Langkah cepat di buat Jeongyeon demi turun ke lantai bawah. Firasatnya berkata jika masalah yang terjadi antara Sana dan Dahyun saat ini berkaitan dengan Momo. Dan benar saja, dia menemukan gadis itu masih berada di dapur. Sedang termenung dalam keheningan.
"Momo!" Jeongyeon menegur sedikit keras.
Sang pemilik nama hanya melirik kecil lalu berakhir mengembuskan nafas dengan kasar.
"Kali ini apa yang telah kau lakukan?" Gadis Yoo itu bertanya. Dengan hati hati karena dia tau perasaan Momo juga tengah kacau.
"Aku menciumnya"
"Huh?" Jeongyeon yang sudah mulai sibuk membersihkan pecahan kaca menatap lekat gadis Hirai itu. "Kau apa?"
"Aku mencium Dahyun dan Sana melihatnya" Si gadis Jepang memperjelas.
"Mwo? Apa kau gila?" Jelas reaksi Jeongyeon bisa di tebak. "Kau membuatnya semakin runyam Hirai Momo. Hubungan mereka akan semakin buruk"
"Biar saja. Aku menginginkan itu!"
"Dengar" Jeongyeon mendekati. "Kau tidak bisa seegois ini. Mereka berdua saling mencintai. Kau tidak bisa memisahkan mereka dengan tindakan kekanakkan begini"
"Aku tidak perduli!" Momo berbalik memunggungi.
"Apa yang kau lakukan ini tidak akan membuat Dahyun jadi milikmu" Tekan Jeongyeon. Dia benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Momo begini. Apa segitu sukanya dia pada Dahyun?. "Aku takut justru Dahyun akan balik membencimu karena kau lah yang membuat hubungan mereka semakin memburuk! Kau mau itu?"
Tak ada tanggapan dan sanggahan. Momo terdiam tak menggubris.
Helaan nafas Jeongyeon keluarkan. Kini kepalanya yang sakit. "Dengar. Dahyun sudah punya rencana bertunangan dengan Sana. Itu bukti yang sudah cukup jelas jika dia tak akan menerimamu. Dia sangat mencintai Sana. Jadi sadarlah!"
Tak ada jawaban lagi. Hal itu membuat Jeongyeon harus lebih ekstra menjaga emosinya. Kini dia berjalan ke arah pintu di mana serpihan kaca gelas masih berhamburan di situ.
"Lihat serpihan kaca kaca ini. Di penuhi darah milik Sana" Suara Jeongyeon kembali terdengar dan itu mengambil atensi Momo. "Dia terluka. Baik perasaan maupun fisiknya. Apa kau tidak kasihan? Apa kau harus setega ini padanya?!" Tatapan tajam Jeongyeon berikan.
"Ck!" Decakan sebal Momo keluarkan. Segera dia melangkah meninggalkan dapur. Meninggalkan Jeongyeon yang terlihat benar menyebalkan.
"Yak! Jika Sana dan Dahyun putus, Kau harus bertanggung jawab!"
Tak menggubris, gadis Jepang itu hanya terlihat meraih handphonenya yang berada di atas sofa lalu keluar dari dorm tanpa adanya kata pamit.
"Yakk! MOMO?!!!"
.
Di lain sisi, Nayeon terlihat mendekati Sana berlahan. Gadis itu nampak kacau. Darah terlihat mengotori seprei ranjang."Sana, kakimu.." Dia duduk berlahan di pinggir ranjang. Bibir bawah di gigit seakan merasakan sakit dari luka itu.
Yang terluka terlihat tak perduli. Justru tangisannya yang kian lama kian besar. Dia bahkan memeluk Nayeon. Seerat yang dia bisa.
"Eonnie.. Ini sakit" Lirihnya dalam isakannya. "Aku.. Aku tidak sanggup menerima ini. Dahyun benar selingkuh dariku. Ketakutanku benar eonnie. Aku.. Aku.."
"Stt.. " Nayeon menyuruh nya berhenti berucap. Pelukan dia balas juga. Rasanya apa yang tengah Sana rasakan saat ini bisa dia rasakan juga. "Tenang kan dulu pikiranmu. Lalu ceritakan padaku apa yang terjadi"