hati nya. Hei, siapa yang tidak cemas disaat dirimu menerima panggilan dari nomor yang tidak dikenal dan disaat kau mengangkat nya terdengar isakan seseorang yang kau sayangiㅡ tentu saja khawatir.
Bukan seperti ini yang Taeyong inginkan untuk melepas rindu pada sang buah hati, tidak pada kondisi buah hati nya yang terdengar kacau dibelahan sana dengan menyebut nama nya, sungguh sakit Taeyong mendengar lirihan penuh kesakitan dari sang putra ㅡseperti sebuah belati tajam dengan kejam menusuk ulu hati miliknyaㅡsakit, sungguh sangat sakit.
"Markk...., kau dengar mommy kan nak?. Jawablah sayang mommy mohon..bicaralah mark"
Taeyong tidak bisa menutupi kesedihan dirinya dikala mendengar isakan sang putra yang terdengar semakin keras diujung sana, ia menutup mulut nya kencang untuk meredam tangisan yang keluar dari bibir nya. Tidak ingin menyebabkan sang putra semakin terpuruk mendengar tangisan tersebut.
Namun, Taeyong dengan cepat merubah ekspresi wajah nya setenang mungkin disaat melihat sang bungsu Jeno yang sedang menghampiri dirinya. Ia memberikan isyarat kepada sang buah hati dengan menempelkan jari telunjuk dipermukaan bibir untuk mensugesti sang putra agar mempelankan volume suara nya supaya tidak terdengar oleh sang kakak diujung sana.
Mendengar tangisan kakak kesayangan nya diujung sana, Jeno spontan melengkungkan bibir nya kebawah dengan netra berkaca kaca di mata sipit turunan sang ayah, terlihat sedang membendung tetesan bulir air mata yang siap jatuh mana kala cucu bungsu keturunan Jung tersebut mengedipkan kedua mata nya.
Taeyong hancur mendapati kedua buah hati nya berurai air mata tanpa tau tindakan apa yang harus ia lakukan untuk menenangkan keduanya terutama sang sulung yang berada dinegara kelahiran.
Menarik pelan anak bungsu nya itu, pelukan sayang Taeyong berikan kepada Jeno. Membisikian kata kata penenang tentang keadaan sang kakak yang baik baik saja disana dan tidak ada yang harus dikhawatirkan, tidak lupa dengan kecupan tanda kasih sayang ia bubuhkan dipuncak kepala anak nya.
Jeno adalah anak yang sensitif terhadap semua hal yang berkaitan dengan keluarga nya hingga tidak heran jika menemukan ia berurai air mata disaat melihat keluarga nya sedang bersedih.
Tidak terasa sudah beberapa menit terlewat, dan Taeyong dapat mendengar deru nafas Mark yang sudah sedikit tenang walau nafas nya kadang masih terdengar tersengal.
"Mark?"
Taeyong mencoba kembali menanyai sang putra yang kembali bungkam setelah sesi tangis nya tadi.
"mom" suara yang masih terdengar serak tersebut terdengar memanggil nya.
"Ada apa nak, kenapa anak mommy menangis hum?"
Bisa Taeyong dengar bunyi gigi yang bergemelatuk diujung sana dengan nafas sang anak yang kembali naik turun tengah menahan emosi nya.
cepat sekali perubahan emosi nya.
"Mereka semua iblis mom"
Taeyong mengerutkan pelipis nya tidak mengerti tentang apa yang dimaksud putra nya itu."Mereka siapa Mark?"
"Semua nya!, Mereka semua iblis yang berkedok wajah Manusia mom!. Mereka tidak lah pernah peduli terhadap kita, bedebah sialan itu hanya berniat memisahkan keluarga kita mom, meㅡ"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNG OR LEE? |Jaeyong With Mark Lee|
RandomHanya sepenggal cerita tentang sosok anak lelaki yang menjadi saksi bisu atas kehancuran keluarga nya. Bxb| gay| boy's love| homo| yaoi So? Still continue reading? ©Ilychil Start:41219 End:-