Nungguin nggak sih? Wkwk
~~~"Watashi nashide totemo tanoshikattadesu ka? Osuku kitako soru hodo tanoshii koto wa nanidesu ka?"
Dahyun menengadah kala pertanyaan dari bahasa Jepang itu terdengar. Dia tau bahasa Jepang, tapi kalimat itu terlalu panjang dan cepat hingga dia tidak bisa menerjemahkannya.
Sana terlihat tersenyum melihat wajah bingung milik Dahyun. Ia lalu mengambil duduk dan mulai memainkan rambut panjang hitam sang gadis.
"Tadi tanya apa?" Dahyun menatap.
"Molla. Cari tau saja sendiri pakai instingmu itu" Sana menjawab lalu menghentikan aktivitasnya. Dia memilih meraih remote televisi lalu menghidupkannya.
"Mwoya eonnie? Kenapa begitu? Apa aku membuat kesalahan?" Gadis Korea nampak panik. Handphone dilepaskan, posisi duduk diubah menghadap Sana yang terlihat serius dengan tontonan dengan kaki tersilangnya dan dagu yang di tumpu ditangan sofa apartement mereka. "Eonnie..." Dahyun mulai memainkan lengan baju sang kekasih. Berharap di beri atensi. "Sana eon-"
"Tadi seharian ke mana saja?" Sana akhirnya memberi atensinya. Di tatapnya lekat sang pemilik Iris cokelat disebelahnya itu.
"Um.. Hanya jalan jalan bersama temanku. Lalu kami pergi makan, ke toko buku lalu itu pulang"
Tak ada sanggahan. Sana hanya menatap pacarnya itu.
"Kenapa menatapku begitu dan bertanya lagi?" Dahyun memanyun. Karena Sana sebenarnya sudah tau jawabannya. Seharian ini dia terus di bombardir dengan banyak pertanyaan, bahkan kekasih Jepang nya itu ingin dia selalu melapor setiap menit. Terkesan menyulitkan dan kelewat posesif, tapi dia tak mempermasalahkannya. Tapi kenapa dia seakan tengah disidang lagi saat ini? "Eon-"
"Pft..HAHAHA" Tawa besar tiba tiba Sana keluarkan. Dia benar tak tahan melihat wajah kekasihnya itu yang terlalu menggemaskan. Sedangkan yang di tertawakan terlihat semakin bingung.
"Untuk apa tawa itu?"
"Sayang.. Haha.. Wajahmu sangat lucu"
"Mwoya? Itu benar tidak lucu" Dahyun reflek memukul lengan yang di hadiahi ringisan kecil dari Sana. Dia tidak perduli karena Sana bertingkah menyebalkan.
"Eh?..." Si gadis Jepang terkejut kala Dahyun terlihat menjauhinya. "Mau kemana, hm?" Ditariknya pacarnya itu memotong jarak mereka lagi. Dia menumpu dagunya di bahu dan tangan terlihat melingkar erat di pinggang agar Dahyun tak bisa kemana mana.
"Itu tadi tidak lucu. Aku sudah sangat panik"
"Wae? Takut kita marahan lagi, hm?"
"Tentu saja" Dahyun bergerak kecil hingga pelukan merenggang. Dia lalu menatap wajah Sana dengan kesal. "Aku trauma di putuskan eonnie berulang kali"
"Berulang kali? Sayang, itu keterlaluan. Lagipula Kau juga pernah memutuskanku. Ingat?"
"Ck!" Dahyun berdecak. Di lemparkan tatapannya ke arah lain. Tangan terlihat tersilang menandakan kemarahannya. "Intinya jangan bercanda seperti tadi lagi"
"Iya iya. Aku minta maaf" Sana mengalah karena dia sadar jika ini kesalahannya. Berlahan dia melepas tangan Dahyun yang tersilang. Diraihnya salah satu tangan lalu dikecupnya. "Aku tidak akan mengulanginya lagi. Maaf ya" Lanjutnya berucap sesaat tangan kecil milik Dahyun itu di letakkan di pipinya.
Dahyun menatap lalu berakhir memeluk Sana. Melingkar kedua tangannya di leher kekasih cantiknya itu. "Maaf ya tadi sudah memukul eonnie"
Yang dipeluk tersenyum. Pelukan dibalas tak kalah erat. "Gwencana. Aku berhak mendapatkannya" Balasnya lalu memberikan kecupan kecupan kecil di pundak dan leher.