_____________
Seharian itu mark hanya berdiam dikamar, tak makan bahkan keluar untuk buang air kecil pun tidak.
Begitulah ucap si bungsu kepada Taeyong, yang jelas membuat diri nya terkejut. Ia baru saja pulang dari aktivitasnya yaitu bekerja disebuah toko roti depan gang depan rumahnya.
Ia tak percaya sebegitu besarkah perasaan benci sang anak kepada ayahnya hingga hanya membahas nama nya saja bisa ber efek besar pada mark yang tak keluar kamar seharian.
Taeyong pun menuju kedapur, mengambilkan sepiring nasi dengan lauk pauk ditambah susu sebagai pelengkap.
Sesampainya ia didepan kamar si sulung, tanpa menunggu lama ia pun mengetuk pelan pintu yang bercat hitam tersebut.
tok!
Tak ada sahutan dari dalam kamarnya.
Tok tok tok!!!
Dan tetap tak ada sahutan apapun
Taeyong mulai khawatir dengan keadaan sang putra, langsung saja beranjak kekamarnya untuk mengambil kunci cadangan kamar mark.
Gelap
Itulah keadaan yang dilihatnya saat membuka kamar si anak, Taeyong mencoba mencari stop kontak disekitar dinding
Ting!
Dan barulah Taeyong tersadar jika sang anak tak ada didalam kamarnya, Taeyong melihat kearah jendela yang terbuka dengan gorden yang siar siur terkena angin malam yang begitu menusuk kulit.
Cemas dan khawatir
Tentu saja yang dirasakan Taeyong sekarang. Dimana sang anak berada?, sudah makan kah ia?, apa dia baik baik saja?.
Rasanya lemas sekali
"Mark..., kemana kau nak" lirih Taeyong
Taeyong mengambil ponsel nya yang terletak dinakas ruang tamu, menelpon semua teman mark dan hasilnya nihil tak ada yang tau dimana sang anak berada sekarang.
Tak terasa setitik air mata jatuh mengenai tangannya, seharusnya ia tak mengatakan prihal suami nya itu terlebih dahulu kepada anaknya yang masih sensitif.
Ia melirik kearah sibungsu yang menatapnya, ia menyuruh sibungsu untuk mendekat kearahnya dan langsung saja si bungsu memeluknya erat menenggelamkan wajahnya didada sang ibu.
Anak mana yang tega jika melihat ibunya menangis?
Tuhan sampai kapan semua penderitaan ini berakhir
Sekitar setengah jam berlalu dan hari sudah sangat malam, Taeyong melirik kearah jeno yang sudah terlelap dipangkuan.
Diusapnya lembut kening sang putra, dan dikecupnya. Anaknya tak mendapat banyak kasih sayang dari sang ayah.
Malang kali nasibnya yang seharusnnya ia mendapatkan berbagai nasehat dari sang ayah mengingatkan dikala ia salah, bercenda gurau diwaktu senggang.Sudahlah, entah siapa yang harus disalahkan sekarang dirinya yang egois atau sang suami yang terlampau keterlaluan.
Dan berdampak pada nasib putra.
Tak terlalu memikirkan nasib nya sekarang, Taeyong menggendong jeno kekamarnya dan menidurkan anaknya tersebut.
Setelahnya, ia memgambil mantel yang tergantung didinding berhubung sekarang sudah masuk musim dingin yang menambah rasa cemasnya kepada sang putra yang entah kemana kaburnya.
Memeriksa sekali lagi bahwa sibungsu telah nyaman dan terlindungi dari hawa dingin yang menusuk kulit.
Taeyong berencana mencari mark, kemanapun asal ia temukan keberadaan sang putra.
Dan dewi fortuna sepertinya sedang berbaik hati padanya, Taeyong menemukan mark yang sedang bermain basket dikompleks sekitar lingkungan rumah mereka.
Dan kekhawatiran nya membuncah saat melihat keadaan sang putra yang bermain basket tanpa dilengkapi pakaian tebal yang dapat menghangatkannya dikala dingin yang sangat menusuk kulit.
Taeyong pun menghampiri mark, dan alangkah terkejutnya sang anak melihat keberadaan mommy nya yang berjalan kearahnya.
"Mark kenapa disini, ayo pulang"
"Nanti saja mom, mommy saja yang pulang. Cuaca sedang tak baik hari ini"
"Mangkanya itu mommy menyuruh mu pulang mark"
"Aku sedang ingin sendiri mom!" Tanpa sengaja mark menaikkan nada bicara nya satu oktaf kepada sang mommy
Taeyong terkejut, tentu saja
Mark yang menyadari kesalahannya pun segera meminta maaf kepada Taeyong.
"Maafkan aku, mommy pulanglah nanti mommy sakit. Aku ingin main basket sebentar"
"Kalo begitu mommy akan menunggu mu disini"
Taeyong duduk disalah satu bangku yang tersedia disana.
Mark yang melihatnya hanya bisa mengusap wajah frustasi"Ayolah mom, jangan keras kepala seperti ini. Pikirkan kondisi tubuhmu!"
Taeyong menatap sendu kearah sang anak
"Bagaimana aku bisa memikirkan kondisi tubuhku, jika semua pikiranku terpusat pada anakku yang pergi entah kemana"
Mark yang medengarnya merasa bersalah, lantas beranjak kearah sang ibu dan langsung memeluknya.. mengubur seluruh wajah didada sang mommy.
"Maafkan aku mom"
Taeyong mengelus pelan surai sang putra dan mendekapny erat menyalurkan segala kasih sayang untuk menghangatkan sang putra dikala udara dingin yang mengusik kulit
Taeyong merasakan hangat didadanya, ia melirik kearah sang anak.
Mark menangis rupanya
"Hey kenapa menangis sayang"
"Maafkan mark mommy, hanya karna kesal dengan pria itu mark turut membangkang pada mommy"
Dapat didengar dari suara parau mark bahwa sang putra turut menyesal atas perilakunya seharian ini.
Taeyong tersenyum, seberapa keras kepala dan dinginnya hati sang anak, mark tidak pernah berbuat sesuatu yang menyakitkan perasaan hatinya.
"Sudahlah, kenapa cengeng begini dimana mark yang tegas dan keras kepala tadi huh" ucap Taeyong dengan diiringi kekehan dibelakangnya
"Uhh mommy" terdengar seperti rengekan
"Haha sudah sudah, ayo kita pulang udaranya makin dingin. Apa kau mau menjadi es markie~"
"Andweeeee!"
"Haha ayooo"
Mereka beranjak dari sana, dengan mark yang tak mau melepas rangkulan hangat dari sang ibu yang dapat menghangatkan nya dikala dingin yang sangat mengusik kulit.
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNG OR LEE? |Jaeyong With Mark Lee|
RandomHanya sepenggal cerita tentang sosok anak lelaki yang menjadi saksi bisu atas kehancuran keluarga nya. Bxb| gay| boy's love| homo| yaoi So? Still continue reading? ©Ilychil Start:41219 End:-