Mata perih tengah Sana rasakan. Setelah menangis tersedu dalam pelukan Nayeon selama perjalanan, kini dia berusaha untuk tidur dalam kamar remangnya. Mencari posisi ternyaman untuk bisa segera ke alam mimpi.
Dan setelah beberapa kali berputar putar di atas ranjang, akhirnya rasa mengantuk itu benar menerjang. Kesadaran mulai menghilang. Tapi kembali digagalkan karena sebuah pelukan dari arah belakang.
"Siapa?" Sana berusaha berputar untuk mencari tahu siapa member yang tiba tiba saja masuk ke kamarnya, naik ke atas ranjangnya begini dan memeluknya seperti ini. Tapi semua terhenti kala mendengar suatu lirihan kecil.
"Aku merindukan eonnie..."
"Dahyun?" Sana berseru kaget.
"Tolong, jangan usir aku. Aku sangat merindukan eonnie" Pelukan si gadis Kim tambah mengerat. Wajah ditenggelamkan di punggung si gadis Jepang. Tak mau menjauh.
"Dahyun lepaskan aku dan kembali ke kamarmu" Sana berusaha melepas pelukan erat gadis itu.
"Apa eonnie tidak merindukanku? Apa eonnie senang kita seperti ini?"
"Hah!" Helaan nafas kasar Sana keluarkan. "Buat apa kau bertanya jika kau tau jawabannya?"
"Kalau begitu hentikan semua ini. Jangan bersikap acuh padaku. Jangan mendiamiku dan bersikap seperti tak mengenalku saat aku berdekatan dengan Momo eonnie!"
"Kau pikir aku bisa dengan mudah melakukan semua itu?" Sana melepas paksa pelukan Dahyun dengan tenaganya. Dia bangun terduduk dan menatap si gadis Kim yang juga ikutan bangun terduduk sepertinya penuh dengan amarah. "Apa sekalipun kau tidak pernah mengerti dengan perasaanku KIM DAHYUN?!"
"Eonnie.." Dahyun segera memeluk Sana lagi. Tak memusingkan penolakan yang sedang diterimanya. "Aku minta maaf"
"Kau.." Sana mulai terisak kecil. Perasaannya sedang lemah hingga dia dengan mudahnya mengeluarkan air matanya lagi saat ini. "Bagaimana bisa kau lakukan ini padaku?!" Pukulan diberikan gadis Jepang itu di punggung.
"A-Aku minta maaf. Aku janji akan menuruti keinginan eonnie mulai sekarang. Aku akan benar menjaga jarakku dari Momo eonnie sampai eonnie bisa menghandle rasa cemburu eonnie"
"Kau terlalu banyak membual. Aku tidak akan percaya"
"Aniya sayang" Dahyun melepas dekapan. Wajah Sana di tangkupnya. Jemari mencoba menghapus air mata yang sudah terlanjur mengalir. "Aku janji. Aku sudah cukup tersiksa. Aku membutuhkanmu"
Bukannya berhenti. Air mata Sana mengalir semakin derasnya. Dia juga sangat tersiksa. Dia butuh Dahyun juga. Alhasil ego ditepis, dia menarik gadis Kim itu untuk dipeluk dengan erat. "Aku merindukanmu"
Dahyun reflek membalas pelukan juga dan membiarkan Sana membasahi pundaknya. "Aku juga eonnie. Aku sangat merindukanmu"
Setelah beberapa lama, tangisan Sana akhirnya berhenti juga. Pelukan di lepaskan. Dahyun tersenyum kala menatap wajah kekasihnya itu, yang terlihat benar menggemaskan. Jejak air mata tak lupa di hapus.
"Aku lelah" Sana berucap di tengah senggukan kecilnya.
"Kalau begitu segera berbaring" Ucap Dahyun sembari memperbaiki rambut kekasihnya yang nampak kusut itu.
"Kau akan menemaniku kan?" Mata yang masih basah itu menatap penuh harap.
"Tentu saja sayang. Seperti biasa" Dahyun mengecup kening kekasihnya itu cukup lama. "Jja~ berbaringlah"
"um..Tapi aku haus. Mau minum dulu" Sana terlihat akan beranjak.
"eh, biar aku saja yang ambilkan ke bawah" Dahyun melarang. "Eonnie berbaring saja. Aku tidak akan lama"