THE END

22.8K 423 27
                                    

2 TAHUN KEMUDIAN....

"Pagi sayang...." sapaan pagi yang klise. Tapi sepertinya dia menyukainya, karena saat ini wajah cantik itu mulai memerah dibalik selimut yang berusaha keras ia tarik agar menutupi wajahnya yang semerah tomat itu.

"Pagi mas..." suaranya terdengar malu-malu.

Sepertinya aku tahu apa yang sekarang tengah ia pikirkan. Karena aku juga sedang memikirkan hal yang sama sepertinya.

"Kok kamu malu-malu gitu sayang? padahal semalam kamu mirip kucing liar yang kelaparan" ledekku.

Lagi-lagi wajah cantik itu terlihat tersipu.

"Awww" cubitan kecil mendarat di perutku, aku pun tersenyum ke arahnya.

"Tuh kan kamu malu-malu lagi, padahal aku juga suka sama sisi kamu yang tadi malam, apa aku gak bisa lihat sisi liar kamu di pagi hari?" ku sentuh cuping hidungnya lembut.

"Ini masih pagi mas, jangan ngajak aku ribut" senyumnya yang malu-malu itu masih enggan untuk menjauh. Separuh wajah cantiknya masih betah ia sembunyikan dibalik selimut.

"Kalau begini sisi liar kamu yang semalam bisa keluar gak? kalau iya, aku mau ngajakin kamu ribut aja." sangat menyenangkan meledek wanita ini, senyuman malu-malunya membuatku bersemangat.

Rasanya apa yang kami lakukan semalam belum juga memuaskan dahagaku yang susah payah aku tahan sejak 1 pekan setelah hari pernikahan kami karena tamu bulanannya yang tak di undang itu tiba-tiba saja datang lebih cepat dari perkiraan. Akibatnya aku harus menahan rasa hausku selama 1 pekan dengan menatap wajah istriku yang menawan itu.

"Ih mas ah, aku gigit nih" kedua matanya melotot, berpura-pura seolah-olah ia makhluk paling menyeramkan yang ingin melahapku. Tentu saja tidak berhasil, karena tatapannya yang melotot itu membuatnya terlihat sangat menggemaskan dibandingkan seram.

"Mau dong digigit, mau dibagian mana? soalnya badan aku hampir penuh sama bekas gigitan kamu semalam" ledekku lagi.

"Masssss" gerutunya.

***

Hari itu, hari dimana aku dan Ara saling jujur tentang perasaan kami masing-masing. Kami memutuskan untuk menunda pernikahan kami hingga masa kontrak Ara dengan Rumah sakit kampusnya berakhir.

Sejujurnya aku sangat ingin mengikat Ara dengan statusnya sebagai istriku, namun aku tidak yakin dengan diriku. Aku sedang ada dititik dimana Ara adalah pusat duniaku. Jika kami menikah sesegera mungkin, aku tak yakin bisa berjauhan dengan Ara. Aku ingin ketika kita menikah, bukan hanya hati kami yang berdekatan namun juga secara fisik. Karena itulah akhirnya ku putuskan untuk menunggu hingga masa kontrak Ara berakhir.

Tentu saja tidak semudah itu melepas Ara. Meski hanya sementara, tapi aku berhasil mengikat Ara dengan cincin bermatakan berlian yang cukup besar di jari manis tangan kirinya. Bukan karena aku tak mempercayai kesetiaan wanita itu, aku hanya tidak percaya dengan para laki-laki disekitar Ara. Setidaknya mereka perlu tahu bahwa Ara kini milikku dan akan kembali padaku dalam waktu 2 tahun.

Ini bukan seperti aku melepaskannya, aku hanya memberi ruang untuk impian Ara yang lain. Ara perlu meraih impian itu untuk bisa percaya pada kekuatannya sendiri. Ia sudah terlalu lama terkekang di dalam khayalannya yang tak pernah bisa ia wujudkan lebih cepat. Dan aku memberi ruang itu untuk Ara, karena aku ingin Ara tumbuh menjadi bunga yang lebih cantik lagi.

Setidaknya itu yang aku pikirkan dihari aku mengantar kepergian Ara di bandara. Kami berpegangan tangan cukup lama sebelum Ara masuk ke ruang tunggu.

Stuck On You  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang