"Masa lalu seburuk dan setidak nyaman apapun ia akan tetap jadi bagian dari diri kita yang menggambarkan kita dimasa kini"
***
JUNA
"Loh bukan Dokter Irene yah yang periksa?" tegur ku begitu mendapati Dokter Akbar tengah berbincang dengan Jia diruang rawat inap Reva.
Sudah beberapa hari ini Irene terus menghindar dariku. Ia bahkan tak banyak bicara dan hanya melakukan tugasnya sebagai Dokter yang menangani Reva.
"Oh Dokter Ara lagi periksa pasiennya yang lain. Berhubung Reva pasien saya dan saya sudah kembali jadi hingga Reva keluar dari rumah sakit, saya yang akan mengawasi" Ucapnya menjelaskan alasan ketidak adaan Irene di ruang rawat inap Reva.
Sepertinya aku akan semakin sulit bertemu dengan wanita itu. Ia terus saja menjaga jarak dariku disaat aku benar- benar ingin berbicara dengannya. Terlalu banyak hal yang aku pikirkan tentangnya selama 5 tahun belakangan ini.
Bahkan di pengadilan pun, ia tak memberikan aku kesempatan untuk berbicara. Seolah ia tak ingin mendengar apapun dariku. Aku tahu selama ini aku terlalu sibuk dengan duniaku dan mengabaikannya.
Meski pernikahan kami tidak didasari cinta dan diawali dengan sebuah perjodohan, pernikahan kami bukanlah kehidupan yang buruk bagiku. Ada kenangan saat bersama Irene yang kulalui dengan bahagia dan penuh tawa.
Kami pernah berbagi tawa yang sama, berbagi udara dan pelukan yang sama. Namun aku yang terlalu sibuk dengan duniaku yang masih berotasi disekitar Jia membuatnya perlahan merasa tersakiti dan merasa terabaikan.
Aku tak tahu bahwa ia merasa hampa selama satu tahun sebelum perpisahan kami yang berdampak besar dalam hidup dan keseharianku itu.
Jujur saja, mungkin saat itu Irene belum mampu mengganti sosok Jia dalam hatiku. Namun, sosok dan pembawaannya yang tenang dan perhatiannya yang besar membuatnya tak akan pernah terganti dengan siapapun. dan juga satu hal yang terlambat kusadari, bahwa aku sudah jatuh cinta pada wanita itu.
Namun hidupku sudah terlalu lama berotasi disekitar Jia hingga aku dengan bodohnya mengabaikan perasaanku yang jelas- jelas mencintainya. Dan aku baru benar-benar menyadari itu disaat kami sudah berpisah. Aku sadar, betapa posisinya di hatiku begitu istimewa hingga mampu membuatku menolak Jia yang selama 10 tahun menjalin kasih denganku sebelum Irene akhirnya hadir di tengah-tengah hubungan kami.
Pertemuan kami yang terkesan tiba-tiba membuatku menjadi kikuk. Terutama saat Reva memanggilku papa. Aku tak masalah jika yang lain menganggapku ayah Reva karena aku tak masalah dengan itu. Bocah 5 tahun itu sudah ku anggap seperti putraku sendiri, namun yang aku risaukan adalah pendapat Irene. Aku peduli dengan pendapatnya, aku tak ingin dia salah paham lagi tentang hubunganku dengan Jia. Namun lagi-lagi aku tertampar kenyataan, wanita itu tak lagi peduli dengan hubungan macam apa yang terjalin antara aku dengan Jia.
"Denger-denger Dokter Akbar dekat sama Dokter Irene yah?"aku memulai basa-basiku. Sengaja ku ajak Dokter bernama Akbar itu untuk berbincang sejenak denganku di taman. Itu karena aku ingin menggali lebih dalam tentang lelaki yang dibicarakan sedang dekat dengan Irene itu.
"Pak Juna kok bisa kenal Ara?" ia balik bertanya. Menyebut Irene denngan nama Ara, nama akrab wanita itu di rumah sakit.
"Dia mantan istri saya" tukasku santai, seolah ingin memberitahunya bahwa aku dan wanita yang tengah ia dekati itu pernah berbagi ranjang yang sama.
"Dunia sempit yah, saya gak nyangka bisa ketemu laki-laki yang menyia-nyiakan Ara" Ucapnya sarkas. Aku tak tahu apa maksudnya, tapi dari nada bicaranya ia terdengar seperti tengah meremehkan dan merendahkan ku. Seolah aku ini lelaki paling brengsek di dunia, meski pada kenyataannya aku memang brengsek karena sudah menyakiti Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck On You (END)
BeletrieBerawal dari sebuah perjodohan yang tak pernah diinginkan, Irene Divyascara, dokter muda yang baru saja menyandang gelar Sarjana kedokteran itu dipaksa menikahi pria kaya yang usianya terpaut jauh dengannya, yang pada akhirnya hubungan mereka kandas...