26

8.1K 444 34
                                    

"Aku tahu kita kenal belum lama, tapi.. aku menemukan kenyamanan waktu sama kamu. Mungkin kamu heran, kenapa aku langsung ajak kamu serius dan gak ngajak pacaran dulu. Di Pikiranku sekarang adalah, aku gak mau buang-buang waktu, aku mau wajah pertama yang aku lihat ketika bangun dan sebelum tidur itu wajah kamu. Mungkin terdengar norak, aku akui itu. Aku mungkin gak sempurna, aku juga gak bisa janji cuma kasih kamu kebahagiaan, mungkin suatu hari kita bisa aja cekcok kecil atau berdebat karena perbedaan pendapat, atau bisa jadi aku menyakiti kamu tanpa sadar, tapi satu hal yang harus kamu tahu, apapun itu aku akan lalui semuanya sama kamu, aku akan jadi orang pertama yang mengulurkan tangan disaat kamu butuh tumpuan, mungkin lagi-lagi itu cuma terdengar seperti bualan, tapi aku serius. Jadi, tolong dipikirkan baik-baik"

**

Irene duduk termenung di sudut kamarnya, menikmati secangkir coklat panas sembari menikmati rintik hujan yang membasahi jendela. Lalu lalang orang-orang di jalanan yang berlari tergesa-gesa untuk menghindari hujan pun terlihat jelas dari tempatnya berpijak.

Irene sedang menikmati masa-masa santainya karena tak perlu ke rumah sakit lagi, minggu depan ia harus kembali ke Australia untuk pelaksanaan ujian tesisnya.

Namun, pikirannya sedang berada ditempat lain. Ajakan Akbar untuk menikah tempo hari masih melekat di kepalanya. Hari itu Akbar benar-benar terlihat sangat tulus.

Seperti yang Akbar minta, Irene memikirkannya dengan serius. Ia benar-benar memastikan untuk meluangkan waktu untuk memikirkan jawaban dari pengakuan Akbar hari itu.

Ini bukan yang pertama untuknya. Ia punya kesempatan untuk memikirkannya dengan hati-hati. Pengalaman masa lalu membuatnya tak ingin bertindak gegabah. Ia perlu pikiran jernih untuk memutuskan segalanya dengan sempurna, bertanya secara mendalam pada hati kecilnya tentang apa yang benar-benar ia inginkan untuk saat ini.

ting... ponsel Irene berdenting, sebuah pesan masuk dari "Dokter Akbar Sp.A"

"Rumah sakit sepi gak ada kamu 😔"

Akbar bukan tipikal seseorang yang suka menggunakan emoji saat mengirim pesan messenger. Namun sejak menyatakan perasaannya, Akbar mulai sering terang-terangan menggunakan emoji untuk mengekspresikan perasaannya saat berbicara dengan Irene.

"Rumah sakitnya apa hati mas Akbar yang sepi? 😏" Balasnya.

Irene tak dapat menahan senyumannya, ia memberanikan diri untuk menggoda Akbar meski sebenarnya ia masih belum tahu apa yang sebenarnya ia inginkan.

ting...

"KUA masih buka gak sih jam segini?😳" Balasan Akbar yang membuat Irene tersipu malu. Ia masih belum terbiasa dengan sosok Akbar yang terang-terangan seperti ini. Namun entah kenapa itu membuatnya senang.

"frontal banget yah...aduh, jadi takut😆" Irene.

Setelah Akbar pamit untuk masuk ruang operasi, sebuah nomor tak dikenal menghubungi Irene.

"Ren, ini aku Lia" sapa si penelpon yang ternyata mantan kakak Ipar Irene. Sudah hampir berlalu dua pekan sejak kematian mantan ibu mertuanya dan ia belum mendengar kabar Juna sejak saat itu.

"Iya mbak, gimana kabarnya?" tanya Irene.

"Maaf Ren, aku tahu ini konyol, tapi bisa gak kamu cek Juna ke apartemenya? sudah beberapa hari ini dia gak bisa dihubungi, kata sekretarisnya dia udah hampir seminggu nggak ngantor. Bisa gak?" suaranya terdengar sangat khawatir.

"Maaf, tapi mbak sudah hubungi mbak Jia? mereka kan dekat." Irene sedang mencari alasan untuk tak bertemu Juna. Ia takut jika ia bertemu Juna hatinya akan goyah, bahkan kejadian tempo hari di bangsal VIP, rasa simpati hampir saja membuat hatinya goyah.

Stuck On You  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang