18

10.3K 501 20
                                    

"Hati yang sudah pernah dikecewakan pada akhirnya akan menjadi seperti ruang kosong tak berpenghuni, sunyi, senyap, tanpa kehidupan"

***

"Ra, kamu gak pernah berpikir kalau Pak Juna sebenarnya masih ada perasaan ke kamu?" Akbar memecahkan kesunyian yang ditinggalkan Juna selepas pria itu melenggang pergi meninggalkan cafeteria setelah mendapat satu panggilan telepon yang mungkin datang dari perusahaannya.

"Gak pernah" jawab Irene tegas tanpa keraguan.

"Sama sekali?" pertanyaan yang penuh penekanan penuh. Yang lantas hanya dijawab dengan anggukan singkat dari wanita di hadapannya itu.

Akbar berpikir mungkin ini kesempatan bagus untuknya agar bisa masuk ke dalam hidup Irene meski ia tahu itu tak akan mudah. Ia tahu bahwa Irene adalah tipe wanita yang sukar untuk dimengerti, terlalu banyak yang belum dia ketahui tentang wanita itu.

"Kalau Rujuk? Pernah kepikiran gak?" ditatapnya wajah wanita itu dengan serius bak detektif yang tengah menyelidiki suatu kasus serius. Wanita itu lantas menatapnya lalu terlihat tampak sedang memikirkan sesuatu.

"Pernah" jawab Irene pelan. Bisa dimengerti bahwa perasaan ingin kembali pada pasangan yang sudah berpisah itu memang akan selalu ada. Pasangan yang terbiasa melakukan apapun bersama dan punya banyak kenangan bersama terkadang cukup sulit untuk dilupakan, dan saat perasaan rindu muncul disitulah rasa ingin kembali bersama itu datang lagi, tak peduli seberapa besarnya dikecewakan.

"Sampai sekarang?"

"Hmm..dulu aku pikir bahwa aku cukup istimewa untuk dia pertahankan. Jadi saat aku meminta berpisah, kupikir ia akan datang mencariku dan meminta maaf agar aku mau kembali lagi dengannya..." ucapan Irene menggantung, tatapan matanya nanar.

"Nyatanya?"

"Pada kenyataannya... aku sadar, bahwa tidak ada yang bisa dibenahi diantara aku dan mas Juna. Semuanya sudah selesai sejak aku memutuskan untuk pergi." Ucapnya jujur.

Perihal perasaannya yang masih tersisa untuk Juna, suatu saat ia harus berdamai dengan itu. Ia lebih tahu besarnya kekecewaan yang ia terima dari siapapun, tapi melupakan kehidupan dan kenangan singkat yang ia buat bersama Juna bukan perkara mudah. Ia butuh lebih banyak waktu dan usaha untuk melupakan Juna dan belajar membuka hati untuk orang lain.

Suatu saat ia harus bertemu orang baru yang lebih bisa menghargai perasaannya dan meninggalkan Juna bersama kenangannya di masa lalu. Memang tidak mudah, apalagi Juna adalah pria pertama yang membuatnya mengerti arti dicintai yang sesungguhnya. Perasaannya mungkin memang masih tersisa, tapi pada akhirnya ia harus menyisakan satu ruangan kosong untuk diisi dengan cerita baru dan juga dengan kenangan dan orang baru.

***

Akhirnya setelah seharian berkutat dengan jadwal di ruang operasi yang tak henti-hentinya, dan juga berlarian hulu-hilir sepanjang koridor rumah sakit membuat Irene kehilangan separuh dari jiwanya, ia lantas bersandar santai pada kursi di ruang kerjanya. Ia perlu beristirahat sejenak dan mengisi energinya untuk merevisi Tesisnya yang harus dikonsultasikan besok dengan profesornya. Kesibukan sebagai dokter residen tak lantas membuat ia lupa bahwa masih ada pendidikannya yang menjadi prioritas utama yang harus segera diselesaikan. Ia harus bersabar sedikit lagi untuk bisa bernapas lebih lega, setelah Thesis nya usai ia mungkin akan sedikit lebih baik.

Kring...kring... telepon berbunyi nyaring, membuat Irene membuka matanya dengan malas. Tolong biarkan aku istirahat batinnya memohon.

"Ya dengan Dokter Residen Irene Dvyascara, ada yang bisa dibantu?" Kalimat itu otomatis mengudara dari bibirnya, kalimat yang mengetahuinya setiap ia punya sedikit kelonggaran waktu.

Stuck On You  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang