4

24.3K 1.3K 27
                                    

"Hidup tetap harus berjalan apapun yang terjadi"

***
Tiga jam yang melelahkan pun berlalu, rasanya aku benar-benar hampir mati saking lemasnya. Bisa-bisanya lambungku nyeri ditengah-tengah operasi yang sangat penting. Memang ini salahku, seharusnya aku setidaknya sarapan. Pasalnya aku juga melewatkan sarapan, bisa dibayangkan kan betapa tersiksanya lambungku saat ini.

Waktu menunjukkan pukul 14:10 siang, aku tiba-tiba saja teringat akan mas Juna. Alih-alih masuk ke ruanganku yang sudah didepan mata, aku kembali ke taman belakang dan berharap menemukan mas Juna disana, namun tentu saja tak akan kutemukan siapapun selain sunyi, ia tak mungkin menungguku hingga keluar dari ruang operasi, kita tidak sedang didalam hubungan yang mengharuskan untuk menanti satu sama lain.

Aku kembali ke ke ruanganku, berjalan tertatih sembari menahan rasa nyeri di lambungku. Sepertinya aku harus lebih disiplin dan tak sembarangan melewatkan jam makan, jika aku terus melakukannya, lambat laun akan jadi bumerang untukku.

Drttt..drttt  ponselku baru saja berbunyi, menandakan sebuah panggilan masuk dari perawat yang sedang shift di salah satu ruangan tempat pasien dirawat.

"Ya sus?" ucapku segera menjawab, karena mungkin saja itu panggilan penting.

"Sebentar lagi pemeriksaan pasien di kamar 403 dok" ucapnya mengingatkanku.

"Ok sus, saya makan siang sebentar" Ucapku
"Baik Dok, selamat makan" ucapnya lantas mengakhiri panggilan telepon. 

Rasa nyeri dan juga mual mulai menyerangku. Sepertinya kadar asam lambungku sudah mulai tinggi. Jelas saja begitu, akhir-akhir ini pola makanku benar-benar buruk, dan semuanya disebabkan karena ulahku sendiri.

Setelah tiba di ruanganku, Kudapati kotak makanan lengkap dengan dessert dan air mineral. Alisku menukik, mungkinkah itu dari Dokter Akbar -salah satu rekan dokter yang akhir-akhir ini dekat denganku-, pasalnya ia seringkali meletakkan kotak makanan di ruangan karena aku sering kebagian operasi darurat dengan durasi panjang sehingga selalu melewatkan jam makan.

Namun setelah bokongku mendarat sempurna di kursi, aku baru sadar bahwa Dokter Akbar sedang menghadiri seminar Di Malaysia, lantas siapa yang meletakkan makanan kotakan di ruanganku.

Kemudian kubuka kotak makanan yang ada di depanku itu, karena aku sudah tak punya waktu  sama sekali untuk penasaran, ada pasien yang harus aku urus. Saat itulah aku menemukan memo kecil yang berisi "Sesibuk apapun kamu, jangan lupa bahwa tubuhmu juga aset berharga
Kalimat itu tentu saja sudah tidak asing bagiku, jelas saja aku tahu siapa yang sering mengucapkan kalimat itu. Meski ia tak menyertakan namanya pada memo tersebut, aku jelas tahu bahwa itu tulisan tangan mas Juna dan juga pesan yang seringkali ia sampaikan padaku setiap kali aku melewatkan waktu makan.

Aku tersenyum kecil, lantas menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutku. Sepertinya nasi kotak itu baru beberapa saat nangkring di ruanganku, kupikir nasibnya dingin, tetapi ternyata masih terasa hangat.
Rasa bahagia menyeruak memenuhi dadaku. Makanan memang hal paling membahagiakan. Energiku seolah terisi penuh ketika makanan menyentuh tiap-tiap inci sistem metabolisme ku. Aku bahkan sudah tak peduli lagi dengan berat badanku, meskipun sejak kembali ke tanah air berat badanku turun drastis karena sering lupa makan.

Aku mengecek dokumen pasien sembari mulutku sibuk  mengunyah. Jangan terlalu terkejut, ini sudah jadi kebiasaan. Apapun yang aku lakukan otakku selalu sibuk memikirkan rumah sakit dan tetek bengeknya.

Stuck On You  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang