33

1.8K 241 94
                                    

Dorm nampak tenang. Semua member tengah melakukan aktivitas mereka masing masing tanpa menimbulkan bunyi yang mengambil atensi.

Tuk. Tuk. Tuk.
Tiba tiba saja, bunyi lumayan besar itu mulai mengambil atensi. Sana. Gadis Jepang itu terlihat menuruni tangga sembari menenteng koper besarnya. Dia nampak kesulitan tapi tetap berupayah keras.

"Oh? Eonnie mau kemana?" Chaeyoung. Yang dari tadi bermain game bersama Mina di ruang menonton bertanya karena rasa penasarannya.

"Pindah" Satu kata terucap. Tapi itu keluar begitu saja dari Jihyo yang juga baru saja turun sembari menenteng tas besar lainnya.

"Huh? Pindah kemana?" Mina ikutan bertanya. Keputusan itu terlalu tiba tiba.

"Ke suatu tempat yang lebih baik" Jihyo menjawab lagi. "Fyiuh.. " Di akhiri helaan nafas lelah karena tas besar yang sudah terlihat di letakkan di lantai itu.

"PINDAH? SIAPA YANG PINDAH?" Suara besar Dahyun ikutan terdengar. Dia yang tadi sibuk di dapur mendadak keluar tergesa karena percakapan itu. Semua atensi reflek berpindah padanya.

"Sana eonnie. Dia akan pindah dari sini" Jihyo kembali menjelaskan. "Ayo eonnie. Kita pergi" Si gadis Park mengajak. Hari ini dia memang akan mengikuti eonnie nya itu. Seperti permintaan si gadis Jepang beberapa hari yang lalu.

"Eh? Jihyo, tas. Kau lupa!" Sana menahan. Gadis Park itu melupakan tas besar yang berada di lantai. Yang merupakan barang-barangnya juga.

Jihyo berbalik mengambil. Lalu kembali menarik Sana untuk keluar dorm.

"Tu-Tunggu dulu eonnie" Dahyun jelas menahan. Ini benar terlalu tiba tiba. Gadis Jepang itu bahkan tak membicarakan kepindahannya ini sebelumnya. Setidaknya dia harus berpamitan pada membernya yang lain kalau tidak mau berbicara padanya.

Sana. Gadis yang ditahan. Melirik kecil lengan yang di pegang oleh Dahyun. Lalu berpindah menatap wajah kaget itu.

"I-Ini terlalu tiba-tiba. Kenapa eonnie jadi pindah begini?"

"Kenapa kau harus perduli saat aku akan pindah? Bukannya kau akan lebih bebas?" Sana menepis tangan yang tengah menahan lengannya itu.

"Eonnie.. " Mina menegur khawatir. Sedangkan yang ditegur terdiam terkejut. Lidah Sana terlalu tajam hingga benar terasa menyakitkan.

"Hah~" Sana menghela nafas. "Aku tidak pindah" Ucapnya. "Maaf karena membuatmu sudah senang lebih dulu" Dia menatap Dahyun yang sudah termundur selangkah karena rasa terkejutnya itu tadi.

"Eonnie..ak-aku..."

"Jihyo hanya bercanda" Sana kembali memotong. Dia meluruskan maksud leadernya itu tadi. "Ini hanya barang barang ku yang ingin ku donasikan"

"Sudah. Ayo eonnie" Jihyo kembali menarik Sana. Tak membiarkannya terlalu lama berucap. Itu akan semakin pedas jika dibiarkan.

Klik.
Pintu dorm terdengar tertutup setelah kedua gadis itu keluar.

"Kenapa berbohong?" Jihyo bertanya melunturkan kesunyian. "Pakaian-pakaian eonnie ini bukan untuk di donasik-"

"Aku hanya malas menjelaskannya" Sana memotong. "Lagipula mereka akan tau juga nanti cepat atau lambat"

"Hah~ allaseo"

.

Di lain sisi, nampak Jeongyeon dan Momo tengah berada di rest area perusahaan di temani minuman dan cemilan kecil. Sesaat tadi, Jeongyeon memang meminta Momo untuk mengajarnya private karena tarian untuk comeback mereka mendatang lumayan sulit.

"Momo-ya?" Si gadis Yoo menegur. Ini kesempatan bagus untuk berbicara dengan gadis Hirai itu.

"Hm?"

"Aku mendengar sesuatu tengah terjadi di antara member"

"Ne? Sesuatu? Apa maksud mu?"

"Hah~" Tubuh yang tadi dibaringkan di ubah menjadi terduduk. Mata kini lekat menatap gadis Jepang itu. "Tentang Sana dan Dahyun.. "

"Memangnya kenapa?" Momo membuang muka. "Mereka baik baik saja" Dia mulai menyibukkan diri dengan bermain handphone. Tapi keresahan nya bisa di tangkap baik oleh Jeongyeon. Dia seperti enggan membahas masalah itu.

"Kau tidak bisa melakukan ini pada mereka"

"Ck! Aku tidak melakukan apa apa" Momo mulai kesal.

"Aku tau kau tidak sepolos itu" Jeongyeon berucap lagi. "Kau tau jika sesuatu tengah terjadi pada mereka. Kau tau jika Sana tengah cemburu padamu karena kedekatanmu dengan Dahyun. Tapi kau pura-pura tak menyadari itu. Kau malah mengambil kesempatan untuk mendekati gadis Kim itu. Iyakan?"

"Aku tidak melakukan itu Jeong.. "

"Aku tau kau masih menyukai Dahyun. Perasaan mu itu masih ada dan tetap ada untuk nya. Tapi kau tau jika Dahyun memilih Sana. Kau tidak punya kesempatan" Jeongyeon menasehati. Dia terlalu tau perasaan gadis Hirai itu.

"Aku sudah tidak punya. Kalau iya, aku tidak akan keluar dengan gadis gadis lain dan memiliki night stand dengan mereka. Aku juga tidak akan berkencan dengan Heechul oppa kalau aku masih punya perasaan padanya"

"Kau tidak bisa membohongiku" Jeongyeon tetap bersikeras pada kesimpulannya. "Kau melakukan semua itu hanya untuk melupakan perasaan mu pada Dahyun. Selama ini kau tertawa dan ikutan meledek mereka. Tapi aku tau kau tersakiti saat melihat itu"

"Tidak. Aku tidak.. "

"Momo-ya. Aku tidak menyalahkan perasaan mu" Jeongyeon mengelus pundak gadis Hirai itu. "Tapi caramu terlalu salah saat ini. Apa kau senang melihat Dahyun tersiksa seperti itu? Dia membutuhkan Sana"

"Sudah kubilang aku tidak melakukan apa apa!" Momo membentak. Dia bahkan berdiri dari duduknya lalu menatap Jeongyeon yang terkejut. "Sana yang menginginkan ini. Dan Dahyun dengan sendirinya datang padaku"

"Tapi kau tidak seharusnya memanfaatkan situasi. Kau seharusnya membantu mereka balikan. Keduanya tersiksa Mo" Jeongyeon ikutan berdiri. "Dahyun tersiksa.." Dia mencengkram kedua pundak gadis Jepang itu.

"Kau selalu saja begitu! Kau membela yang lain dari pada aku!" Momo melepas paksa kedua tangan Jeongyeon dari pundaknya.

"Momo-ya.. Tapi ini.. "

"Percuma aku sering curhat padamu. Sekali pun kau tidak pernah berada di pihaku. Kau terlalu sering menyalahkan ku. Aku juga berhak bahagia"

"Aku begitu karena kau memang salah! Jadi dengarkan aku" Jeongyeon membuat tubuh berdiri itu membalik paksa padanya. "Dahyun tidak akan pernah berpaling dari Sana. Kau harus menerima itu.. "

"Ck! Aku tidak bisa menerima itu" Momo dengan cepat menolak. "Dan kau benar. Aku memang memanfaatkan keadaan. Akan kubuat Dahyun menjadi milikku" Momo berucap dengan jujurnya. Kalau sudah begini, dia benar tak akan menyembunyikannya lagi. "Aku akan merebut Dahyun dari Sana"

"Tidak bisa. Ini akan menghancurkan persahabatanmu dengan Sana" Jeongyeon jelas memperingati. Momo terlalu gila. Dia tak habis pikir dengan apa yang berada di otak gadis Hirai itu saat ini.

"Aku tidak perduli. Kalau aku bisa mendapatkan Dahyun, aku tidak perduli dengan persahabatan kami" Dia membentak lalu dengan cepat meraih tasnya dan keluar dari ruangan kecil itu.

"Yak! MOMO!! MOMO!!!"

"...... "

"Ck! Ini benar berbahaya!"

_Tbc_

Note; Sebenarnya nggak pengen update. Tapi karena banyak pikiran, aku milih update aja. Mungkin dengan membaca comment kalian bisa buat aku semangat lagi☺

About Us? S4 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang